Menyikapi Nobar Piala Asia 2024, Waktu dan Harapan yang Sia-sia


Oleh: Imas Royani, S.Pd.

Pupus sudah harapan Presiden Jokowi yang begitu optimis bahwa Timnas Sepakbola U-23 Indonesia bisa menang di laga perebutan juara ketiga melawan Irak di Stadion Abdullah Bin Khalifa, Doha, Qatar, Kamis (2/5/2024) yang sekaligus sebagai tiket lolos langsung menuju Olimpiade Paris 2024. Karena dalam pertandingan ini, Timnas kembali mengalami kekalahan. 

Padahal harapan besar bukan hanya dicita-citakan orang No 1 Indonesia. Terbukti dengan banyaknya video nonton bareng perhelatan tersebut. Bahkan Ketua PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) Erick Thohir merinding melihat kumpulan video nobar Timnas Sepakbola U-23 Indonesia. Hal ini diketahui melalui unggahan video di Instagram Erick Thohir, yakni @erickthohir pada Minggu (28/4/2024). 

Antusiasme penggemar bola ditunjukkan dengan kerelaan mereka menonton meski larut malam, apalagi jika nobar makin asyik dan lupa waktu. Kelelahan dan kantuk hilang dalam sekejap tatkala Timnas pujaan menang. Goal. Sontak di media sosial diwarnai status luapan kegembiraan. Asli bikin merinding. 

Diaspora Indonesia di Qatar dan negara Timur Tengah lainnya juga menyajikan dukungan maksimal untuk Tim U-23 Indonesia pada duel semifinal Piala Asia U-23 2024 kontra Uzbekistan, Senin (29/4/2024) pukul 21.00 WIB, di Stadion Abdullah Bin Khalifa, Doha. Di Tanah Air, dukungan untuk “Garuda Muda” hadir melalui nobar yang digelar pemerintah daerah hingga instansi lainnya. Meski ternyata kemenangan belum memihak kepada Indonesia. (Kompas online, 30/4/2024).

Tapi ada yang bikin lebih merinding lagi, ketika acara nobar usai diakhiri dengan bobo cantik. Padahal waktu menunjukkan sepertiga malam terakhir. Dan itu adalah waktu mustajabnya doa. Kekuatan melek yang disinyalir mengalahkan satpam ternyata kalah bila berhadapan dengan perintah qiyamul lail. Tidak heran sih, karena shalat tidak sembarangan orang yang bisa melakukannya, beda dengan nobar bola. 

Allah SWT. berfirman, 
وَا سْتَعِيْنُوْا بِا لصَّبْرِ وَا لصَّلٰوةِ ۗ وَاِ نَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ 
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (QS. Al-Baqarah: 45).

Padahal kemenangan yang dijanjikan melebihi kemenangan Timnas, secara Allah SWT. tidak hanya menjanjikan kebahagiaan dunia, tetapi juga kebahagiaan akhirat, bro! Yaitu dengan memasukkan kita ke dalam surga-Nya. 

Yang namanya begadang, sudah banyak yang memperingatkan kebahayaannya. Penyanyi senior Indonesia yang dijuluki "Raja Dangdut" pernah berpesan dalam lirik lagunya, "kalau kebanyakan begadang mata pucat karena darah berkurang, jika sering kena angin malam segala penyakit akan mudah datang."

Apalagi hanya dipakai untuk nobar. Sayang banget, kan? Untuk yang bertanding sekalipun, belum tentu benar-benar menyehatkan meski namanya olahraga. Dalam Islam, olahraga diperlukan untuk menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dan melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah SWT. Bukan untuk olahraga itu sendiri, juga bukan untuk mendapatkan harta dan popularitas yang diikuti dengan arogansi, kesombongan, serta sikap destruktif lainnya. 

Bahkan saat ini, olahraga telah digunakan sebagai sarana untuk meracuni mereka dan menghalang-halangi mereka dari dzikir, shalat, dan jihad di jalan Allah SWT., serta membuang-buang potensi mereka untuk bermain siang dan malam, tanpa peduli terhadap peristiwa atau kondisi yang menimpa kaum muslim. Ini jelas dilarang oleh Islam.

Fenomena kehidupan mereka pun telah menyihir kaum muslim dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka mengikuti berita dan agenda olahraga dengan mendalam, sementara mereka nyaris tidak tahu urusan agama dan umat mereka. Bahkan, mereka bisa lebih garang dari pemain aslinya. Giliran yang tanding sudah salaman, eeh penontonnya masih gontok-gontokan. Dendamnya mendalam pula. 

Inilah musibah yang dihadapi oleh kaum muslim saat ini sebagai dampak buruk dari penerapan sistem kapitalis. Dominasinya semakin mengikat tingkah laku masyarakat sehingga mereka tidak takut ketika melakukan kemaksiatan. Hal ini diperparah oleh kurangnya ilmu dan pemahaman terhadap agama Islam, sehingga mereka mencukupkan hanya pada ibadah ritual saja. Itulah sebabnya mereka cenderung individualis dan abai untuk beramal ma'ruf nahi munkar. Tidak hanya masyarakat, negara pun abai karena tidak memberlakukan sanksi terhadap orang yang berbuat maksiat. 
 
Oleh karena itu, kegiatan olahraga, nobar, bahkan semua urusan kehidupan manusia harus diatur dengan Al-Qur’an dan Sunah dalam bentuk perbuatan, perkataan, termasuk motivasi, dan tindakannya. Pengaturan itu bukan karena tradisi dan budaya atau karena populer dan digandrungi, jika ternyata bertentangan dengan syariat Allah SWT. harus dilarang. Ini karena syariatlah yang menjadi pemutus atas individu, jemaah, dan negara. Syariat pula yang menjadi penentu perasaan dan perilaku. Hanya syariat yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

Dalam Islam, olahraga di-set up sedemikian rupa sebagai bagian dari aktivitas politik dan ideologis. Inilah tujuan dan konteks olahraga, yang pada era permulaan Islam dikenal dengan istilah Furusiyyah (latihan berkuda untuk menjadi kesatria), yaitu untuk memberikan, membela, dan mengembalikan hak-hak yang dirampas dari pemiliknya.

Dalam konteks inilah, olahraga ini disyariatkan. Allah SWT. berfirman,
وَاَ عِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَا طِ الْخَـيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰ خَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْ ۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْ ۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْ ۗ وَمَا تُـنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَ نْـتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ
"Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan)." (QS. Al-Anfal: 60).

Nabi Saw. juga bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah, daripada orang mukmin yang lemah.” Dalam konteks itu pula, Nabi Saw. mengizinkan orang-orang Abesenia untuk memainkan tombak di Masjid Nabawi yang mulia. Nabi Saw. juga mengizinkan Aisyah, istri Baginda Saw., untuk melihat mereka." (HR Muttafaq ‘Alaih).

Jadi jelas bahwa Islam tidak melarang olahraga atau nonton olahraga, sendiri maupun nobar. Hanya saja Islam memiliki arahan agar kita tidak melalaikan kewajiban untuk taat kepada Allah SWT. Diantaranya pertama, menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sistem pendidikan Islam berfokus pada pembentukan pola sikap dan pola pikir generasi agar bersesuaian dengan Islam. Dengan akidah yang kuat, setiap peserta didik akan memiliki visi misi hidup yang berorientasi akhirat. Mereka mampu menilai dan menimbang aktivitas yang bermanfaat dan yang tidak. Terhadap perkara wajib dan sunah, mereka akan lebih mengutamakannya ketimbang perkara mubah. Para peserta didik juga akan mampu meninggalkan segala bentuk keharaman.

Sebagaimana sabda Nabi Saw., "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu." (HR Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya). 

Kedua, penegakan hukum yang tegas. Sistem sanksi Islam akan memberikan hukuman kepada siapa pun yang menyalahi serta bertentangan dengan visi misi pendidikan Islam. Pemberlakuan sistem sanksi Islam akan memberikan efek jera bagi pelaku/pelanggar syariat. Alhasil, setiap tindak kemaksiatan tidak akan berkembang luas atau bebas seperti sekarang ini.

Ketiga, Islam menetapkan negara berperan sangat penting dalam mengatur agar akidah setiap muslim selamat, selalu dalam keadaan taat kepada Allah SWT., dan terhindar dari kesia-siaan. Untuk itulah negara harus berperan mengatur tontonan agar menjadi tuntunan dan menjamin tidak ada satu pun pemikiran atau ide rusak dan berbahaya dalam semua tontonan yang ada. 

Keempat, negara akan memanfaatkan SDA untuk kemaslahatan umat manusia. Bahkan, negara akan mengembangkan SDA dengan memberdayakan SDM yang mumpuni. Dengan visi misi yang tepat, SDM akan menjadi mercusuar berkembangnya peradaban Islam yang mendunia.

So, harus ada upaya serius untuk menyelamatkan masyarakat dari kegiatan yang menjebak mereka dalam kehidupan yang penuh kesia-siaan. Sudah seharusnya masyarakat disibukkan dengan berbagai kegiatan bermanfaat dan menyiapkan diri menjadi para pemimpin masa depan. Semua hanya bisa terwujud ketika syariat Islam diterapkan secara kafah dalam institusi Khilafah. Untuk itu mari kita bersama-sama menerapkannya, dimulai dari sekarang tanpa nanti tanpa tapi, agar tidak ada lagi waktu dan harapan yang sia-sia di masa depan. 

Wallahu'alam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar