Keberutalan Zionis Makin Menjadi, Umat Harus Menggaungkan Solusi Hakiki


Oleh : Annisa (Aktivis Dakwah Muslimah)

Baru-baru ini, tepatnya pada 25 Agustus 2025 Israel kembali melakukan serangan udara ke rumah sakit Nasser yang menewaskan 20 orang dan 5 di antaranya adalah jurnalis. Sehingga total jurnalis yang tewas dalam kurun waktu dua tahun genosida ini terjadi telah mencapai 240 lebih korban jiwa. 
 
Tidak dipungkiri bahwa Israel memiliki tujuan menakut-nakuti para jurnalis dan mencegah mereka mengabarkan pada dunia betapa kejinya kejahatan yang telah mereka lakukan. Bahkan tak urung Committee to Protect Journalis (CPJ) mencatat konflk di Gaza adalah yang mematikan bagi jurnalis. 
 
Pembunuhan para jurnalis ini tentu memperlihatkan kepada kita akan ketakutan Zionis Israel. Terlebih ketika beberapa negara telah mengakui kemerdekaan Palestina seperti Spanyol, Irlandia dan juga Norwegia. Bahkan Inggris dan Prancis pun akan menyusul.
 
Di tengah kecamuk ini justru masih banyak dunia yang diam. Ketika kebenaran situasi dan kondisi di Gaza telah menyebar kepada kita. Mereka cenderung takut dan tunduk pada Amerika Serikat yang menjadi pusat daripada kejahatan ini. Bahkan menjalin kerja sama.
 
Telah jelas terlihat oleh kita bahwa beginilah sistem kapitalisme yang bergerak bukan atas dasar kemanusiaan. Melainkan karena kepentingan politik dan ekonomi. Mereka lebih baik menutup mata atas genosida yang telah menewaskan 62 ribu lebih warga Palestina. Daripada kehilangan kontrak kerja sama dengan negara adidaya yang jelas lebih menguntungkan mereka.
 
Kendati solusi demi solusi sudah dikeluarkan oleh PBB. Namun mereka pun tetap tidak bisa berkutik. Padahal jelas-jelas Zionis Israel telah melakukan kejahatan internasional. Ini terjadi karena Amerika Serikat memiliki hak veto sehingga upaya-upaya diplomasi pun tumpul.
 
Pemahaman akan nasionalisme telah mengungkung negara-negara muslim di dunia sehingga mereka tidak lagi paham akar masalah genosida dan solusi untuk mengakhirinya. Tidak lain adalah dengan mengusir Zionis Israel sepenuhnya dari Palestina bukan dengan solusi dua negara yang sama sekali tidak menguntungkan Palestina dan justru mengakui keberadaan penjajah.
             
Nasionalisme itu pemahaman yang membahayakan kaum muslim. Ia adalah racun mematikan yang membuat persatuan antar umat tidak terjalin karena sibuk dengan urusan negara masing-masing. Dimana negara lain seperti halnya konflik yang terjadi di Palestina bukanlah urusannya. Negeri-negeri kaum muslim disekat dengan batas-batas semu yang justru memecah mereka atas nama menjaga kepentingan nasional.
             
Sehingga dua miliar kaum muslim yang ada di dunia kalah oleh tidak lebih dari tujuh juta Zionis. Mereka lupa konsep ukhuwah islamiyah yang menyatukan saudara-saudara muslim mereka termasuk yang di Palestina dalam ikatan aqidah yang kemudian wajib mereka bela. Perintah agama untuk menjaga ukhuwah, menolong saudara seaqidah serta menghilangkan kedzaliman sama sekali tidak berarti tersebab paham nasionalisme tersebut.
 
Solusi hakiki yakni jihad dan khilafah pun terlupakan oleh umat muslim. Ini tidak lagi menjadi sebuah kesadaran umum di tengah-tengah mereka. Bahkan belum menjadi opini umum. Rasulullah saw. mencela keras pelaku asabiah dengan sebuah sebutan jahiliah, “Dan barang siapa mati di bawah bendera fanatisme golongan, dia marah karena fanatisme golongan atau karena ingin memenangkan bangsanya kemudian dia mati maka matinya seperti mati jahiliah.” (HR Muslim no. 3525)
 
Palestina berjuang sendiri. Bahkan ketika para jurnalis mereka mengabari dunia akan penderitaan yang terjadi, justru mereka dibungkam, dihilangkan nyawanya. Perlu kita sadari bersama Palestina adalah tanah kaum muslim. Tanah yang menjadi barometer kondisi umat muslim di seluruh dunia. Jika penduduk Syam dalam keadaan hancur maka kaum muslim berada dalam keadaan rapuh. Begitu pula sebaliknya, apabila kaum musliim dalam keadaan lemah maka negeri Syam pastilah bergejolak.
 
Penduduk negeri Syam juga menggambarkan kehormatan serta kerimanan kaum muslim di seluruh dunia. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, "Jika penduduk Negeri Syam telah rusak maka tidak ada kebaikan pada kalian."
 
Pembebasan Palestina sejatinya membutuhkan jihad dan ini telah terbukti mampu mengusir penjajah yang bercokol di tanah-tanah kaum muslim. Jihad adalah kewajiban dan tanpa satu komando dari seorang khalifah maka, jihad tidak bisa direalisasikan sebagaimana sekarang ketika negeri-negeri kaum muslim terpecah belah menjadi banyak negara. 
 
Umat ini butuh satu kepemimpinan global yang dapat mempersatukan seluruh kaum muslim. Mengurus dan menjaga rakyatnya dari segala bentuk penjajahan. Itulah khilafah yang diwarisi oleh Rasulullalh saw. 
 
Beliau saw. juga bersabda, “Sesungguhnya seorangimam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng.” (HR Bukhari dan Muslim). 
 
Maka, dari itu sebagai umat islam wajib bagi kita menyuarakan solusi ini terus-menerus. Memang butuh waktu yang tidak sebentar. Akan tetapi, dengan tetap konsisten maka api semangat dan perjuangan akan membara di tengah-tengah umat sehingga akan menjadi kesadaran umum dan opini umum bahwa penegakkan khilafah adalah sebuah kewajiban demi membebaskan Palestina dari cengkraman penjajah Zionis Israel. Wallahu a'lam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar