Palestina Di Bawah Penjajahan dan Matinya Rasa Kemanusiaan


Oleh : Hanum Hanindita, S.Si. (Penulis Artikel Islami) 

Hingga hari ini Palestina masih menjadi sasaran genosida penjajah Zionis Yahudi. Korban tak berhenti berjatuhan mulai dari orang tua, remaja, anak-anak bahkan bayi-bayi yang masih merah yang tak memiliki dosa. Terbaru, mereka menutup pusat distribusi bantuan. 

Otoritas militer Israel mengeluarkan larangan bagi warga Palestina di Jalur Gaza untuk mendekati pusat-pusat distribusi bantuan. Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan di platform X, menyampaikan bahwa penutupan pusat distribusi dilakukan untuk keperluan renovasi, reorganisasi, dan peningkatan efisiensi. 

Penutupan ini terjadi sehari setelah militer Israel dilaporkan menyerang sekelompok warga Palestina yang tengah menunggu bantuan di bundaran Al-Alam, Rafah, selatan Gaza. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 27 orang. (beritasatu.com, 04/06/25) 

Tak cukup sampai situ saja, pada hari pertama Iduladha lalu pun, serangan udara dan penembakan Israel di berbagai wilayah Gaza juga menyebabkan 33 warga Palestina kehilangan nyawa. Perayaan Iduladha tahun ini menjadi yang keempat bagi warga Gaza sejak dimulainya operasi militer Israel, yang disebut-sebut sebagai upaya genosida dan telah merenggut hampir 54.700 jiwa. (beritasatu.com, 07/06/25) 

Selain menimbulkan banyak korban jiwa, agresi militer Israel juga menyebabkan krisis kelaparan dan membuat Jalur Gaza nyaris tak lagi layak untuk dihuni. Penderitaan muslim Palestina semakin perih, saat penguasa negeri muslim tak juga membela mereka dengan aksi nyata.


Matinya Rasa Kemanusiaan

Zionis benar-benar sekuat tenaga menghancurkan kehidupan muslim Palestina tanpa ampun. Tidak ada satupun yang terlewat dibantai secara keji hingga bayi-bayi. Terlihat betapa mereka tega membunuh bayi-bayi sebab mereka adalah bayi muslim keturunan Palestina.  

Selain merenggut nyawa penduduk Palestina, Zionis juga menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk membunuh generasi Palestina secara perlahan. Terlihat dari tindakan mereka yang sengaja menutup akses bantuan untuk muslim di sana. Kondisi hari raya pun tak membuat mereka sedikit berbelas kasih untuk mengurangi serangan. Lagi, kaum muslim di Palestina harus berhari raya dengan darah. 

Mirisnya, di belahan dunia lain negara-negara besar dunia hanya diam.  Bahkan penguasa muslim juga hanya sibuk beretorika tanpa aksi nyata dengan mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah. Selalu solusi dua negara yang dikemukakan untuk memerdekakan Palestina. 

Tentunya, menjadi pertanyaan di manakah hati nurani dan rasa kemanusiaan itu. Tidakkah hatinya terkoyak melihat derita warga Palestina. Padahal sejatinya rasa itu adalah rasa fitrah bagi manusia untuk menolong sesamanya, apalagi bayi yang lemah tak berdaya. 

Matinya rasa kemanusiaan sesungguhnya menunjukkan hilangnya sifat dasar manusia. Ini adalah buah kapitalisme yang mengagungkan nilai materi dan rasa superior disertai dengan kebencian atas manusia lainnya, bahkan juga terhadap agama. Maka hari ini kita dapati, Zionis sebagai agresor yang senantiasa melancarkan serangan demi serangan  brutal untuk menghabisi warga muslim Palestina. Mirisnya kekejaman yang tampak sangat nyata, tak jua mengusik nurani para pemimpin muslim. 

Nasionalisme yang lahir dari Barat pun menjadi biang kerok yang menghalangi penguasa untuk bersikap adil pada muslim Palestina. Nasionalisme telah membuat sekat-sekat di antara negara dan membuat penguasa menjadi egois hanya memikirkan urusan dalam negerinya. Tak ada seorang penguasa negeri muslim pun yang membebaskan Palestina dengan kekuatan senjata dan memobilisasi tentara, meski umat sudah menyerukan jihad. 


Khilafah dan Jihad Solusinya

Sudah begitu terang bahwa tidak ada solusi lain yang mampu menyelamatkan muslim Palestina sekaligus memerdekakan tanah tersebut selain jihad. Namun, jihad tak cukup hanya diseru oleh individu-individu atau sejumlah kelompok saja.

Jihad hanya akan terwujud jika adanya seruan dari negara.  Sebab, negara memiliki kekuasaan untuk mengirim kekuatan pasukan.  Sedangkan, model negara hari ini tak mungkin menyerukan jihad, apalagi mereka justru bergandengan tangan dengan penjajah Zionis. 

Seruan jihad hanya mungkin dikumandangkan oleh negara yang berfungsi sebagai pengurus dan perisai umat, yakni Khilafah.  Negara dengan model tersebut, akan menjadikan pemimpin sebagai sosok pelindung yang menjaga harta, darah dan kehormatan kaum muslim. Dan untuk mewujudkan itu, umat harus  berjuang menegakkannya dengan sungguh-sungguh. Tegaknya Khilafah tak mungkin terwujud ketika umat masih hidup dalam cengkeraman sekularisme kapitalisme. Oleh karena itu terlebih dahulu umat harus mencampakkan sistem rusak tersebut. 

Upaya menegakkan Khilafah juga  membutuhkan kepemimpinan kelompok dakwah ideologis yang konsisten menyerukan tegaknya Khilafah. Kelompok  ini akan membangun kesadaran umat untuk meninggalkan sekularisme kapitalisme, dan menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat. Kelompok ini juga akan menyadarkan umat akan urgensi berjuang dalam menegakkan Khilafah di muka bumi. Umat sudah seharusnya menjawab seruan kelompok dakwah ini dan berjuang bersama menjemput pertolongan Allah Swt.. Wallahua'lam bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar