PEMIMPIN BARU, HARAPAN BARU?


Oleh : Ummu Mumtazah (Pegiat Literasi)

Setiap moment yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali selalu diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Moment tersebut dijadikan ajang pemilihan pemimpin baru yang memberi harapan baru bagi Indonesia lima tahun kedepan, pemimpin yang bisa memberikan kontribusi yang terbaik bagi negeri Indonesia yang kita cintai ini.

Namun moment setiap lima tahun sekali tersebut hanya menjadi harapan palsu yang ujung-ujung kepemimpinannya tidak memberikan sebuah harapan bahkan lebih bagi semua rakyat. Kenapa hal ini bisa terjadi ?

Pada tanggal 20 Oktober 2024, Prabowo telah resmi menjadi pemimpin bangsa Indonesia periode 2024-2029 dengan berbagai visi dan misi demi tercapainya kesejahteraan dalam setiap aspek.

Dalam era globalisasi dan perubahan geopolitik yang dinamis, bagaimana sosok Presiden baru ini akan memimpin Indonesia ke masa depan yang lebih sejahtera dan stabil menjadi pertanyaan banyak pihak baik di dalam maupun di luar negeri.

Mengusung visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. Prabowo-Gibran yakin hanya dengan persatuan, kesatuan dan kebersamaan bangsa ini bisa mencapai cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045.

Landasan kepemimpinan dan kebijakan Prabowo-Gibran untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih maju, berdaulat dan sejahtera. Hal tersebut dicanangkan melalui visi besar mereka yaitu Astacita yang berarti delapan tujuan atau aspirasi. (www.antara.com)

Namun mereka tidak menyadari bahwa di periode kepemimpinannya banyak sejumlah hambatan dan tantangan yang harus diatasinya. Seperti angka kemiskinan yang tinggi akibat keterpurukan ekonomi, angka pengangguran yang tinggi, perceraian, masalah pendidikan dan masih banyak tugas-tugas lainnya yang mereka harus selesaikan.


Kapitalisme, Bisakah Membawa Perubahan?

Harapan baru mungkinkah terwujud di sistem kapitalisme? Jawabanya, tidak mungkin, karena berharap pada sosok namun masih menjalankan sistem yang itu-itu juga pasti hasilnya tidak begitu beda apalagi kepemimpinan Prabowo-Gibran telah dijejali berbagai problematika yang cukup banyak oleh kepemimpinan presiden sebelumnya. Mulai dari permasalahan yang kecil hingga permasalahan besar. Padahal selama sistemnya masih sama, maka tidak akan mengalami perubahan yang signifikan, karena keberhasilan bukan berada pada individu pemimpinnya saja namun sistem apa yang digunakannya pun sangat besar pengaruhnya.

Kapitalisme sekularisme selamanya tidak akan membawa perubahan, karena sistem tersebut sudah cacat sejak lahir, sistem rusak dan merusak. Berbagai problem yang terjadi di dunia saat ini, akibat penerapan sistem yang rusak ini. Tetapi masyarakat belum mau sadar juga dan selalu berharap pada sosok, anggapannya berkat si fulan ini akan membawa perubahan, bukan dengan si fulan itu yang membawa kerusakan.

Sistem kapitalisme sekularisme, ternyata telah membius masyarakat selama lima tahun ke depan dengan biusan yang mematikan seolah hidup tetapi pada hakekatnya mati, karena aspirasinya tidak didengar, pendapatnya tidak digubris bahkan pengaduannya tidak diterima, Mengerikan bukan?

Harapan-harapan baru telah dihembuskan sejak pencalonan bahkan memakan biaya yang fantastik dengan berbagai rayuan dn cuan yang tidak begitu menggiurkan. Itulah dalam sistem kapitalisme demokrasi yang pemerintah saat ini jalankan, harapan baru tinggal harapan baru yang ada masyarakat sebagian besar sudah dikecewakan dan meragukan kinerja kepemimpinan mereka. Harapan palsu telah banyak dilontarkan namun masalah baru terus bermunculan.

Kini masyarakat baru sadar dan ingin kembali ke jalan yang benar, dengan mengharapkan sistem yang bisa mensejahterakan dan membahagiakan.


Pemimpin Dambaan Umat 

Selama 1400 tahun Islam telah menggoreskan tinta emasnya bagi keberlangsungan hidup umat manusia di jamannya, perubahan dan harapan terwujud dengan menjalankan syareat Islam di Awah Naungan Daulah Islamiyah yang menjadi harapan . Umat sejahtera tanpa kekurangan dengan pengurusan pemimpin yang amanah dan adil dalam mengurus umatnya, pemimpin diibaratkan seorang pengembala yang mengurus dan mengayomi masyarakatnya, berupaya untuk menyelesaikan problem penyelesaian sampai akarnya. 

Karena itu kebaikan hanya akan terwujud dalam naungan yang sahih, yaitu sistem Islam yang datang dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Alloh SWT. Penerapan aturan Alloh akan mendatangkan keberkahan dalam hidup yang dicita-citakan.

Dalam sistem Islam, telah ditetapkan kriteria pemimpin sebuah negara (Daulah), yaitu 7 syarat in'iqad yang salah satu syaratnya adalah adil, amanah dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal ini tugas pemimpin negara adalah melaksanakan sistem Islam secara kaffah dan berperan sebagai raa'in dan Junah bagi rakyatnya. Berjuang di garda terdepan untuk membela rakyatnya dan memenuhi harapan rakyat yang nyata tanpa bualan semata.

Dalam mekanisme sistem Islam inilah harapan kehidupan masyarakat, kehidupan ya akan lebih baik dan keberkahan akan segera terwujud. Sesuai Firman Alloh SWT,
ولو ان اهل القرى امنوا والتقوا لفتحناعليهم بركات من السماء والأرض
Artinya : "seandainya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka pintu keberkahan dari langit dan bumi". ( QS.Al-A'raf [7]: 96 ).

Oleh karena itu, semua keberkahan yang akan kita dapat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa dengan melakukan perjuangan untuk mewujudkannya, bukan bualan dan omong kosong belaka yaitu dengan kerja nyata, yaitu berdakwah kepada umat betapa pentingnya memiliki pemimpin yang menjadi harapan menuju perubahan baru untuk menyongsong kegemilangan Islam yang nyata. Hanya dengan penerapan Islam kaffah dalam setiap aspek kehidupan maka sosok pemimpin yang umat harapkan akan terwujud, dan satu-satunya yang bisa mewujudkannya adalah kepemimpin Islam dibawah naungan Daulah Islamiyah 'ala minhaj an-nubuwwah.

Wallohu a'lam bi ash-shawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar