Oleh: Imas Royani, S.Pd.
Di balik pelantikan Prabowo sebagai presiden hari ini, menarik untuk meneliti harta kekayaan Jokowi selama menjabat selama dua periode. Berdasarkan laporan LHKPN yang dikutip pada Minggu (20/10/2024), saat pertama kali dilantik sebagai Presiden pada tahun 2014, harta kekayaan Jokowi tercatat sebesar Rp33,47 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan ketika dia terpilih kembali untuk periode kedua pada tahun 2019, dimana harta kekayaannya mencapai Rp54,71 miliar.
Hingga akhir masa jabatannya, LHKPN mencatat bahwa harta kekayaan Jokowi pada tahun 2023 melonjak menjadi Rp95,82 miliar. Jika dibandingkan dari awal menjabat hingga laporan terakhir di 2023, maka kekayaan Jokowi mengalami peningkatan sebesar Rp 62,3 miliar atau setara dengan 186 persen.
Setelah purna tugas, Jokowi berhak atas sejumlah fasilitas keuangan sebagai mantan presiden, yang setara dengan hak-hak presiden sebelumnya. Ketentuan mengenai fasilitas pensiun bagi presiden diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978 serta Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 68 Tahun 2001. Berdasarkan peraturan tersebut, berikut adalah hak-hak yang akan diterima Jokowi:
1. Uang pensiun sebesar Rp30,24 juta per bulan, yang setara dengan 100 persen dari gaji pokok presiden.
2. Tunjangan bulanan sebesar Rp32,5 juta, serta fasilitas tambahan untuk biaya rumah tangga, termasuk listrik, air, dan telepon.
3. Seluruh biaya perawatan kesehatan untuk Jokowi dan keluarganya akan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.
4. Rumah kediaman yang layak beserta perlengkapannya, dimana pemerintah telah menyiapkan rumah pensiun di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dengan luas lahan 12.000 meter persegi. Lahan ini diberikan negara dengan estimasi harga Rp10 juta per meter persegi dan ditargetkan selesai pada tahun 2025.
5. Kendaraan resmi lengkap dengan pengemudi.
Hak-hak ini akan mulai berlaku segera setelah masa jabatan presiden berakhir. Dengan memberikan fasilitas tersebut, negara berupaya memastikan kehidupan yang layak bagi mantan presiden setelah masa tugasnya selesai. Selain jaminan finansial, mantan presiden juga akan tetap dihormati dalam berbagai acara kenegaraan dan memiliki peran simbolis di masyarakat. Mantan presiden Indonesia memiliki kebebasan untuk memilih apakah ingin tetap aktif di dunia politik atau menjalani kehidupan yang lebih tenang setelah menyelesaikan tugasnya.
Pantas saja semua ingin menjadi presiden, ternyata setelah pensiun pun mendapat tunjangan yang fantastis. Apalagi saat menjabat! Tidak heran jika kekayaan cepat sekali berlipat-lipat. Meski pulang terlihat sederhana naik pesawat komersial dan menggiring 43 kambing peliharaannya saat di istana, tapi kekayaan sebenarnya tersimpan rapi di rekening. Demikianlah sistem demokrasi kapitalisme memang meniscayakan seorang pemimpin menjadi kaya-raya tersebab sistem ini hanya berorientasi pada materi dan asas manfaat. Pencitraan halal dilakukan demi menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Seandainya fasilitas tersebut dirasakan pula oleh rakyat yang pernah dipimpinnya, yakin Indonesia sejahtera. Tapi nyatanya apa yang didapat oleh pemimpin ketika menjabat maupun setelah pensiun sungguh rakyat mendapatkannya hanya dalam khayalan, mimpi pun sulit saat beban berat memaksanya terjaga hingga tak bisa tidur pulas, bagaimana mau mimpi indah?
Dalam hadis yang sudah sering kita dengar, Rasulullah pernah menyampaikan,
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
Artinya, “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya. Dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari).
Hadis ini menegaskan bahwa kita semua adalah pemimpin. Seorang presiden bertanggung jawab memimpin rakyatnya, seorang kiai bertanggung jawab memimpin para santri, seorang guru bertanggung jawab memimpin peserta didiknya, seorang bapak bertanggung jawab memimpin seluruh anggota keluarganya, dan seterusnya. Kelak, kepemimpinannya itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Dalam sistem Islam, seorang pemimpin benar-benar harus bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Bukan hanya kesejahteraan rakyat, melainkan hewan pun tersejahterakan. Betapa Khalifah Umar bin Khattab khawatir jika ada keledai yang terperosok akibat jalan rusak. Beliau takut akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
Begitupun ketika Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah. Salamah bin Dinar, seorang alim di Madinah, qadhi dan syaikh penduduk Madinah, menemui Khalifah Umar bin Abdul Aziz tatkala beliau berada di Khunashirah, tempat pemerahan susu. Sudah lama Salamah bin Dinar tidak berjumpa dengan beliau. Beliau mendapati Khalifah berada di depan pintu.
Pertama kali memandang, Salamah bin Dinar sudah tidak mengenali beliau lagi lantaran banyaknya perubahan fisik pada diri beliau dibandingkan dengan tatkala betemu dengannya di Madinah dulu. Saat di mana beliau menjadi gubernur di sana. Wajah yang dulu tampan dan gagah, kini keriput, pucat, kurus, dan kering. Bening kedua matanya kini telah redup semata-mata karena senantiasa memikirkan umat dan mengabdikan dirinya untuk negara.
Umar bin Abdul Aziz tidak menyesal atas perubahan tersebut, yang dia takutkan adalah keadaannya di alam kubur dimana rayap melahap tubuhnya apabila dia menzalimi apa-apa yang dipimpinnya. Yang dia takutkan adalah perjumpaan dengan Allah SWT. atas pertanggungjawaban kepemimpinannya.
Demikianlah sosok pemimpin dalam sistem Islam. Bahkan jauh sebelum itu, Rasulullah Saw. beserta Ibunda Khadijah ra. merelakan harta kekayaannya habis demi menegakkan syariat Islam. Sepatutnya sebagai muslim kita meneladani Rasulullah Saw. sebagai panutan kita dengan menerapkan sistem Islam di seluruh aspek kehidupan.
Wallahu'alam bishshawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar