Oleh : Imas Rahayu, S.Pd. (Pemerhati Remaja)
Di tengah hiruk-pikuk perkembangan zaman, generasi Z (Gen Z) menjadi sorotan sebagai generasi yang diharapkan mampu membawa perubahan signifikan. Dengan kemajuan teknologi, tingkat pendidikan yang meningkat, dan akses informasi yang luas, Gen Z memiliki modal besar untuk menjadi agen perubahan. Namun, banyak tantangan besar yang menghalangi potensi mereka. Salah satunya adalah dampak dari sistem demokrasi kapitalisme, yang menyebabkan beragam permasalahan sosial, ekonomi, dan mental pada generasi ini.
Gen Z menghadapi berbagai masalah serius yang menghambat potensi mereka. Kesehatan mental adalah salah satu isu yang mencuat. Dikutip dari Kompas.com (29-10-2024) melaporkan bahwa angka kasus bunuh diri di kalangan remaja di Indonesia meningkat, menggambarkan kerapuhan mental generasi muda di tengah tekanan sosial dan ekonomi yang semakin besar. Selain itu, dikutip dari Times Indonesia.com (29-10-2024) menyebutkan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami "darurat kesehatan mental remaja," di mana stres, kecemasan, dan depresi menjadi masalah yang umum ditemui di kalangan anak muda.
Selain itu, Gen Z juga menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Radar Jogja.com (30-10-2024), lebih dari 9,9 juta Gen Z di Indonesia tergolong sebagai pengangguran. Mahalnya biaya pendidikan juga menjadi masalah besar. Bagi banyak dari mereka, akses ke pendidikan tinggi terhalang oleh Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin tinggi, yang membuat mereka sulit bersaing dalam pasar kerja yang kompetitif.
Sayangnya, alih-alih mendorong Gen Z untuk berpikir kritis dan memperjuangkan perubahan, banyak dari mereka justru terjebak dalam gaya hidup hedonistik dan konsumeristik. Dikutip dari Kumparan.com (30-10-2024) mencatat bahwa budaya FOMO (Fear of Missing Out) dan tekanan sosial untuk selalu mengikuti tren telah mengakibatkan konsumsi yang berlebihan dan gaya hidup yang lebih mementingkan kesenangan sesaat daripada membangun masa depan.
Apa Penyebabnya?
Masalah yang dialami Gen Z tidak muncul begitu saja. Akar dari berbagai permasalahan ini adalah sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan di Indonesia. Sistem ini menghasilkan kebijakan yang mengutamakan kepentingan ekonomi segelintir elite dan korporasi besar, sementara kebutuhan dan kesejahteraan rakyat, termasuk generasi muda, sering kali terabaikan. Kapitalisme menciptakan lingkungan yang kompetitif dan tidak stabil, di mana individu dipaksa untuk bersaing tanpa memperhatikan nilai moral atau kesejahteraan kolektif. Akibatnya, Gen Z terjebak dalam ketidakpastian ekonomi, beban pendidikan tinggi, dan tekanan sosial yang besar.
Di sisi lain, demokrasi kapitalisme juga mendorong budaya materialisme dan individualisme, yang menjauhkan Gen Z dari prinsip-prinsip hidup yang sehat dan bermakna. Sebagai generasi yang tumbuh di era teknologi dan media sosial, Gen Z dihadapkan pada eksposur besar terhadap budaya konsumerisme dan hedonisme yang merusak. Gaya hidup ini membuat mereka semakin jauh dari nilai-nilai Islam, serta memperparah krisis identitas dan mental yang mereka alami.
Mengaktivasi Peran Gen Z melalui Islam Kafah
Islam kafah menawarkan solusi yang menyeluruh dan sesuai dengan fitrah manusia. Dalam pandangan Islam, setiap individu, termasuk Gen Z, memiliki peran penting sebagai agen perubahan. Islam mengajarkan bahwa setiap muslim memiliki tanggung jawab untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam masyarakat.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi Gen Z, penting adanya partai atau kelompok yang berperan dalam membina generasi muda agar memiliki kepribadian Islam. Partai ini harus mampu memberikan pemahaman yang mendalam tentang Islam sebagai pandangan hidup yang mencakup segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Dengan pemahaman ini, Gen Z tidak hanya akan terhindar dari gaya hidup yang merusak, tetapi juga memiliki visi dan misi yang jelas untuk memperjuangkan perubahan hakiki melalui penerapan Islam kafah.
Sejarah menunjukkan bagaimana Islam mampu membawa perubahan besar dalam peradaban. Pada masa kekhalifahan, kaum muda selalu dilibatkan dalam perjuangan dakwah dan pembangunan peradaban Islam. Salah satu contohnya adalah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usia yang sangat muda. Ini adalah bukti bahwa generasi muda memiliki potensi luar biasa ketika dibina dan diarahkan dalam sistem yang benar.
Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang membawa Islam kafah sebagai solusi bagi umat dan bangsa. Namun, untuk mencapai hal ini, mereka harus dibina secara intensif agar memiliki pemahaman Islam yang benar dan terhindar dari pengaruh buruk demokrasi kapitalisme. Dengan menegakkan sistem Islam, Gen Z tidak hanya akan menemukan tujuan hidup yang sejati, tetapi juga akan mampu mewujudkan peradaban Islam yang adil, sejahtera, dan diridhai Allah Swt.
Peran partai atau kelompok dakwah yang membina generasi ini sangat krusial. Melalui pendidikan dan pembinaan yang shahih, Gen Z dapat menjadi generasi yang berkepribadian Islam dan siap untuk membangun peradaban yang lebih baik. Hanya dengan Islam Kafah, Gen Z akan mampu menghadapi tantangan zaman dan membawa perubahan yang hakiki untuk umat dan dunia.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar