Kejar Pajak, Negara Memalak Rakyat?


Oleh : Gyan Rindu (Pegiat Literasi)

Penunggak pajak kendaraan bakal dikejar ke rumah. Para penunggak pajak kendaraan bakal diburu Tim Pembina Samsat hingga ke rumah. Sekitar 96 juta unit kendaraan dari 165 juta kendaraan yang terdaftar, pajaknya tidak dibayarkan. Tindakan tersebut diambil untuk mengingatkan pemilik kendaraan menunaikan kewajiban membayar pajak. Bukan tanpa alasan, dalam catatan Korlantas Polri dari total 165 juta kendaraan terdaftar, yang memperpanjang STNK 5 tahunan tak sampai setengahnya atau sekitar 69 juta unit. Sementara itu 96 juta unit kendaraan pajaknya tak dibayarkan. (https://dutatv.com, 2024-11-08)

Samsat akan memburu setiap penunggak pajak kendaraan. Hal itu dilakukan karena lebih dari setengah jumlah kendaraan yang terdaftar mengalami penunggakan pajak. Namun, kita juga harus memahami bahwa ekonomi masyarakat tidak sedang baik-baik saja. Selain pajak kendaraan, masyarakat juga dibebani oleh berbagai macam pajak, dan kebutuhan lainnya. Hal ini sudah pasti menjadi keresahan untuk masyarakat. Harusnya, pemerintah bukan memburu masyarakat, tapi mempertanyakan kenapa mereka tidak bisa membayar pajak? Karena banyak dari rakyat Indonesia yang mengalami penurunan status ekonomi dan lemahnya daya beli masyarakat. Itu menjadi bukti bahwa ekonomi negara ini tidak sedang baik-baik saja.

Rakyat banyak mengalami tekanan. Tidak heran banyak dari masyarakat mengalami mental health. Gaji yang tidak seberapa harus siap dipotong setiap bulannya untuk berbagai tanggungan karena kebijakan dari pemerintah. Belum dengan kebutuhan sehari-hari, tanggungan yang lain, dan pajak yang lain. Selain itu wacana pemerintah yang akan menaikkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi 12% mengalahkan PPN Jepang, Korea Selatan, dan Australia menjadi tambahan beban untuk rakyat Indonesia. Bagaimana rakyat bisa sejahtera ketika pemerintah siap untuk memerasnya diberbagai bidang? Bagaimana tidak daya beli masyarakat makin lesu dan ekonomi terus menurun jika rakyat terus dibebani dengan kebijikan-kebijakan yang menyengsarakan? Sampai kapan rakyat akan bertahan?

Banyak dari rakyat yang masih tidak sadar bahwa kebijakan pemerintah terus mencekik meraka. Banyak yang masih menyalahkan satu dengan yang lain. Padahal semua itu dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Bagaimana rakyat mau sejahtera jika impor gila-gilaan, dan peternak-peternak lokal merugi gila-gilaan. Bebas pajak untuk susu impor, tetapi menetapkan pajak besar untuk pengusaha susu lokal. Sampai kapan rakyat harus terus menjerit? Mencekik rakyat dengan berbagai pajak dan kebijakan-kebijakan yang tak masuk akal, tetapi menaikkan gaji pejabat bahkan tunjangan-tunjangan mereka.

Banyak dari masyarakat yang sudah muak dengan sistem pemerintahan saat ini. Apa yang kita harapkan dari sistem saat ini? Mereka yang membuat, mengendalikan hukum-hukum yang ada. Bahkan bisa merubah hukum agar tetap bisa berkuasa di negara ini. Luar biasa bukan? Namun memang begitulah jika manusia membuat hukum. Mereka pasti akan membuat hukum dan kebijakan sesuai dengan keinginan mereka secara pribadi ketika mereka sudah haus akan kekuasaan dan uang. 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari. 5959, Tirmidzi. 2259 dan Muslim. 1738)

Dari hadis tersebut kita tahu bahwa manusia yang haus kekuasaan dan uang tidak akan pernah puas dengan apa yang mereka telah dapatkan. Apa lagi jika mereka diberikan keleluasaan untuk membuat hukum dan mengendalikan hukum di negeri ini. Namun, masih banyak dari rakyat masih mempercayai hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan yang mereka telah buat. Meskipun hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan tersebut semaki menyengsarakan. Banyak dari masyarakat memilih hukum dan sistem yang dibuat oleh manusia dibandingkan dengan hukum dan sistem yang dibuat oleh Allah. Mereka takut hukuman dan sanksi yang tegas dan berat dari hukum-hukum Allah. Padahal dengan adanya sanksi-sanksi tersebut kejahatan tidak akan merajalela seperti sekarang. Dan pejabat pemerintah tidak akan berani semena-mena. Karena segala tindakan yang dilakukan mengambil dari Al-Qur’an dan hadis yang pasti memberikan keadilan dan keseteraan untuk semua orang. 

Islam tidak hanya memberikan hukum tegas bagi mereka yang melakukan kejahatan, islam juga sudah mengatur bahwa negara yang bersistem Islam kaffah tidak boleh terlalu bergantung oleh negara-negara asing. Sehingga rakyat yang memakai sistem Islam kaffah lebih mandiri dan dapat mengelolan sumber daya alamnya sendiri. 

Selain itu, negara yang menggunakan sistem Islam tidak ada namanya pajak. Karena pemungutan pajak itu diharamkan di dalam Islam. Negara yang bersistem islam hanya menarik pungutan jika keadaan darurat dan itu hanya diperuntukkan untuk orang-orang kaya, tidak setiap bulan atau setiap tahun. Sehingga rakyat tidak terbebani dengan hal-hal yang tidak perlu. Bahkan pemimpin-pemimpin di dalam negara yang menerapkan Sistem Islam, mereka memperhatikan setiap lini dalam masyarakat dan memenuhinya sebaik mungkin. Sehingga rakyatnya tidak ada yang kekurangan. Bukankah hal-hal seperti ini yang kita inginkan? Keadilan, kesejahteraan, kemandiriaan, dan keamanan.

Allah sudah membuat sistem sebaik mungkin untuk manusia bukan tanpa alasan. Karena sudah pasti Sang Pencipta tahu betul dengan sifat-sifat makhluk yang diciptakannya. Kitalah yang membutuhkan sistem Islam ini untuk kebikan kita sendiri dan seluruh umat.
عَرَضَ مَسْلَمَةُ بْنُ مُخَلَّدٍ وَكَانَ -أَمِيرًا عَلَى مِصْرَ -عَلَى رُوَيْفِعِ بْنِ ثَابِتٍ أَنْ يُوَلِّيَهُ الْعُشُورَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ صَاحِبَ الْمَكْسِ فِي النَّارِ [رواه أحمد].
“Maslamah bin Mukhalld -gubernur Mesir- menawarkan tugas kepada Ruwaifi’ bin Tsabit untuk menarik pajak. Kemudian ia berkata, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pemungut mukus dimasukkan neraka” (HR. Ahmad nomor 16553) []




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar