Oleh : Diana Kamila (Mahasiswa STEI Hamfara)
Ditengah situasi Gaza yang semakin hancur dan tidak berdaya. Penguasa negeri muslim justru sibuk menjalin hubungan diplomasi dengan penjajah Palestina selama ini, yakni Israel laknatullah. Sama halnya dengan Indonesia, saat konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Marcon di Istana Merdeka, Jakarta, rabu, (28/5), ia mengatakan, Indonesia membuka peluang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel apabila mereka mengakui kemerdekaan Palestina.
Prabowo menegaskan, Indonesia mendorong solusi dua negara (two-state-solution) sebagai penyelesaian konflik di antara kedua negara. Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyatakan Indonesia perlu mengakui Israel sebagai negara yang berdaulat meskipun Indonesia mendukung penuh kemerdekaan Palestina.
Begitu pula dengan rezin-rezim Arab moderat seperti UEA dan Arab Saudi mulai memandang normalisasi dengan Israel dan menjadikan solusi dua negara sebagai jalan tengah untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan ini.
Sungguh solusi yang sangat pragmatis. Menyerukan two state solution sama saja melegitimasi penjajahan. Sedangkan Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 mengatakan bahwa penjajahan harus dihapuskan dan kemerdekaan adalah hak bagi setiap bangsa. Ingat! Solusi dua negara hanya akan menjadikann negara Palestina yang merdeka harus berdampingan dengan negara Israel. Wilayah Palestina harus dibagi menjadi dua negara. Dan ini tentu merampas tanah Palestina secara tersirat.
Maka tidak sepantasnya kita sebagaimana kaum muslim menyerukan solusi yang sama seperti solusi yang diserukan oleh penguasa-penguasa Islam yang munafik. Kaum muslim harusnya mengangkat kedzaliman yang tengah melanda saudara seiman mereka di Palestina bukan justru membantu dalam kedzaliman tersebut.
Umat Islam terpecah belah tanpa pemimpin dan pelindung. Tidak ada lagi tameng yang mampu membela dan melindungi hak kaum muslim. Kini mereka bagaikan buih dilautan. Jumlah mereka banyak, namun mereka tak berdaya, ditindas, didiskriminasi. Agama mereka dinistakan. Andai Sultan Abdul Hamid II masih ada, beliau pasti akan bersikap tegas menolak zionisme di era ottoman dan tidak akan membiarkan zionis Israel beserta antek-anteknya menjajaki kakinya di tanah kaum muslim Palestina.
Maka jelas solusi dua negara hanyalah ilusi yang dihidupkan kembali untuk meredam kritik, sementara rakyat Gaza tetap dirundung ketakutan, kenestapaan, penyiksaan dan berbagai hal yang menakutkan yang selalu membayangi hari demi harinya. Two state solution adalah lagu usang yang meninabobokan perjuangan dan persatuan umat.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar