Peran Negara dalam Menjaga Ketenangan Ibu Menyusui


Oleh : Ummu Faruqq

Menyusui, sebuah amanah mulia dari Allah kepada seorang Ibu yang telah melahirkan anaknya. Allah memerintahkan kepada setiap Ibu untuk menyusui anaknya selama dua tahun penuh. Dalam QS Al-Baqarah ayat 233 "Dan para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi siapa yang ingin menyempurnakan penyusuan." 

Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan para Ibu untuk menyusui anaknya, bukan hanya sekedar memberikan ASI. Kata menyusui dan memberikan ASI jelas memberikan makna yang berbeda, jika kita hanya terfokus pada memberikan ASI maka yang kita bahas hanyalah sekedar berapa jumlah ASI yang dihasilkan, cara meningkatkan ASI, cara memerah ASI, kandungan ASI, dan lainnya. Berbeda dengan ketika kita membahas menyusui sebagai kata kerja, kita akan membahas tentang subjek yang mengerjakan, waktu, dan bagaimana suasana ketika menyusui. Semuanya telah Allah atur dalam Al-Quran.

Perintah menyusui datang langsung dari Allah, menggambarkan betapa urgentnya proses menyusui. Ingatkah engkau dengan kisah Ghamidiyah? Seorang wanita yang telah berzina dan mengakuinya kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah mengetahui bahwa Ghamidiyah hamil, Rasulullah tidak langsung menjatuhkan hukum rajam kepadanya, melainkan menunggunya sampai melahirkan, dan kemudian menunggunya kembali hingga selesai masa menyusuinya selama dua tahun penuh. Ketika sudah sempurna dua tahun, Rasulullah kemudian menjatuhkan hukum rajam kepadanya. Tidak ada perbedaan pendapat terkait hukum rajam dan harus segera dilaksanakan, tetapi ketika kondisinya Ibu sedang hamil dan menyusui, maka sang Ibu harus menyempurnakan proses menyusuinya.

Begitu pentingnya proses menyusui dalam Islam, hingga ketika seorang Ibu menyusui yang hendak haji pun, harus menunda keberangkatannya menunggu proses menyusuinya sempurna. Padahal haji hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu menjalankannya.


Perintah Allah dalam Menjaga Jiwa Ibu Menyusui

Allah telah mengatur dengan sempurna amanah langit ini, terutama terkait kondisi seorang Ibu menyusui. Allah memberikan perhatian yang sangat besar kepada Ibu menyusui, hingga Allah menurunkan ayat langsung untuk mempertegas bagaimana kondisi idealnya seorang Ibu menyusui. Dalam QS Al-Qashash ayat 7, Allah berfirman; "Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu takut dan janganlah (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul."

Kata Allah "Laa takhofu wa laa tahzani", Allah yang menguatkan langsung seorang Ibu "Jangan takut Ibu dan jangan sedih Ibuu". Karena begitu pentingnya kondisi kejiwaan Ibu menyusui, sampai Allah langsung yang menguatkan. Sebegitu pentingnya kah kondisi kejiwaan Ibu menyusui? Jawabannya sangatlah penting, karena dalam proses menyusui yang terjadi bukanlah sekedar transfer Asi, melainkan bersamaan dengan itu mengalir pula aliran emosi, kekuatan jiwa, yang akan tertanam ke dalam jiwa seorang anak. Melalui proses menyusui, Allah amanahkan seorang Ibu menjadi orang pertama dan utama untuk membangun pondasi jiwa dan emosi seorang anak.

Disisi lain, Allah sang Khaliq tahu kondisi Ibu baru sangatlah sensitif, mudah baper, mudah sedih, mudah khawatir, yang ketika perasaan-perasaan ini dibiarkan maka akan menyebabkan babyblues. Hingga akhirnya, setelah ribuan tahun yang lalu Allah menurunkan perintah ini, baru kemudian munculah berbagai jurnal penelitian yang membahas terkait babyblues, yang mana penyebab babyblues adalah kondisi ketika jiwa Ibu sedih dan takut. Selain itu, muncul pula berbagai penelitian tentang kondisi sedih dan takutnya seorang Ibu akan berpengaruh dengan jumlah dan kualitas Asi yang dihasilkan. Bahkan banyak Ibu baru yang Asi nya mapet atau tak keluar sama sekali karena faktor ini.

Kondisi jiwa Ibu yang tidak boleh sedih dan takut tidak tentu saja butuh support sistem dari berbagai pihak dan tidak bisa berjalan sendiri. Ayah sebagai Qowwam diharuskan mampu menjadi penyingkir segala hal yang membuat Ibu merasa sedih dan takut. Tetapi bukan hanya Ayah yang memiliki peran, melainkan juga dalam lingkup keluarga bahkan negara, Islam memberikan pengkondisian terbaik untuk Ibu menyusui.

Dalam kisah perang Khandaq, ketika Madinah sedang dikepung oleh pasukan musuh dengan jumlah lebih dari 10.000 orang, sedangkan jumlah kaum muslimin saat itu hanya 3000 orang. Suasana yang terjadi sangatlah mencekam, hingga para tentara kaum muslim tidak sempat atau bahkan menahan buang hajat karena siaga berjaga. Dalam kondisi demikian, Rasulullah sebagai kepala Negara menempatkan para Ibu menyusui beserta bayinya di tempat yang paling aman serta dijaga pasukan elit dan kuat kaum muslim. Hal ini dilakukan agar Ibu menyusui tenang dan tidak takut. Betapa perhatiannya Islam terhadap kondisi Ibu menyusui, bahkan ketika perangpun sangat menjaga, apalagi kondisi damai?


Kondisi Ibu Menyusui Hari Ini

Lantas, bagaimana kondisi hari ini? Sejauh mana Ibu menyusui mendapatkan support system? Fakta yang terjadi hari ini adalah, tidak semua Ibu bisa mendapatkan kondisi ideal tersebut. Banyak seorang Ibu yang masih sedih dan takut hingga tak jarang Ibu baru mengalami babyblues. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor keluarga ataupun lingkungan. Seorang Ibu menyusui yang seharusnya mendapatkan ketenangan agar bahagia dan menjalankan perannya sebagai seorang Ibu, malah mendapatkan banyak tekanan dan tuntutan dari berbagai pihak. Hal ini ditambah dengan banyaknya mitos dari berbagai daerah yang bertentangan dengan sains ataupun agama, yang semakin menambah tidak nyamannya kondisi seorang Ibu baru. Pola ini terjadi secara turun menurun dan sistematis, hingga angka babyblues makin kian melonjak. Hal ini tentu memerlukan peran negara dalam memberikan ilmu kepada rakyatnya sehingga bisa saling menjaga dan mensupport demi ketenangan seorang ibu.

Bukan hanya Babyblues, yang lebih parah adalah banyak para Ibu yang belummampu menunaikan amanah mulia ini. Banyak wanita yang terpaksa bekerja demi membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Sang Ayah yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh dan kerja keras, tapi belum mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Islam tidak pernah mewajibkan seorang wanita bekerja, apalagi seorang Ibu menyusui, tentu Islam akan sangat menjaganya. Ketika seorang suami belum mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, seharusnya dibantu wali atau keluarga juga bertanggung jawab dalam menanggung hidup seorang Ibu dan anaknya tersebut. Jika wali atau keluarga juga tidak mampu, negara seharusnya berperan dan menjadi garda terdepan dalam membantu rakyatnya memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini agar sang Ibu bisa menjalankan amanah mulianya dengan maksimal tanpa memikirkan kebutuhan ekonomi keluarga.

Banyak peran negara yang bisa dilakukan, yaitu dengan memberikan lapangan pekerjaan dengan gaji yang layak, mengelola sumber daya alam dengan maksimal agar dapat dialokasikan untuk kebutuhan rakyat, menjaga kestabilan barang di pasar agar dapat dijangkau oleh masyarakat. Islam memiliki sistem ekonomi luar biasa sehingga mampu meriayah kehidupan rakyatnya agar sejahtera.

Berbeda dengan kondisi hari ini, banyak peran negara yang terabaikan, hingga rakyat harus berdarah-darah berjuang sendiri, dan Ibu menjadi salah satu korban budak kapitalis demi bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Benarlah, hanya dengan pengaturan Islam lah kehidupan manusia akan sejahtera. Ketika Islam diterapkan secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan, niscaya kesejahteraan akan dicapai dan ketenangan jiwa seorang ibu menyusui bukanlah wacana semata.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar