Oleh : Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)
Hidup sejahtera, terpenuhi seluruh kebutuhan, merupakan dambaan setiap perempuan. Kesejahteraan adalah yang mereka rindukan. Namun hari ini, kesejahteraan seolah berada di puncak nun jauh disana. Setiap orang harus berjuang, banting tulang agar dapat meraihnya. Begitu pula para perempuan harus berdaya secara ekonomi agar sampai pada level perempuan sejahtera.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Paser menggelar Sosialisasi Pemberdayaan Peran Kepala Keluarga (PEKKA) Melalui Program Klik “PATUH” dan Koordinasi Penilaian Penghargaan Parahita Ekapraya (PPE) Tahun 2024. Kegiatan berlangsung di Ruang Rapat Sadurengas dan dibuka oleh Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Paser H.M.Syirajudin,S.H.,M.T, Rabu (30/10/2024).
Pemberdayaan Peran Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan kepala keluarga. PEKKA melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, penjaga keberlangsungan kehidupan keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarganya.
Dan dalam sambutannya Pjs.Bupati Paser mengapresiasi dengan adanya Program Pemberdayaan Peran Kepala Keluarga ini yang diberi nama Klik PATUH dan ini merupakan yang pertama di Kalimantan Timur.
Dalam kesempatan ini Pjs.Bupati Syirajudin juga melakukan koordinasi terhadap Penilaian Penghargaan Parahita Ekapraya (PPE) Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Politik dan Hukum Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Dilansir dari laman Humas.paserkab.go.id (2/11/2024)
Tidak Sesuai Realita
Gagasan PEKKA ini muncul sudah sejak tahun 2000, perempuan diberdayakan ditengah-tengah masyarakat agar sejahtera dan mampu menopang ekonomi keluarga. Ada yang melakukan karena faktor ekonomi ataupun karena tergiring opini kesetaraan gender demi eksis diranah publik.
Upaya pengentasan kemiskinan dengan program PEKKA adalah solusi yang ditawarkan sistem saat ini yaitu sistem kapitalisme sekuler. Yang menghilangkan fitrah perempuan. Dengan menjadikan perempuan sebagai kepala rumah tangga yaitu perempuan pencari nafkah sekaligus pengelola rumah tangga, sebagai upaya untuk menyejahterakan keluarga.
Solusi yang ditawarkan tidak sesuai realita yang diharapkan. Peran ganda yang dilakukan perempuan membuat mereka harus bekerja lebih keras, mengurus rumah, anak, dan bekerja diluar rumah. Dianggap solusi, nyatanya pemberdayaan perempuan dalam ekonomi diranah publik justru membuat perempuan kehilangan fitrahnya. Disibukan dengan bekerja, anak menjadi terabaikan, anak tak mendapatkan pendidikan dan perhatian dalam keluarga.
Alhasil, akan banyak anak- anak yang rusak moralnya, pengguna narkoba, pelaku seks bebas, korban pelecehan, bahkan sampai pada membunuh. Terjunnya perempuan untuk menopang ekonomi keluarga juga menjadi salah satu yang menambah korban kehancuran keluarga dari mulai KDRT, perceraian, generasi lemah dll.
Upaya memberdayakan perempuan dengan berbagai program untuk kesejahteraan hanyalah mantra yang membius perempuan agar mau diberdayakan/dieksploitasi. Ditengah kehidupan global, perempuan dijadikan mesin penghasil keuntungan. Sistem kapitalis berhasil mengalihkan peran perempun kearah peningkatann produktivitas ekonomi perempuan, yang sangat menguntungkan pihak kapitalis.
Dengan kondisi ini, perempuan tidak lagi fokus sebagai ibu dan pengurus rumah tangga, perempuan juga diharuskan untuk membantu perekonomian keluarga, sebagai pelaku usaha atau pekerja. Dari sisi lain pemberdayaan perempuan justru semakin menguatkan para Kapitalis menancapkan kekuasaannya.
Asumsi bahwa dengan perempuan bekerja sebagai kepala keluarga untuk meningkatkan taraf hidup keluarga adalah asumsi yang keliru. Karena, fakta dari biaya kebutuhan hidup hari ini yang cukup tinggi, menjadi akar dari masalah keluarga. Harga sembako, biaya pendidikan, biaya kesehatan semua dibebankan kepada masyarakat, yang mayoritasnya diantara mereka berada pada taraf hidup yang rendah dengan upah harian kerja yang kecil.
Abainya negara sebagai ri’ayah syu’unil al-ummah (mengurus kepentingan rakyat) dan ketidakpahaman masyarakat terhadap kewajiban nafkah keluarga berdasarkan syariat Islam, membuat perempuan menjadi kepala keluarga. Begitu pula setiap kebijakan yang dibuat hanya fokus pada aspek ekonomi semata, kebijakan hanya demi mendapatkan keuntungan.
Demikianlah, kebijakan yang lahir dari sistem kapitalisme sekuler, hanya demi meraup keuntungan yang besar memberdayakan perempuan, membuat mereka harus jauh dari fitrahnya. Maka, persoalan kesejahteraan perempuan disebabkan sistem Kapitalisme sekuler yang diberlakukan, solusi kesejahteraan perempuan bukan karena perempuan tidak bekerja atau berdaya.
Perempuan Dalam Islam
Sesungguhnya Islam menempatkan kedudukan perempuan sangat mulia. Status perempuan dalam Islam sebagai ibu dan pengatur rumah tangga bukan kepala keluarga yang harus bekerja. Bekerja menjadi tanggung jawab laki-laki yang memiliki kewajiban mencari nafkah.
Jika perempuan berdaya maka demi memanfaatkan keilmuan dan keahliannya saja, bukan sebagai pekerja. Perempuan hanya fokus pada peran besarnya sebagai ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga) untuk mempersiapkan generasi terbaik bangsa yang akan menjadi tonggak peradaban dimasa depan.
Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan hingga masyarakat termasuk perempuan. Dimasa Kekhilafan Umar bin Khathab ra. Beliau adalah khalifah yang senantiasa turun lapangan. Beliau melihat secara langsung kondisi rakyatnya, hidup layak atau tidak. Beliau memastikan kebutuhan hidup rakyat orang per orang, laki-laki dan perempuan, telah terpenuhi secara layak atau tidak.
Suatu ketika Khalifah Umar bin Khathab ra. sedang berjalan di pinggiran kota Madinah dan mendapati anak-anak yang menangis kelaparan menunggu masakan yang belum matang. Ternyata ibunya yang janda sedang menanak batu. Umar pun bersegera ke Baitulmal untuk mengambil sekarung gandum dan memikulnya sendiri ke rumah keluarga tersebut.
Tidak hanya mengantarkan gandum, tetapi Khalifah Umar bin Khathab ra. juga memasakkan keluarga tersebut dan menyediakan makanan untuk mereka. Akhirnya, keluarga itu pun bisa tidur lelap karena sudah kenyang. Ini adalah wujud tanggung jawab kepala negara terhadap rakyatnya.
Sebagai pemimpin, Umar bin Khathab ra. takut kepada Allah jika dirinya lalai dan ada rakyatnya yang menderita kelaparan. Khalifah Umar bin Khathab ra. tidak mengeluarkan kebijakan dengan memberi pinjaman kepada janda tersebut atau memberikan lapangan pekerjaan kepadanya sehingga kemudian dengan usahanya ia bisa membeli bahan makanan untuk keluarganya.
Khalifah Umar ra. sangat paham bahwa dalam Islam, perempuan tidak ada kewajiban untuk menafkahi keluarga, termasuk dirinya sendiri. Nafkah perempuan ditanggung walinya jika walinya ada dan mampu. Dalam Islam, negara pun akan memastikan para wali yang mampu, menjalankan kewajibannya dalam menafkahi kaum perempuan. Namun, jika walinya tidak ada atau tidak memiliki kemampuan, perempuan akan mendapatkan nafkah dari negara.
Demikianlah,
aminan dan mekanisme Islam terhadap kesejahteraan perempuan jika tidak ada lagi yang memberikan nafkah atas perempuan dari perwaliannya. Dalam hadist “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan iya bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari).
Sungguh, perempuan sejahterakan dan mulia didalam Islam. Perempuan terjaga dan terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Wallahu'alam bissawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar