INVESTASI PEREMPUAN, TUMBAL KAPITALISME


Oleh : Ummu Mumtazah (Pegiat Literasi)

Tepat pada tanggal 08 Maret 2024 yang lalu diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional dengan  tema "Invest in women: Accelerete Progress" ("Berinvestasi pada perempuan : Mempercepat Kemajuan"). Dimana tema tersebut diangkat untuk menjadikan perempuan  aktif dalam segala bidang terutama dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf). (sumber : detik.com)

Menyikapi tema tersebut diatas, untuk sebagian  kalangan dianggapnya sebagai suatu kemajuan bagi perempuan. Perempuan dianggap bisa memberikan  keuntungan terhadap negara. Akan tetapi di sisi lain  perempuan sudah tergadaikan hak-haknya untuk kepentingan kapitalis yang segalanya diukur dengan materi dan menghilangkan peran perempuan  yang sebenarnya.  Padahal perempuan  peran asalnya adalah sebagai Ummun wa rabbatul bayt dan madrasah ula bagi anak- anak dan para generasi. Sedangkan fakta hari ini, perempuan  dipaksa untuk bekerja dan menghasilkan cuan demi keuntungan ekonomi.


Kapitalisme Wujudkan Kesetaraan Gender

Dengan dalih kesetaraan gender, perempuan dalam sistem kapitalisme, kedudukannya disamakan dengan kedudukan laki-laki, padahal kedua jenis manusia ini mempunyai hak dan kewajiban  yang berbeda-beda dalam ranah publik, beda lagi kalau dalam masalah penciptaan  sama-sama ciptaan Allah SWT, dan sama-sama harus  menjalankan  perintah sesuai syariat Islam. Tetapi sangatlah berbeda dalam sistem yang berlaku saat ini, jika perempuan harus sama dengan laki-laki dalam berbagai aspek. Jika tidak, dianggapnya tidak berkeadilan sosial makanya para feminis terus menggaungkan hal tersebut agar diperjuangkan dan mereka  bagaikan pahlawan kesiangan yang tidak masuk akal.

Negara pun terus didorong untuk berinvestasi dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk belajar dan berkarya. Negara juga menyediakan cukup dana untuk mewujudkan kesetaraan gender yang kelak akan menguntungkan negara, ikut serta  mengentaskan kemiskinan, dengan paradigma tersebut  bertujuan mencari keuntungan dan memuluskan kepentingan para kapitalis. 

Dengan wacana-wacana perempuan dalam parekraf tersebut yang bertujuan agar menaikkan  posisi perempuan sebagai manusia yang berdaya guna bagi keluarga dan negara padahal mereka dipaksa untuk menanggung beban keluarga dan negara dalam menciptakan kesejahteraan. Hal tersebut menunjukkan abainya negara dalam melindungi kaum perempuan. Dan menurut pandangan  para kapitalis, masyarakat yang ideal itu adalah para ibu bekerja di luar dan menitipkan  anak-anaknya di tempat penitipan,  padahal hal tersebut akan  menghancurkan  masa depan  para generasi karena tidak berfungsinya peran  sebagai ibu.

Dengan bekerjanya para perempuan diluar artinya negara telah gagal mensejahterakan  perempuan, dan ujung-ujungnya para perempuan menjadi korban  sistem kapitalisme.

Sungguh miris nasib perempuan yang hidup di bawah sistem kapitalisme. Sistem yang menjanjikan  kesejahteraan padahal para perempuan hanya dijadikan tumbal keserakahan para kapitalis sekuler. Dengan demikian para perempuan butuh penyelamatan agar peran perempuan kembali normal, terjaga kehormatannya, tidak dieksploitasi demi kepentingan.  Siapakah yang bisa memuliakan perempuan ?


Islam Memuliakan Perempuan

Perempuan dalam Islam sangat dimuliakan, tidak akan dibiarkan untuk bekerja di luar untuk mencari nafkah, sekalipun bekerja mereka adalah untuk mengamalkan ilmunya untuk disampaikan ke umat  tanpa mengabaikan fitrahnya sebagai istri dan pengatur rumah tangga. Dan seandainya bekerja di luar tetap bisa menjaga kemuliaan dan kehormatannya.

Dalam Islam, negara menyediakan lapangan pekerjaan bagi wali, para suami dan para laki-laki agar bisa menafkahi keluarganya sehingga para perempuan tidak terganggu peran dan tanggung jawabnya, yaitu sebagai pencetak para generasi. Sebagaimana Sabda Nabi  SAW, "Telah melarang kami dari pekerjaan seorang pelayan  wanita, kecuali yang dikerjakan dengan kedua tangannya." Beliau SAW, Bersabda "Begini (ia kerjakan) dengan jari jemarinya seperti membuat roti, memintal atau menenun." (HR. Ahmad).

Dengan  demikian,  Islam menetapkan bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi hak setiap individu termasuk perempuan dalam pendidikan dan kesempatan yang sama untuk berkarya. Namun Islam memiliki ketentuan rinci atas peran serta perempuan dan kiprahnya di masyarakat dan tidak melupakan perannya sebagai Ummun wa rabbatul bayt.

Dalam Islam, yang dimaksud investasi perempuan adalah mendidik perempuan untuk membangun peradaban mulia bukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang jelas-jelas menjauhkan perannya sebagai ibu sejati.

Alhasil, perempuan butuh Islam dengan cara mengkaji Islam dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan serta berjuang demi tegaknya Islam di muka bumi ini.

Wallaahu a'lam bish-shawwab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar