Oleh : Siti Mutoharoh sos.si
Krisis keadilan adalah fenomena serius yang ditandai dengan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum dan penegakan hukum yang tidak lagi adil, khususnya terhadap kelompok rentan dan miskin.
Krisis ini diperparah oleh korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan sosial ekonomi, dan masalah lingkungan yang merusak alam dan sosial.
Fakta telah terpampang didepan mata terhadap hal tersebut, terutama di Indonesia ini. Kita bisa lihat dengan mata kepala kita sendiri ketika rakyat telah mengamuk.
Seperti beberapa hari belakangan ini kita melihat aksi masa demo dari berbagai aliansi atas nama masyarakat, terjadi diberbagai daerah mulai dari tingkat provinsi di Indonesia bahkan kabupaten juga memnuhi ruang-ruang tuntutan.
Semua itu jika kita telaah sebab utama terjadinya adalah karena kesenjangan. Negara tidak terlihat dapat mengayomi dan memberikan rasa nyaman pada para rakyatnya. Belum lagi oknum-oknum tertentu yang dianggap merusak kredibilitas sebagai seseorang yang tengah memimpin rakyat.
Yang namanya pemimpin itu adalah pengayom, mencukupi dan melayani segala bentuk keperluan rakyat. Jika dalam sebuah negara dianya dianggap wakil dari rakyat seharusnya benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat dalam setiap tindakan dan pelahiran hukum yang dilakukannya.
Namun yang terjadi sebaliknya. Dan hari ini masyarakat semakin pintar dan membaca ada yang tidak beres atas segala tata aturan yang ada.
Belum lagi masyarakat semakin dibuat tercekik dengan pajak yang terus meningkat dari waktu kewaktu yang dilegalkan oleh negara sedangkan untuk sekedar dapat makan saja rakyat harus banting tulang untuk memperoleh apa yang dapat dimakan hari ini dan besok.
Belum lagi beberapa hari belakangan kita dihebohkan dengan statemen seorang menteri yang dianggap keterlaluan oleh masyarakat dengan mengatakan bahwa guru adalah beban negara.
Dengan alasan dana APBN negara cukup banyak dihabiskan untuk menggaji para guru yang sejatinya mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Di tambah lagi dengan pertemuan DPR berakhir joged-joged karena merayakan kenaikan gaji sehari 3 juta yang jika dilihat dan kita ketahui bersama bahwa kinerja DPR dianggap belum memuaskan rakyat.
Berlanjut dengan kondisi ini diperparah dengan banyolan-banyolan yang dilakukan oleh beberapa oknum anggota DPR RI yang notabennya mereka adalah artis, melalui platform-platform yang mereka punya dengan membandingkan gaji mereka sebagai artis dengan gaji sebagai anggota DPR dengan membandingkan bahwa gaji 3 juta tidak lebih besaar dari pada ngartis katanya.
Ini membuat masyarakat makin geram dan marah disaat yang sama kondisi rakyat biasa jangankan mendapatkan 3 juta, Rp 3000 dalam sehari saja sulit dan harus jungkir balik.
Kesulitan semakin diperparah dengan situasi dimana rakyat menuntut keadilan dengan cara demo sampai kemudian terjadi insiden terlindasnya seorang pendemo oleh mobil rantis yang terlihat sengaja melindas hingga berujung meninggal dunia. Semua persoalan yang disebut diatas belum lah seberapa banyaknya. Kesenjangan dan ketidak adilan dinegara ini bagaikan fenomena gunung es saking banyaknya.
Jika kita kembali kepada menganalisa semua pristiwa diatas semua tersebab karena masyarakat sudah jengah, sudah capek dengan semua janji-janji kesejahteraan yang tak kunjung dapat masyarakat benar-benar rasakan. Hingga akhirnya mereka turun ke jalan, melakuakan demo besar-besaran hingga berujung pada perusakan fasilitas umum.
Maka kembali lagi kepada bagaimana instrospeksi negara ini dan bagaimana negara ini memperlakukan rakyatnya dengan cara memberi jaminan pada mereka dengan sebaik-baik jaminan hingga mereka merasa aman dan tidak dipermainkan. Jangan lagi terjadi elit poliitik hanya memperhatikan kepentingan pribadi dan keluarganya.
Jika masih terus demikian maka yakinlah bahwa Indonesia akan tetap berada dimasa yang selalu gelap dan tanpa ada perbaikan kearah yang lebih baik.
Sejatinya setiap pristiwa memberikan pelajaran berharga bagi masa depan bangsa. Disaat keterpurukan masyarakat merajalela dan merata terlihat masyarakat tengah bersatu padu bersama-sama maju dan bergerak melakukan protes dan menggunakan hak suara mereka untuk melakukan koresksi terhadap penguasa.
Jika masyarakat telah bersatu tak ada yang dapat menghalangi langkah gerak meraka yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik seperti yang mereka inginkan. Masyarkat bersatu padu bergerak maju seperti tanpa rasa takut hanya demi menuntut hak mereka yang telah dikebiri oleh para elit politik dinegeri ini.
Maka jika kita bisa menganalisa lebih jauh lagi bahwa perubahan itu bererti sesuatu yang niscaya. Hanya saja sayangnya arah perubahan masyarakat saat ini belum terbaca jelas mau dibawa kearah mana.
Sebagai seorang hamba yang mengaku beriman dan meyakini bahwa Allah sebaik-baik pencipta dan pengatur kehidupan maka seharusnya perubahan yang hendak dituju adalah kembali bagaimana sistem Allah mengatur kehidupan ini melalui berbagai penjelasan dalam al-Qur’an dan Sunnah-Nya. Sehinga momen bangkitnya umat dapat dicapai dengan sebaik-baiknya pencapaian yaitu penyembahan kepada mahluk, jabatan, uang dan kekayaan kepada ketertundukan dan takutnya seorang hamba hanya pada penciptanya saja.
Wallahu a’lam bishawwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.


0 Komentar