Oleh: Sarinah
Kepercayaan masyarakat adalah hal penting yang seharusnya dijadikan tonggak dalam kepemimpinan. Namun apa jadinya jika kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin menurun, atau bahkan tak lagi memiliki rasa kepercayaan terhadap kepemimpinan?
Bisa jadi masyarakat tak lagi patuh terhadap tata tertib, peraturan bahkan undang- udang yang dibuat oleh pemerintah. Itulah gambaran yang akan terjadi jika kepercayaan publik terhadap pemerintah berkurang bahkan sirna.
Baru- baru ini, tepatnya pada 17 September 2025, terjadi reshuffle kabinet (perombakan) terhadap jajaran menteri pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran. Mengherankan, pasalnya reshuffle kabinet yang terjadi pada 17 September 2025 ini bukan pertama kalinya terjadi pada pemerintahan Prabowo -Gibran.
Tercatat Reshuffle kabinet Prabowo-Gibran telah dilakukan sebanyak tiga kali, yakni Reshuffle pertama dilakukan pada 19 Februari 2025, yang mengganti Mentri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Brodjonegoro dengan Bariyan Yuliarto.
Kedua, reshuffle dilakukan pada 8 September 2025, mengganti Mentri Keuangan Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa
Hingga reshuffle yang ketiga yakni pada selasa 17 September 2025, mengisi kursi kosong yang ditinggalkan oleh Budi Gunawan dan Dito Ariotedjo hingga kursi Wamanker (wakil menteri Ketenagakerjaan) yang ditinggalkan oleh Immanuel Ebenezer yang terjerat kasus korupsi di KPK, serta Kepala Badan Komunikasi Pemerintahan (PCO) juga telah diganti. Selain melakakukan reshuffle Prabowo juga melantik menteri dan wakil menteri Haji dan Umroh (detiknews 17 September 2025).
Rentetan Reshuffle ini dipilih setelah terjadi aksi demo di berbagai daerah pada akhir Agustus lalu. Dan jika dicermati lebih dalam, hal yang memicu adanya demo di berbagai daerah adalah cerminan dari kemarahan rakyat akibat kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak berpihak kepada rakyat, dan para pejabat tidak menjalankan perannya yakni sebagai pelayan umat.
Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa negara dalam kondisi yang tidak sehat hal ini terbukti dari adanya aksi demo di berbagai daerah. Ahirnya pemerintah memilih jalan reshuffle kabinet sebagai upaya pengukuhan kekuasaan di tengah distrust yang terjadi di dalam masyarakat. Posisi Menteri baru mengukuhkan penguasa pengganti pejabat oposisi dengan kalangan koalisi. Apakah benar reshuffle kabinet akan benar-benar mensejahterakan dan mampu mewujudkan stabilias negara?
Reshuffle sejatinya tidak akan mampu mewujudkan stabilitas negara apalagi menjamin kesejahteraan rakyat. Reshuffle ini hanya merupakan politik tambal sulam yang lahir dari sistem politik demokrasi, sistem ini menunjukkan manusia legal dalam menetapkan aturan. Jelas ini adalah konsep yang batil, sebab manusia pada hakekatnya harus terikat dan diatur oleh aturan Allah sebagai Sang Khaliq (pencipta).
Sejatinya hanya Allah SWT yang berhak membuat hukum. Jika manusia dibiarkan dan diberi hak legalitas untuk membuat hukum akan meniscayaan terjadi kerusakan.
Politik balas budi demokrasi meniscahayan kelahiran undang-undang pesanan, akhirnya bagi-bagi remahan kue hal yang tak dapat dielakkan.
Para pejabat yang dipilih tidak memiliki kapabilitas dan sama sekali tak ahli dalam bidangnya. Rakyat dipimpin oleh orang yang tak punya keahlian dalam kepemimpinan. Akibatnya terjadi kerusakan dimana-mana. Reshuffle dijadikan sebagai sarana bagi-bagi kekuasaan, harapan negara menjadi stabil adalah angan-angan kosong belaka.
Akar kerusakan yang terjadi ini adalah karna sistem yang diadopsi negara ini adalah kapitalis sekuler, sistem yang batil (salah). Sesuatu yang batil akan senantiasa memberi dampak yang fasad (rusak). Oleh karenanya seharusnya sistem yang fasad ini tidak digunakan sehingga kerusakan yang lebih parah tak terjadi.
Sudah seharusnya mengganti sistem yang fasad (rusak) ini dengan sistem yang sohih (benar) satu-satunya sistem yang benar, yang Allah ridhoi sebagai sistem pengatur kehidupan manusia. yakni sistem Islam.
Islam bukan hanya agama ritual belaka, melainkan sebuah mabda (ideologi) yang memancarkan aturan dan memberikan solusi dalam segala permasalahan. Sudah terbukti bahwasanya mabda Islam ini pernah diterapkan 13 abad lamanya. Dahulu Rasulullah Saw pertama kali membangun daulah (negara) Islam di Madinah Al Munawaroh, hingga daulah Islam menyebar, menaungi dua pertiga dunia.
Begitulah kegemilangan islam yang seharusnya kembali diterapkan sehingga Allah menjadi Ridha atas negri ini. Allah SWT berfirman dalam surah Al Araf ayat 96 yang artinya "Apabila penduduk suatu negeri beriman kepada Allah, niscaya Allah akan melimpahkan keberkahan kepada mereka dari langit dan bumi kepada mereka."
Begitulah seharusnya negeri tercinta ini akan aman tentram serta makmur dengan naungan ridha-Nya. Allahu a'lam bishawwab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar