KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ
لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا
اَللّٰهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Minuman keras (miras) menimbulkan tantangan besar dalam menjaga kewarasan masyarakat, sebab miras bukan hanya merusak individu, tetapi juga menyebabkan keresahan sosial serta memicu berbagai tindak kriminal. Meski Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar, yang seharusnya menjunjung tinggi ajaran Islam yang mengharamkan miras, peredaran miras tetap bebas, bahkan menyasar remaja. Data tahun 2014 dari Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) menunjukkan bahwa 23 persen remaja Indonesia pernah mengonsumsi miras. Di beberapa kota besar, miras dapat diakses mudah melalui toko modern dan tempat wisata, sementara miras ilegal, seperti oplosan, dikonsumsi di kalangan masyarakat kelas bawah. Di Yogyakarta, kota pelajar yang juga pusat pendidikan Islam, peredaran miras bahkan merambah dekat kawasan pendidikan, membahayakan para santri dan pelajar; Faktanya, sudah ada santri yang menjadi korban penusukan dan penganiayaan. Pelakunya ternyata dalam keadaan mabuk akibat pengaruh miras (CNN Indonesia, 31 Oktober 2024).
Bahaya miras sudah terbukti secara medis dan sosial, di mana menurut WHO (2018), alkohol menyebabkan lebih dari tiga juta kematian per tahun. Di Indonesia, laporan Korlantas Polri (2023) menyebut miras sebagai faktor utama kecelakaan fatal, sementara Polda Metro Jaya pada Maret 2024 mencatat banyak kasus kriminal yang dilakukan pelaku dalam kondisi mabuk.
Sistem ekonomi kapitalis-liberal menjadi penyebab utama mengapa miras terus beredar; prinsip ada permintaan, ada penawaran membuat pengusaha terus memproduksi dan mendistribusikan miras demi keuntungan, sementara pemerintah menerima pendapatan pajak dari miras, bahkan mempromosikannya sebagai daya tarik wisata. Hal ini memperlihatkan ironi besar dalam upaya melindungi moral dan akal sehat masyarakat.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Miras atau khamr secara tegas diharamkan dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Sungguh minuman keras, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan. Karena itu jauhilah semua itu agar kalian beruntung (TQS al-Maidah [5]: 90).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ
Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram (HR Muslim).
Lebih lanjut, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa apa saja yang banyaknya dapat memabukkan maka sedikitnya pun haram. Maka, seorang Mukmin tidak sepantasnya mengonsumsi miras, sebab perbuatan tersebut bertentangan dengan keimanan.
Ijmak sahabat dan para ulama kaum Muslim sepakat bahwa konsumsi khamr adalah dosa besar. Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni bahwa konsumsi khamr adalah dosa yang telah disepakati keharamannya. Imam An-Nawawi dan Imam Al-Qurtubi juga menekankan bahwa khamr diharamkan karena merusak akal dan membawa berbagai dampak negatif seperti merusak kehormatan dan menyebabkan kezaliman. Imam An-Nawawi, dalam Riyaadh ash-Shaalihiin, menyatakan bahwa khamr diharamkan karena merusak akal dan segala sesuatu yang merusak akal adalah haram.
Dalam hukum Islam, peminum khamr dikenakan hukuman cambuk, sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Siapa saja yang mengkonsumsi khamr maka cambuklah dia. Jika dia mengulangi maka cambuklah. Jika dia mengulangi lagi untuk yang ketiga atau keempat kalinya maka bunuhlah dia (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Namun, hukuman mati ini kemudian di-naskh (dibatalkan), sehingga hukuman bagi peminum khamr adalah cambuk, yaitu 80 cambukan pada pelanggaran pertama, dan dapat diperberat bila diulangi, seperti disebutkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa' dan Imam Syafii dalam Al-Umm.
Tidak hanya peminum khamr yang dilaknat Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi juga semua yang terlibat dalam proses produksinya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah telah melaknat khamr, peminumnya, penuangnya, penjualnya, pembelinya, pemerasnya, orang yang meminta untuk diperaskan, pembawanya, yang minta dibawakan serta yang menikmati hasil penjualannya (HR Abu Dawud). Sabda ini menunjukkan bahwa produksi dan distribusi khamr melibatkan banyak pihak yang turut berkontribusi dalam menyebarkan kejahatan.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Dalam penerapan hukumnya, Islam menetapkan bahwa pelaku distribusi dan perdagangan khamr dikenakan hukuman ta'ziir, yaitu hukuman yang jenis dan jumlahnya ditetapkan oleh hakim sesuai tingkat kerusakan yang ditimbulkan di masyarakat. Ibn Hajar al-Haitami menyatakan dalam Az-Zawaajir bahwa memproduksi, menjual, atau mengedarkan khamr adalah dosa besar, dan Imam An-Nawawi menegaskan bahwa penghasilan dari bisnis khamr adalah haram.
Mengatasi masalah miras memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan hukum yang tegas. Islam telah memberikan panduan dalam menjaga akal manusia dengan melarang miras dan menetapkan sanksi tegas. Penegakan syariah Islam secara total dalam pemerintahan Islam (Khilafah) merupakan kunci untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berakhlak. Pemberantasan miras bukan sekadar mengatasi kejahatan, tetapi juga menjaga akal agar masyarakat hidup lebih aman, produktif, dan penuh berkah.
WalLaahu alam bi ash-shawaab. []
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar