Derita Gaza dan Kewajiban Umat Menjawab dengan Kekuatan


Oleh: Safira Luthfia (Mahasiswa STEI Hamfara)

Gaza kembali menjadi saksi bisu kebrutalan Zionis yang tak kunjung padam. Serangan berulang kali menimpa kawasan yang padat penduduk, menghancurkan rumah, sekolah, bahkan rumah sakit. Dukungan terbuka dari Amerika Serikat, terutama melalui dorongan Donald Trump agar Israel segera menduduki Gaza, menunjukkan dengan jelas betapa genosida ini tidak terjadi tanpa persetujuan kekuatan global.

Namun, yang paling menyakitkan adalah sikap penguasa Arab yang memilih untuk diam, bahkan ada yang menjalin hubungan normal dengan Israel. Alih-alih menjadi pelindung bagi rakyat Palestina, mereka membiarkan Gaza terjebak dan tak berdaya. Kebisuan dunia Islam memberikan ruang bagi Zionis untuk terus memperbaiki agresi mereka. Realitas ini menunjukkan bahwa penderitaan Gaza bukan hanya hasil dari kebrutalan Israel, tetapi juga akibat dari pengkhianatan dan kelalaian pemimpin Muslim yang menutup mata terhadap kewajiban mereka.


Keterbatasan Solusi Kemanusiaan

Di tengah situasi yang suram, beragam aksi solidaritas global patut dihargai. Masyarakat dari berbagai negara berusaha memberikan bantuan, bahkan mengorganisir misi berisiko tinggi seperti Sumud Flotilla yang menantang blokade Gaza. Dari segi dana, logistik, hingga relawan, semua ini mencerminkan kepedulian mendalam umat manusia terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Namun, kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa semua usaha kemanusiaan ini tidak pernah menyentuh akar permasalahan. Bantuan hanya mengurangi kesulitan secara sementara, sementara kejahatan militer Israel terus menerus berlangsung. Gaza bukan hanya membutuhkan makanan dan obat-obatan, tetapi memerlukan perlindungan dari serangan yang merenggut nyawa setiap hari. Selama dunia hanya bergerak di level solidaritas, tanpa keberanian politik dan kekuatan yang nyata, genosida di Gaza tidak akan berakhir.


Solusi Hakiki dan Tuntutan Umat

Islam telah menyediakan solusi yang lebih mendasar, yaitu jihad fii sabilillah. Ini bukan sekadar slogan emosional, tetapi merupakan kewajiban syar’i yang hanya dapat diwujudkan dengan kekuatan militer suatu negara. Sejarah Islam telah berulang kali membuktikan bahwa penjajahan hanya dapat dihentikan melalui kekuatan, bukan dengan diplomasi yang kosong atau bantuan kemanusiaan yang terbatas.

Oleh karena itu, kesadaran umat perlu diarahkan pada tuntutan yang lebih besar. Umat tidak cukup hanya melakukan penggalangan dana dan berdoa, tetapi harus menekan para penguasa Muslim untuk mengirimkan pasukan dan mengakhiri penindasan terhadap Gaza. Selama para penguasa lebih memilih kompromi dengan kepentingan Barat ketimbang membela saudara seiman, penderitaan Palestina akan terus berulang. Sudah saatnya umat menyadari bahwa solusi hakiki adalah bersatu dalam satu barisan politik dan militer Islam, sehingga jihad benar-benar menjadi jalan untuk membebaskan Gaza dan seluruh tanah Palestina.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar