MEMBELA PALESTINA, KEWAJIBAN SIAPA???


Oleh : Masrina Sitanggang (Guru dan Aktivis)

Penampakan yang sangat mengerikan setiap detiknya berlangsung dibumi yang diberkahi, Palestina. Ledakan bom, tangisan dan jeritan merupakan hal yang sudah biasa diperdengarkan kepada seluruh penjuru negeri. Setiap hari yang syahid bertambah jumlahnya. Hingga saat ini kaum muslimin yang melimpah jumlahnya tidak mampu untuk membela Palestina yang notabenenya hanya wilayah kecil dibandingkan dengan wilayah-wilayah kaum muslimin.

Aksi genosida yang dilancarkan Zionis atas warga Gaza dan Tepi Barat Palestina, telah berlangsung lebih dari setahun lamanya. Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, jumlah korban per 30 September 2024 adalah sebanyak 41.615 syahid dan 96.359 luka-luka, 74% di antaranya perempuan dan anak-anak. Semua ini belum termasuk mereka yang masih tertimbun reruntuhan karena sulit diselamatkan. Dan jumlah korban terus meningkat hingga saat ini.

Serangan zionis ini terus meluas hingga ke wilayah Lebanon hingga Yaman. Dengan alasan negara tersebut dituding sebagai markas milisi Hizbullah dan Houthi yang selama ini sangat gencar melawan kebrutalan mereka di Palestina. Upaya serangan besar-besaran ke wilayah Lebanon sendiri dimulai pada Senin, 23-9-2024. Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan, serangan pembuka tersebut sedikitnya telah menewaskan 558 orang dan lebih dari 1.585 lainnya luka-luka.

Merespon hal itu negara-negara lainnya tidak bisa berbuat banyak untuk membantu saudaranya selain hanya sekedar mengirimkan bantuan logistik berupa makanan, pakaian dan obat-obatan. Dengan bantuan ini sudah pasti tidak mampu untuk menghentikan aksi bengis zionis terhadap warga sipil Palestina.

Mayoritas negeri-negeri Muslim banyak mengecam perbuatan zionis, serta menggaungkan solusi dua negara sebagai jalan tengah yang damai. solusi ini jelas merupakan solusi palsu yang terus ditawarkan Barat, terutama Amerika sebagai pemegang kepemimpinan global. Tujuannya adalah demi memperpanjang umur penjajahan, sekaligus agar instabilitas kawasan terus berlanjut hingga bisa membantu Barat (AS) untuk mendikte dan menekan negara-negara Arab melalui isu perbatasan. 

Kaum muslim semestinya memahami hakikat persoalan Palestina dengan kacamata Islam. Dalam pandangan syariat, perampasan tanah hak milik umat, meskipun hanya sejengkal, tidak bisa dibiarkan. Terlebih status tanah Palestina adalah tanah wakaf yang pemiliknya adalah umat Islam dunia, terutama sejak perjanjian Umariyah ditetapkan hingga akhir zaman. Merebutnya kembali dari penjajah merupakan perjuangan yang disyariatkan.

Masalahnya, kita tidak bisa berharap umat Islam Palestina akan mampu melawan penjajahan sendirian. Kita juga tidak bisa berharap, para pemimpin Arab dan dunia, bahkan lembaga-lembaga internasional mau dan mampu menekan Zionis dan mengusir mereka dari kawasan.

Satu-satunya harapan adalah pada kepemimpinan seorang khalifah. Khilafah Islam akan melaksanakan jihad fisabilillah untuk melindungi nyawa, kehormatan dan harta setiap jiwa baik Muslim maupun non-Muslim. Khilafah Islam pun akan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh dunia. Khalifah dengan sistem negaranya (Khilafah) akan menyatukan seluruh umat Islam dunia dengan landasan akidah Islam. Khilafah akan memobilisasi seluruh potensi umat Islam, termasuk tentaranya untuk membangun kekuatan global. Dengan kekuatan inilah, khilafah akan mampu mengalahkan kezaliman entitas yahudi dengan mudah. 

Hal ini dilakukan karena seorang khalifah memahami dengan benar atas amanah yang telah dilimpahkan atasnya. Di dalam Islam, agar pemangku kekuasaan bertindak amanah, ia wajib mengemban kekuasaannya di atas pondasi agama, yakni Islam. Inilah yang juga ditegaskan oleh Imam al-Ghazali rahimahulLâh: "Agama dan kekuasaan itu ibarat dua saudara kembar. Karena itu sering dikatakan: Agama adalah pondasi, sementara kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur. Apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap." (Abu Hamid al-Ghazali, Al-­Iqtishâd fî al-­I’tiqâd, 1/78).





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar