Job Hugging Melanda Kaum Muda Akibat Kapitalisme Global Mendera


Oleh : Siti Nurul Hidayah, S.Si (Pemerhati Publik)

Fenomena job hugging, yaitu kondisi ketika karyawan memilih bertahan di pekerjaan meski sudah tidak nyaman, semakin banyak terjadi. Laporan Kompas Lifestyle (19/9/2025) mengungkap bahwa banyak anak muda, khususnya generasi milenial dan Gen Z, enggan pindah kerja karena khawatir tidak menemukan pekerjaan baru yang lebih baik. Mereka tetap bertahan meski gaji stagnan, lingkungan kerja kurang sehat, dan peluang karier minim. Hal ini terjadi seiring meningkatnya PHK di berbagai sektor dan lesunya pertumbuhan ekonomi, baik di level global maupun nasional. Akibatnya, pasar kerja semakin sempit dan menimbulkan kecemasan sosial di kalangan angkatan kerja muda.
        
Jika fenomena job hugging ini melanda kaum muda, dampaknya sangat serius. Kaum muda adalah tulang punggung pembangunan dan motor perubahan sosial. Namun, ketika mereka terjebak pada pekerjaan yang tidak lagi memberi ruang berkembang, maka produktivitas akan menurun, kreativitas terhambat, bahkan kesehatan mental bisa terganggu. Dalam jangka panjang, stagnasi karier ini berpotensi menciptakan generasi yang apatis, kehilangan semangat berinovasi, dan hanya berorientasi bertahan hidup, bukan membangun peradaban.
         
Penyebab semua ini tidak lepas dari praktik Kapitalisme Global. Kapitalisme menempatkan mekanisme pasar sebagai penentu utama. Negara hanya berperan sebagai regulator yang memfasilitasi kepentingan investor dan korporasi besar. Swasta mengambil alih kewajiban negara dalam menyediakan lapangan kerja, sementara sumber daya ekonomi diserahkan kepada segelintir kapitalis melalui privatisasi. Praktik ekonomi ribawi dan spekulatif semakin menguat, membuat ekonomi riil yang seharusnya menyerap tenaga kerja kian terpinggirkan. Inilah akar masalah mengapa pasar kerja rapuh dan generasi muda kehilangan kepastian masa depan.
         
Namun, jika praktik ekonomi saat ini meniru sistem Islam dalam menyediakan lapangan kerja, kondisi akan berbeda. Islam menegaskan negara wajib menjamin kebutuhan pokok rakyat dan membuka akses pekerjaan yang layak bagi semua. Kepemilikan umum seperti tambang, energi, dan hutan dikelola negara untuk kemaslahatan rakyat, sehingga menciptakan banyak lapangan kerja. Lahan yang tidak produktif didorong untuk digarap, sementara modal usaha bisa diperoleh dari baitul mal tanpa riba. Rasulullah ï·º bersabda: “Imam (khalifah) adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari, Muslim). 

Dengan kepemimpinan yang amanah, sistem Islam membangun ekonomi berbasis sektor riil, mendorong produktivitas, dan memastikan kaum muda memiliki ruang berkarya. Maka, job hugging tidak akan menjadi fenomena, sebab negara hadir menjamin kesejahteraan dan masa depan warganya.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar