BANSOS BUKAN SOLUSI MENGENTASKAN KEMISKINAN


Oleh : Liza Khairina

Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah Indar Parawansa menyalurkan ragam bantuan kepada masyarakat Pamekasan, Madura pada Minggu 15 Juni 2025 di Pendopo Ronggosukowati. Bantuan mencakup berbagai program dengan alokasi anggaran 5.397.100.000 yang diperuntukkan bagi tujuh program bansos prioritas. Harapan gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah Indar Parawansa, dengan bantuan dapat mendorong masyarakat terbebas dari kemiskinan, menuju taraf hidup sejahtera (kominfo.jatimprov.go.id, 15-06-2025).

Pemberian bantuan selalu menjadi alternatif jangka pendek untuk mengentaskan kemiskinan. Pemberian bantuan juga selalu menjadi jalan kepedulian penguasa untuk mengalihkan perhatian. Perhatian yang seharusnya berbentuk pelayanan seluruh kebutuhan, nyatanya hanya terealisasi di tengah perjalanan. Perjalanan turba (turun ke bawah) seorang penguasa sebagai pelaku kebijakan.

Di antara penatnya pengurusan umat, kemiskinan selalu menjadi persoalan yang terus tumbuh meski ekonomi masyarakat mulai meningkat. Ketidakstabilan ekonomi yang masih menjadi pemandangan kontras di tengah-tengah masyarakat, menimbulkan kesenjangan yang tinggi antara yang kaya dan miskin. Yang kaya mampu membeli semua keinginannya, sedangkan yang miskin sekedar memenuhi kebutuhannya harus menanggung hidup berat di semua sektor kehidupan. Kebutuhan sandang, pangan dan papan. Juga kebutuhan pendidikan, kesehatan dan keamanan. 

Hal ini tentu bukan salah penguasa dan orang-orang disekitar yang tidak empati dan tidak peduli. Tapi kesalahan fatal pengaturan masyarakat yang berdasarkan cara pandang kapitalisme sekuler. Menjadikan agama di belakang dan kecerdasan manusia dalam bermufakat di depan. Padahal keterbatasan manusia dan kecenderungan tidak adil tidak akan mampu melahirkan sistem yang menyejahterakan. 

Berbeda jauh dengan Islam yang mengagungkan nilai-nilai Ketuhanan. Sebuah pengakuan akan Allah swt sebagai Pencipta dan Pengatur segala membuat masyarakat terpuaskan dengan pemenuhan kebutuhan baik individu maupun masyarakat. Kanjeng Nabi saw dengan risalahnya adalah role model kepemimpinan umat yang tak lekang oleh waktu. Diakui oleh penduduk dunia dulu dan hari ini, bahkan masa depan akan tersejahterakan dengan hanya berkiblat pada sistem sosial-ekonomi Islam.

Sistem sosial-ekonomi Islam tergambarkan landai dalam sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan Ibnu Majah:
من اصبح منكم امنا في سربه، معافی في جسده، عنده قوت يومه، فكانماحيزت له الدنيا
"Barang siapa di waktu pagi hari merasa aman jiwanya, sehat badannya dan memiliki makanan untuk hari itu. Maka, seolah-olah ia telah memiliki dunia dan isinya."

Tanggung jawab pemenuhan makanan, kesehatan dan pendidikan adalah tanggung jawab asasiah yang tidak bisa hanya dibebankan pada individu-individu semata. Tapi harus ada keterlibatan negara dengan sistemnya yang shahih memenuhi seluruh kebutuhan itu. Lebih-lebih rakyat yang terkategori miskin yang sulit memenuhi kebutuhannya tersebab faktor ketidakcukupan pendapatan dan jauhnya wilayah pelayanan dari pos-pos kemaslahatan umat.

Karenanya, risalah Islam memiliki konsep terintegrasi guna memenuhi kebutuhan individu berupa sandang, pangan dan papan. Juga kebutuhan masyarakat berupan jaminan kesehatan, pendidikan dan keamanan. Semua itu akan terwujud jika negara menganut konsep ekonomi Islam dengan pengaturan kekayaan jangan sampai menumpuk pada segelintir orang. Yang mana pengelolaan SDA oleh negara dan hasilnya dipergunakan untuk kemaslahatan umat.

Pengaturan zakat, infak dan sedekah tersalurkan pada yang berhak. Pun support sistem negara untuk mewajibkan para laki-laki dewasa mencari nafkah, sedangkan negara menyiapkan lapangan pekerjaan yang memadai dan aman. Dan tentu yang penting dari semuanya adalah sumber akar masalah sistem hari ini. Ekonomi kerakyatannya yang ribawi harus ditinggalkan dengan beralih pada sistem ekonomi Islam pembawa berkah.

Dengan begitu, bantuan sosial sebagai upaya pengentasan kemiskinan oleh penguasa kepada rakyatnya hanya menjadi bagian bincang kecil yang secara perlahan hilang, dilampaui berkahnya hidup dalam sistem sosial ekonomi Islam. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat benar-benar merata, menyulap setiap rumah dan keluarga dengan iman yang kokoh, jiwa sehat dan aman. Senantiasa bertasbih memujiNya menikmati gemerlapnya sejahtera dunia yang pandangannya jauh menuju kebahagiaan akhirat.[]




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar