Harga Pangan Naik Menjelang Ramadhan, Tradisi Buruk Terus Berulang


Oleh : Erni Setianingsih (Aktivis Muslimah)

Dilansir dari cnbcindonesia (01/03/2024), Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan  Ramadhan mendatang. Hal ini menjadi situasi musiman seperti tahun-tahun sebelumnya. 

"Biasanya mengacu pada data historis pada momen Ramadhan harga beberapa komoditas diperkirakan meningkat," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam konferensi pers Indeks Harga Konsumen di kantornya, Jakarta, Jum'at (01/03/2024).

Kenaikan harga pangan menjelang bulan puasa kembali dirasakan oleh sebagian masyarakat seperti naiknya harga  minyak goreng, daging ayam, gula pasir, dan beras. Kenaikan harga pangan sebenarnya sudah menjadi tradisi. Siklus tahunan kenaikan bahan pangan atau kebutuhan pokok terjadi hampir setiap menjelang bulan Ramadhan. Namun, anehnya solusi yang diberikan pemerintah tetap tidak mampu menahan laju kenaikan bahan pokok.

BPS mencatat bahwa, pada Februari 2024 ini cabai merah yang punya andil 0,9 pada inflasi secara bulanan, dan 0,17 persen terhadap inflasi secara tahunan pada Februari 2024 ini. beras kembali inflasi sebesar 5,32 persen dengan andil pada inflasi bulanan di Februari sebesar 0,21 persen, Telur ayam memiliki andil inflasi bulanan sebesar 0,04 persen, sementara daging ayam ras punya andil sebesar 0,02 persen. (kumparanbisnis, 01/03/2024).

Begitu pelik kondisi rakyat saat ini ketika harga pangan naik setiap tahun menjelang bulan Ramadhan. Akibat dari kondisi yang terus berulang setiap tahunnya, banyak masyarakat yang mengeluh. Namun, mau tidak mau masyarakat tetap membeli bahan pangan yang mahal untuk kebutuhan hidupnya.

Dalam teori ekonomi kapitalisme, apabila permintaan naik maka harga pun akan naik sehingga meningkatnya belanja masyarakat akan berkolerasi dengan meroketnya harga-harga bahan kebutuhan. Di sisi lain kehidupan di era kapitalis ini telah menjadi hal biasa dalam mendidik masyarakat hidup bergaya lebih konsumtif, belanja terkadang bukan karena benar-benar kebutuhan tetapi lebih pada keinginan untuk barang non primer. 

Apalagi dalam penimbunan barang sering terjadi akibat adanya permainan pelaku pasar. Begitulah permainan para penganut sistem kapitalis. Sistem saat ini memproduksi orang-orang yang bermental serakah, segala sesuatu dipandang dari unsur kemanfaatan, meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampak buruk atau banyaknya orang yang rugi, dan pasar dipandang sebagai lahan basah untuk meraup keuntungan. 

Inilah dampak dari penerapan sistem kapitalisme yang bercokol di negeri ini, mengakibatkan negara berlepas tangan dari tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pangan. Oleh karenanya kejadian yang terus berulang ini sejatinya menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga pangan dan ketidakmampuannya menyediakan pasokan yang cukup sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Jadi, selama tata kelola pangan masih menggunakan konsep kapitalisme dengan abainya peran negara, stabilitas harga pangan mustahil akan terwujud. Apalagi paradigma yang digunakan dalam mengatasi Kenaikan sekadar menurunkan inflasi, bukan untuk menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. Sehingga sering terjadi masalah kenaikan harga pangan.

Berbeda halnya dengan sistem Islam ketika diterapkan dalam kehidupan. Kebutuhan pangan akan terjamin oleh negara, makan pun akan tercipta suasana tentram. Masyarakat juga fokus dengan beribadah di bulan Ramadhan tanpa memikirkan kesulitan beban hidup seperti masalah kenaikan harga pangan dan berbagai masalah hidup lainnya. 

Ramdhan adalah bulan yang akan menciptakan individu-individu yang bertakwa, juga masyarakat yang bertakwa serta pada akhirnya akan menjadikan negara yang bertakwa. Tentunya negara yang bertakwa ini akan hanya akan ada apabila sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. 

Sistem Islam mendorong setiap muslim menjalani hari-harinya di bulan Ramadhan dengan memperbanyak amal shalih dan beribadah. Namun, syariat ini tentu akan berat jika menaati hanya di level individu saja. Jadi, harus ada negara yang menjaga dan menjadi pelayan atau raa'in agar rakyatnya bisa fokus dalam menjalankan amal shalih di bulan Ramdhan.

Dalam sistem Islam juga akan memastikan negara akan menjamin mekanisme pasar terlaksana dengan baik. Negara menjamin dan memberantas distorsi, seperti penimbunan, monopoli, dan penipuan. Menyediakan informasi ekonomi dan pasar serta membuka akses informasi hoaks yang dimanfaatkan oleh pelaku pasar dalam mengambil keuntungan dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Islam. Serta akan diterapkan juga beberapa kebijakan yang akan diambil oleh khalifah untuk menjaga stabilitas harga. Disertai dengan adanya penegakan hukum yang tentunya tegas dan berefek jera sesuai dengan aturan Islam.

Maka sudah selayaknya kita melirik sistem Islam untuk menggantikan sistem kapitalisme. Karena sudah jelas sistem kapitalisme tidak mampu menjadi solusi untuk umat. Jadi, semua mekanisme ini tidak lain hanya akan terwujud jika negara mengadopsi pengaturan sistem Islam secara keseluruhan. Dengan demikian peran negara ini akan mendorong umatnya bersegera dalam kebaikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya dan memanfaatkan bulan Ramdhan dengan memperbanyak amal ibadah. 

Wallahu'alam bish shawwab. 





Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar