Sekat Nasionalisme Runtuhkan Kemanusiaan


Oleh : Elly Waluyo (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

Sekat nasionalisme dalam sistem sekuler kapitalis yang saat ini diterapkan di seluruh dunia telah meruntuhkan jiwa kemanusiaan. Ikatan akidah sebagai pemersatu umat saat zaman kekhalifahan, kini menjadi terpotong-potong dan terkurung dalam negara-negara kecil. Negara dikendalikan oleh tangan kapital yang hanya memikirkan kekuasaan dan keuntungan semata.

Korban agresi militer Israel yang berlangsung hampir 5 bulan di Jalur Gaza terus berjatuhan. Data dari Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), menyebutkan bahwa sejak 7 Oktober 2023 hingga 21 Februari 2024, korban tewas akibat serangan Israel mencapai 29.313 jiwa dan korban luka-luka sebanyak 69.333 orang, sedangkan pertempuran antara kelompok bersenjata Hamas Palestina dan Israel di jalur darat khususnya kota Gaza dan Al Mawasi sebelah barat laut Khan Younis, tempat ribuan pengungsi, masih terus berkecamuk. Dewan Keamanan PBB (perserikatan Bangsa-Bangsa) turun tangan, dengan menyusun draf resolusi gencatan senjata, namun draf yang didukung oleh 13 negara dari 15 negara anggota tersebut di-veto oleh Amerika Serikat (AS) melalui Duta Besarnya di PBB, Linda-Greenfield, dengan alasan draf resolusi tersebut dapat merusak perundingan antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung. Penentangan AS tersebut mendapat kecaman dari Aljazair sebagai anggota tidak tetap dan penggagas draf resolusi (https://databoks.katadata.co.id : 22 Februari 2022)

Perang yang semakin membabibuta telah menghancurkan 60 % infrastruktur di daerah kantong pengungsi. Israel juga melakukan blokade di jalur Gaza yang menyebabkan kekurangan obat-obatan, air bersih dan bahan makanan. Bahkan, saksi mata menyebutkan bahwa Israel menembaki warga palestina yang berkerumun menunggu bantuan kemanusiaan di Dowar al-Nablusi, di bagian selatan kota Gaza. Gugatan atas genosida terhadap Palestina yang dilancarkan di Mahkamah Internasional (Internasional Court Of Justice) menghasilkan keputusan sementara yaitu memerintahkan Israel untuk melakukan penghentian tindakan genosida dan penjaminan bantuan kemanusiaan diterima warga sipil di Gaza.(https://www.antaranews.com : 29 Februari 2024).

Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan masih banyak warga Palestina sulit dievakuasi akibat tertimpa reruntuhan. Sebanyak 11 aksi pembantaian dilakukan militer Israel dalam 24 jam hingga menewaskan 96 dan 172 orang luka-luka. Saat Hamas mempelajari rancangan proposal gencatan senjata meliputi penghentian sementara pertempuran dan pertukaran tahanan-sandera, Joe Biden Presiden AS menyampaikan bahwa Israel menyetujui penghentian kegiatan militer selama bulan Ramadhan di Gaza, melakukan perbaikan Rumah Sakit dan toko roti, serta memperbolehkan 500 truk bantuan masuk ke jalur Gaza setiap hari selama gencatan senjata. Israel-pun menjanjikan kemungkinan mengungsi bagi warga Palestina dari Rafah ke sebelah selatan Gaza sebelum intensifitas kampanye penghancuran Hamas. Pembicaraan gencatan senjata sementara yang dilakukan di Paris tersebut menurut Joe Biden dapat menjadi permulaan proses memiliki negara sendiri bagi Palestina (https://khazanah.republika.co.id :Rabu 28 Feb 2024)

Konflik yang sebenarnya telah terjadi selama 70 tahun tersebut merupakan buntut dari penerapan sistem sekuler kapitalis menggantikan sistem Islam. Sistem yang menyebabkan negara-negara muslim berlepas tangan dari kewajiban menyelamatkan saudara muslimnya dan justru meminta bantuan pada dewan keamanan dunia PBB, yang ternyata hanya mampu menyuguhkan rasa empati dan solusi berupa resolusi. Resolusi lemah yang bahkan dapat di veto berkali-kali oleh negara adidaya Amerika serikat yang sejak awal sudah berdiri disamping Zionis Israel. Oleh karenanya gugatan di Mahkamah internasional (ICJ), tak berdampak apapun bagi Israel. Keadaan diperparah dengan sekat nasionalisme negeri-negeri muslim, yang telah mengikis habis rasa kemanusiaan dan persaudaraan umat muslim, hingga dengan tega menutup gerbang masuk pengungsi dari Palestina, dengan membangun tembok-tembok pembatas berlapis-lapis dan menjulang tinggi bahkan disertai kawat berduri. 

Demikianlah dampak buruk penerapan sistem kapitalis yang hanya menimbulkan duka nestapa, dan kehinaan bagi kaum muslimin. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa hanya sistem Islam yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan keamanan bagi kaum muslimin. Sistem yang akan menyatukan seluruh umat dalam ikatan akidah, meleburkan batasan-batasan daerah, menjadi satu-kesatuan umat dibawah naungan khilafah. sehingga seluruh umat Islam bagai satu tubuh, jika salah satu bagian tubuh tersakiti maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit. 

Dalam perspektif Islam, konflik Palestina merupakan isu kaum muslimin, karena kedekatan Palestina dihati kaum muslimin yang mendorong rasa kerinduan untuk membebaskannya dari tangan zionis. Posisi pemimpin sebagai junnah (perisai) dimana dibelakangnya umat berlindung dan berperang, akan mengirimkan pasukan kuat untuk membebaskan palestina, menghentikan pembantaian sekaligus melenyapkan entitas Yahudi hingga ke akarnya. Sehingga tak ada lagi pembantaian dan lancang menduduki di negeri-negeri kaum muslimin.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar