Oleh : Yulia Andriyani Syahputri, S.Ak
Gaza masih terus menjadi sasaran genosida yang semakin hari bukan semakin membaik, tetapi semakin mengerikan. Gaza menjadi sasaran kekejaman yang bahkan melampaui batas kemanusiaan. Genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap warga Palestina, khususnya di Gaza tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Justru, kekerasan dan penderitaan yang dialami warga sipil kian hari semakin meningkat.
Salah satu bentuk kekejaman tersebut ditunjukkan adanya blokade bantuan kemanusiaan. Bantuan makanan dan kebutuhan pokok lainnya ditahan, sehingga warga Gaza terpaksa hidup dalam kelaparan bahkan sampai ada yang meninggal. Warga yang mencoba mengakses bantuan justru menjadi sasaran serangan militer. Banyak dari mereka yang menjadi korban saat mengantre makanan atau mengakses bantuan medis karena lokasi penyaluran bantuan dijadikan target serangan.
Pada hari Kamis, 10 Juli 2025, ketika serangan Israel menghantam kerumunan warga di luar posko layanan kesehatan di Gaza Tengah tepatnya di Deir al-Balah, sedikitnya 15 orang tewas dalam kejadian itu, termasuk 10 anak-anak. Mereka sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan gizi dan layanan kesehatan, saat itu juga rudal menghantam tempat tersebut. Ujung dari peristiwa itu, organisasi kemanusiaan Project Hope terpaksa menghentikan sementara operasi kliniknya demi keamanan para relawan dan warga yang membutuhkan layanan.
Peristiwa yang terjadi di Gaza bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga mencerminkan kegagalan dunia dalam melindungi warga sipil, khususnya negeri muslim yang membisu. Hal ini ditegaskan oleh Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina. Dalam konferensi pers yang digelar di Jenewa, Swiss, pada 3 Juli 2025, ia menyatakan bahwa Israel telah menggunakan Gaza sebagai "ajang uji coba senjata" selama berlangsungnya genosida ini.
“Bukan rakyat Israel yang menjadi kaya karena konflik ini, melainkan perusahaan-perusahaan besar yang terhubung dengan industri pertahanan, baik dari Eropa maupun Amerika Serikat,” ungkap Albanese.
Dalam laporan yang diterbitkan awal Juli 2025, Francesca menuduh lebih dari 60 perusahaan, termasuk produsen senjata dan perusahaan teknologi raksasa, terlibat dalam mendukung pendudukan dan serangan militer Israel di Gaza. Ia menyerukan agar perusahaan-perusahaan tersebut menghentikan semua bentuk dukungan terhadap Israel, serta mendesak adanya proses hukum bagi para eksekutif yang terlibat dalam pelanggaran hukum internasional.
Namun, keberanian Francesca Albanese dalam menyuarakan kebenaran tidak lepas dari konsekuensi. Awal bulan ini, AS telah meminta PBB untuk mencopot Albanese dari jabatannya. Meski begitu, Francesca menjadi pejabat paling vokal di PBB yang terus mengecam keras tindakan Israel di Gaza yang ia sebut sebagai bentuk nyata dari genosida terhadap warga Palestina.
Hingga kini, tidak ada jaminan keamanan, kesehatan, apalagi keselamatan bagi warga Gaza. Ironisnya, para pemimpin negeri muslim justru memilih bersikap diam, bahkan menjalin kerja sama dengan Israel, alih-alih bersatu untuk membela saudara mereka yang tertindas. Hari ini saudara muslim di Gaza dibantai, tetapi pasukan-pasukan militer negeri muslim hanya bungkam, bahkan batas-batas negara lebih dijaga ketat daripada nyawa anak-anak Palestina.
Upaya menggalang solidaritas sebenarnya sudah dilakukan banyak pihak melalui dukungan dan kepedulian terhadap perjuangan Palestina yang dilakukan di berbagai negara melalui aksi-aksi kemanusiaan. Tetapi, perlu dipahami bahwa upaya yang dilakukan itu belum mampu menjadi solusi karena bukan hal mendasar yang dibutuhkan oleh Gaza.
Kondisi ini menuntut kesadaran umat Islam di seluruh dunia. Setiap muslim yang telah sadar dan memahami akar permasalahan ini memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan sesama muslim lainnya. Gerakan ini akan membangun kekuatan umat untuk fokus berjuang di jalan dakwah sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Umat Islam harus terus membangun narasi dan mendorong para penguasa untuk kembali pada jalan yang benar, yaitu solusi yang sesuai dengan ajaran Islam melalui jihad dan adanya Khilafah yang akan memperjuangkan hak-hak umat secara menyeluruh.
Tentu saja perjuangan ini memerlukan keteguhan, kesabaran, dan keyakinan. Jalan dakwah bukan jalan yang mudah, tetapi sejarah telah membuktikan bahwa kemenangan akan datang bagi mereka yang istiqamah dalam memperjuangkan kebenaran. Umat Islam harus yakin bahwa dengan bersatu, mereka dapat menjadi kekuatan yang mampu membebaskan Palestina dari penjajahan dan mengembalikan kedamaian di bumi Palestina.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar