Akselerasi Eliminasi TBC dengan Perspektif Islam


Oleh : Ummu Qianna (Sahabat Literasi)

Menyedihkan rasanya, Indonesia mencatat notifikasi kasus tertinggi tuberkulosis (TBC) sepanjang sejarah pada tahun 2022 dan 2023. Peningkatan ini terjadi setelah pemerintah memperbaiki sistem deteksi dan pelaporan. Dilansir dari liputan6.com, pada tahun 2022, lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan, yang kemudian meningkat menjadi 809.000 kasus pada tahun 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi COVID-19 yang rata-rata penemuannya di bawah 600.000 per tahun.

Menteri Kesehatan berbagi pengalaman Indonesia dalam upaya mengeliminasi Tuberkulosis (TB) di Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke-37 di Kota Brasilia, Brazil. Indonesia, sebagai negara dengan beban TB tertinggi kedua secara global, telah berhasil mencatatkan keberhasilan signifikan pada 2023 dengan laporan kasus tertinggi sepanjang sejarah TB di Indonesia.

Sebelumnya Indonesia hanya bisa mendeteksi 400-500 ribu kasus TB, bahkan turun menjadi sekitar 300 ribu selama pandemi Covid-19. Namun, pada 2022, deteksi kasus berhasil naik menjadi 700 ribu dan mencapai 800 ribu kasus pada 2023. Indonesia masih berkomitmen untuk meningkatkan jumlah kasus yang dilaporkan hingga mencapai 900 ribu dari perkiraan 1 juta kasus TB pada tahun 2024.

Kasus tuberkulosis (TBC) bukanlah fenomena baru seperti munculnya Covid-19 tiga tahun lalu. Sebenarnya, kasus TBC telah ada dalam sejarah Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Namun, yang mengejutkan adalah lonjakan kasus TBC belakangan ini. Peningkatan ini sangat mencengangkan, terutama ketika melihat angka kematian akibat TBC di Indonesia yang setara dengan enam belas orang meninggal setiap jam nya.Banyak faktor yang menjadi penyebab meningkatnya jumlah kasus TBC di Indonesia, sehingga negara ini menduduki peringkat kedua di dunia setelah India.

Adapun beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Pertama, faktor lingkungan. Beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC termasuk mereka yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh, orang lanjut usia, anak-anak, orang dengan kekurangan gizi, dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti penderita HIV atau kanker.

Lingkungan dan sanitasi yang bersih sangat penting untuk mencegah penyakit TBC. Meskipun TBC sering dianggap sebagai penyakit orang miskin karena hubungannya dengan lingkungan kumuh dan sanitasi yang buruk, namun tidak jarang kelompok menengah ke atas juga terkena TBC.

Lingkungan dan sanitasi yang buruk cenderung memperberat kasus TBC terutama di kalangan masyarakat ekonomi bawah, dan daerah dengan kondisi kumuh dan kurang terawat dapat menjadi tempat penyebaran TBC, terutama jika masyarakat tidak peka terhadap gejala TBC atau jika anak-anak mengalami kekurangan gizi.

Kedua, keterkaitan antara tuberkulosis (TBC) dan kemiskinan. Ketua UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyatakan bahwa kasus TBC sering terkait dengan kondisi kemiskinan di suatu wilayah.

Keadaan sosial ekonomi seseorang dapat memengaruhi kualitas kesehatannya, dimana biasanya orang dari kalangan atas memiliki kualitas kesehatan yang lebih baik daripada yang berasal dari kalangan bawah atau miskin. Hal ini disebabkan oleh sulitnya akses fasilitas kesehatan bagi orang miskin. Kondisi ekonomi yang buruk memiliki risiko tinggi terkena TBC dibandingkan dengan mereka yang lebih mampu secara finansial.

Ketiga, terbatasnya akses dan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin yang menyebabkan penanganan TBC menjadi sulit atau terlambat. Banyak warga miskin yang menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan secara optimal. Bahkan jika mereka dapat mengakses layanan, sering kali kualitasnya kurang memadai. Hal ini mengakibatkan penularan TBC tidak dapat dicegah dengan baik dan penanganannya menjadi terhambat.

Keempat, rendahnya pendidikan dan pemahaman masyarakat terkait TBC tidak semata-mata disebabkan oleh individu atau masyarakat itu sendiri. Sebaliknya, rendahnya tingkat pendidikan seringkali disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat miskin untuk mengakses pendidikan secara layak. 

Oleh karena itu, negara memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan pendidikan dan kesehatan dapat diakses secara merata oleh seluruh warga negaranya. Ini menunjukkan perlunya keterlibatan pemerintah dalam memastikan kesetaraan akses terhadap pendidikan dan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat, sebagai bagian dari upaya pencegahan dan penanganan penyakit seperti TBC.

Merunut berbagai faktor di atas, biang masalah dari meningkatnya penyakit menular seperti TBC ini adalah penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini meniscayakan berbagai kebutuhan pokok masyarakat dikapitalisasi dan dikomersialisasi dalam setiap kebijakan negara.  Masyarakat harus berusaha keras jika ingin memenuhi kebutuhan mereka. 

Solusi mendasar diperlukan untuk mengatasi faktor-faktor seperti kemiskinan, yang menyebabkan kondisi tidak sehat dan gizi buruk, serta masalah hygiene dan sanitasi. Riset tentang metode pengobatan dan pencegahan yang efektif juga penting.

Terwujudnya masyarakat sehat adalah tanggung jawab negara, termasuk dalam upaya eliminasi TBC. Negara dengan Sistem Islam berkomitmen secara serius untuk mencegah dan mengeliminasi TBC secara menyeluruh dan efektif. Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat, termasuk menyediakan rumah yang sehat.

Islam menangani masalah TBC dengan fokus pada penyelesaian masalah pokoknya, yakni sistem kapitalisme yang memiskinkan masyarakat. Islam menekankan peran penting negara dalam mengurus urusan rakyat.

Pertama, negara harus memenuhi kebutuhan dasar rakyat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara layak. Negara juga harus menciptakan lapangan kerja luas agar masyarakat dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Bagi pengangguran, negara akan memberikan bantuan untuk membuka usaha atau meningkatkan keterampilan.

Kedua, negara harus mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dan memberikan hasilnya kepada masyarakat. Hasil pengelolaan SDA dapat digunakan untuk membangun infrastruktur kesehatan yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat. Negara juga harus memberikan pengobatan gratis bagi pasien TBC dan melakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran penyakit ini ke wilayah lain.

Negara harus melakukan berbagai langkah untuk mencegah dan memberantas TBC, termasuk mendukung riset untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang efektif. Edukasi masyarakat tentang bahaya TBC dan cara pencegahannya juga sangat penting.

Wallahualam bii shawwab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar