Oleh : Najdah Nashita Alfajri (Pelajar)
Pergi ke pasar naik sepeda,
Di jalan mampir beli rambutan.
Zaman sekarang makin gila,
Pergaulan bebas tak kenal aturan.
Kejadian yang Bikin Geleng-geleng Kepala
Bayangin kamu scroll timeline, eh tiba-tiba nemu berita remaja putri di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan (Sumsel) berinisial SN (18) menjadi korban pemerkosaan teman prianya. Ngerinya lagi korban ini diperkosa pelaku yang baru dikenal lewat aplikasi kencan daring. Akhirnya pelaku berinisial AW (21) ditangkap Polres OKU Selatan di rumahnya di Desa Simpangan, Kecamatan Simpang Martapura, Kabupaten OKU Selatan (detik.com, 6/6/25).
Kalau kamu pikir ini kasus pertama, sayangnya bukan. Ini cuma satu dari sekian banyak cerita kelam di balik bebasnya pergaulan zaman sekarang. Kisah serupa dialami seorang siswi SMP di Cikarang jadi korban pemerkosaan oleh mahasiswa yang dia kenal lewat sosmed. Awalnya cuma kenalan biasa, lalu ketemuan (alias kopi darat), tapi ternyata ending-nya malah tragis. Bukan cinta yang dia dapat, tapi luka yang dalam. Korban mengaku diajak hubungan badan dua kali. Polisi sekarang udah punya bukti visum, dan tinggal cari bukti tambahan buat ngejerat pelaku.
Sosmed Gacor, Moral Hancur?
Di era digital, semua hal serba cepat dan instan. Mau cari teman? Ada Facebook, IG, TikTok, Telegram. Mau kenalan? Tinggal klik DM. Mau ketemuan? Langsung janjian, kadang gak mikir aman atau enggaknya.
Tapi masalahnya, makin gampang akses ke dunia luar, makin besar juga potensi bahaya—apalagi kalau gak dibarengin sama bekal moral dan kontrol diri. Sosmed itu ibarat pisau: bisa bantu potong sayur, bisa juga buat nyakitin. Tergantung siapa yang pakai dan buat apa.
Sayangnya, arus informasi sekarang udah over dosis. Konten sensual? Banyak. Film yang normalisasi zina? Banyak. Influencer yang normalize pacaran sejak SD? Ada. Nah, remaja yang belum punya fondasi kuat bakal gampang banget keikut arus ini. Ending-nya? Jadi pelaku atau korban pergaulan bebas.
Sistem Hari Ini Bikin Pusing Kepala
Nah, kenapa semua ini bisa terus-terusan kejadian? Jawabannya bukan cuma karena salah pribadi atau karena anak mudanya "kurang dididik". Ini juga karena sistem hidup hari ini emang ngebebasin segala hal atas nama “hak asasi manusia”. Bebas pacaran, bebas posting apa aja, bebas ketemu siapa aja—asal suka sama suka, katanya.
Parahnya lagi, negara juga gak hadir secara maksimal. Kasus-kasus kayak gini viral sih iya, tapi penyelesaiannya? Lambat. Hukum kita sering tumpul ke atas, tajam ke bawah. Bahkan yang udah viral pun masih banyak yang gantung tanpa kejelasan. Yang lebih miris, kalaupun ada solusi, biasanya cuma tambal sulam. Sosialisasi, seminar, edukasi sesaat. Gak nyentuh akar persoalan.
Islam Gak Cuma Nasehatin, Tapi Nyelesaiin
Berbeda dari sistem sekuler yang cuma fokus pada akibat, Islam hadir sebagai sistem hidup yang nyentuh akar masalahnya.
🌐 Soal media
Dalam sistem Islam, media gak boleh liar kayak sekarang. Ada aturan jelas soal apa yang boleh ditayangkan dan disebarluaskan. Konten-konten yang merusak moral, memicu syahwat, atau mendorong pergaulan bebas—udah pasti dilarang keras. Di masa Khilafah dulu, ada departemen penerangan yang tugasnya ngawasin semua bentuk informasi publik. Tujuannya bukan buat ngebungkam, tapi buat menjaga masyarakat dari kerusakan pemikiran dan moral.
👫 Soal pergaulan lawan jenis
Islam ngatur interaksi cowok-cewek bukan buat ngekang, tapi buat ngejaga. Gak semua interaksi dilarang, tapi semua ada batasannya. Interaksi cuma dibolehkan kalau memang ada keperluan (muamalah, pendidikan, pengobatan), dan itu pun harus tetap sesuai adab Islam. Gak ada tuh konsep “teman tapi mesra (TTM)” atau “hubungan tanpa status (HTS)” dalam Islam. Karena dari situ pintu syetan kebuka.
🚫 Soal sanksi hukum
Islam juga punya sistem hukuman yang tegas dan adil buat pelaku kejahatan seksual. Hukuman ini bukan buat balas dendam, tapi buat menegakkan keadilan dan mencegah kasus serupa terulang lagi. Islam gak cuma ngasih larangan, tapi juga solusi, dari cara mendidik anak, cara menjaga pandangan, sampai sistem sosial dan politik yang membentengi masyarakat.
Waktunya Generasi Berani: Pilih Jalan Selamat, Bukan Jalan Sesat
Kalau kamu masih mikir, “Ah, kan aku gak ngelakuin yang ekstrem banget…”, hati-hati. Semua penyimpangan besar bermula dari pembiaran kecil. Mulai dari scroll konten gak jelas, ngobrol mesra tanpa batas, sampai akhirnya jadi kebiasaan yang ngerusak. Ini bukan cuma soal dosa pribadi—tapi soal efek domino ke masyarakat. Hari ini mungkin satu anak dirusak oleh konten, besok bisa jadi satu keluarga hancur. Kalau sistemnya gak dibenerin, maka generasi selanjutnya bakal makin hilang arah. Jadi:
🛑 Stop normalisasi hubungan bebas.
🛑 Stop mikir "asal gak ketahuan, gak apa-apa."
🛑 Stop anggap Islam terlalu ketat.
Justru karena Islam peduli, makanya aturan Islam detail. Karena Islam sayang, makanya Islam jaga semuanya—dari hati sampai tubuhmu, dari media sampai negara. Yang kamu kira “kebebasan”, ternyata jebakan. Yang kamu anggap “pengekangan”, justru perlindungan.
Islam gak butuh validasi dunia modern. Tapi kita, manusia modern, justru yang butuh Islam biar gak makin rusak bareng zaman. Islam bukan cuma agama, tapi solusi. Bukan cuma ceramah, tapi sistem nyata. Bukan cuma buat tua-tua, tapi juga jawaban buat generasi Z.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar