Oleh: Imas Royani, S.Pd.
80 tahun Indonesia merdeka sejatinya bukan usia belia, sejatinya pula telah banyak memakan asam garam kehidupan. Sayangnya selang beberapa hari setelah perayaan, Indonesia Raya malah mendapati kado pahit kehilangan balita Raya. Atau yang merasakan kepahitan itu hanya keluarga kecilnya saja? Sementara yang lain sama sekali tidak terusik karena memang selama ini nirempati.
Mereka baru terusik setelah atasannya mengusik. Itupun karena takut kehilangan jabatan dan kesenangan. Rupanya ketakpeduliannya selama ini berujung sanksi sebagaimana dikutif dari Tribun online (27/8/2025), Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku akan memberi sanksi kepada pemangku kepentingan di Desa Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di antaranya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kepala Desa Cianaga, hingga Bidan Desa.
"Perhatian untuk semuanya, dimungkinkan saya akan memberikan sanksi bagi desa tersebut karena fungsi-fungsi pokok pergerakan PKK-nya tidak jalan. Fungsi Posyandunya tidak berjalan dan fungsi kebidanannya tidak berjalan. Sanksi-sanksi akan kami berikan pada siapapun dan daerah manapun yang terbukti tidak memberikan perhatian kepada masyarakat," tandas Dedi.
Adalah Raya, balita malang asal dari Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dunia dengan kondisi memilukan. Tubuhnya dipenuhi cacing, bahkan sempat keluar dari hidung. Berita ini menjadi viral karena memperlihatkan betapa rapuhnya sistem sosial dan kesehatan kita dalam melindungi rakyat kecil.
Raya berasal dari keluarga miskin, ibunya ODGJ, sedang ayahnya penderita TBC. Sejak kecil ia hidup tanpa pengasuhan yang layak, tanpa akta lahir, tanpa BPJS, dan dalam lingkungan dengan sanitasi buruk.
Ketika mulai sakit, keluarganya tidak segera membawa ke dokter. Baru setelah kondisinya parah dan koma, ia dibawa ke rumah sakit. Saat itu dokter menemukan infeksi cacing sudah sangat parah. Sayangnya, penanganan medis tidak bisa menyelamatkannya.
Sebelumnya, Raya kecil dievakuasi oleh tim Rumah Teduh Sahabat pada Ahad (13-7-2025) dalam kondisi tidak sadarkan diri. Mirisnya, tim relawan sempat mengalami kesulitan saat mengurus biaya rumah sakit karena Raya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan BPJS. Padahal melihat kondisi keluarganya, mereka layak mendapat bantuan.
Jelas kejadian ini memperlihatkan kesenjangan sosial, sanitasi buruk, serta sistem kesehatan yang belum sepenuhnya menjangkau kelompok rentan. Raya kecil hanyalah balita malang yang kemalangannya terekspos. Masih banyak Raya dan keluarga lainnya yang juga bernasib sama bahkan lebih buruk dari itu. Sistem Kapitalisme terbukti gagal memberikan keselamatan bagi warganya. Inilah fakta nyata rusak dan buruknya sistem pelayanan kesehatan dan jaminan kehidupan dalam sistem kapitalisme yang diterapkan di seluruh dunia hari ini, termasuk tentunya di Indonesia.
Berbeda dengan sistem Islam. Islam memandang bahwa kesehatan adalah hak setiap rakyat, kebutuhan pokok masyarakat yang wajib dipenuhi langsung oleh negara. Segala upaya yang bisa mewujudkan kondisi sehat, yaitu sehat fisik, mental, dan kesehatan umum (lingkungan, tempat tinggal, sanitasi, dll.) telah diamanahkan oleh Islam kepada negara melalui kerja aparat dari level pusat (Khalifah) hingga daerah (hakim dan wali) dan unit pelaksana teknis kesehatan di lapangan.
Setiap aktivitas pelayanan kesehatan tidak dipandang sekadar untuk memenuhi kebutuhan, tetapi bernilai ibadah sehingga semua petugas bertindak amanah dan bertanggung jawab. Khilafah menyediakan semua sarana untuk pengobatan dan rehabilitasi, serta mengeluarkan dana untuk mengurusi pasien dan kebutuhan masyarakat agar penyakit tidak menyebar. Semua pasien diperlakukan sama, baik kaya ataupun miskin, memiliki dokumen atau tidak. Mereka berhak langsung ditangani tanpa syarat administrasi.
Upaya preventif dan kuratif berjalan bersama, bukan hanya mengobati, tetapi juga menjaga agar rakyat tidak jatuh sakit akibat buruknya sanitasi, gizi, dan lingkungan. Struktur pelayanan pun terorganisir dari pusat hingga desa sehingga kasus tidak pernah luput dari pantauan.
Terkait penanganan kasus semisal Raya dalam Khilafah, akan ada deteksi dini terhadap sanitasi rumah dan lingkungan. Jika ada keluarga tidak mampu, negara akan menyediakan rumah dengan sanitasi layak, air besih, dan menghilangkan faktor penyebaran cacing, bakteri, virus, dll. Untuk penanganan penyakitnya akan diberikan obat rutin gratis dengan pengawasan langsung institusi kesehatan daerah dan berkelanjutan.
Semua layanan kesehatan pasien akan ditanggung oleh kas negara (baitulmal). Tidak akan ditolak atau tertunda penanganannya hanya karena keluarga miskin. Begitu ada kasus luar biasa (cacing keluar dari tubuh), dokter segera melakukan investigasi epidemiologis, adakah kasus serupa di desa itu. Ahli kesehatan masyarakat akan dikirim untuk memeriksa lingkungan sekitar, seperti sekolah, rumah, dan tetangga agar wabah tidak meluas.
Begitu pula karena orang tua Raya sakit, maka Khilafah akan menjamin nafkah, serta tempat dan pendidikan anak-anak lainnya.
Jika ada anak sampai meninggal karena kelalaian ri‘ayah (pengurusan), maka pejabat lokal (wali, amil kesehatan) akan dimintai pertanggungjawaban langsung oleh Khalifah. Dalam sejarah, Khalifah Umar bin Khaththab ra. bahkan menanggung langsung rakyat yang lapar. Jadi, kasus seperti Raya akan dianggap aib besar negara jika sampai terjadi.
Dengan demikian, dalam Khilafah akan berjalan proses pelayanan kesehatan dengan pencegahan sistemis, pengobatan gratis, cepat, dan birokrasi sederhana. Negara pun bertanggung jawab atas nafkah keluarga agar mendapat sandang, pangan, papan, dan lingkungan hidup yang cukup, baik, dan sehat sehingga tidak ada fenomena kemiskinan ekstrem yang sistemis. Bahkan, akuntabilitas aparat pelaksana layanan berjalan ketat.
Melalui mekanisme tersebut, kasus tragis seperti Raya hampir mustahil terjadi. Kalaupun ada penyakit berat, anak akan mendapat layanan medis terbaik sejak awal, tanpa harus terbentur biaya, dokumen, atau keterlambatan birokrasi.
Demikianlah jaminan kehidupan Islam yang jauh dari kemaksiatan dan penuh dengan kesejahteraan. Kehidupan seperti ini tidak akan pernah bisa dirasakan dalam kehidupan sekuler kapitalisme yang telah jelas keburukannya. Saatnya mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Langkah pertama untuk mewujudkannya adalah dengan cara mengkaji Islam kaffah bersama kelompok dakwah Islam ideologis dan mendakwahkannya di tengah-tengah masyarakat.
Wallahu'alam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar