Di Balik Perempuan Penggerak Ekonomi Entaskan Kemiskinan Ekstrim


Oleh : Anita S.M (Aktivis Dakwah Muslimah)

Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur memberikan bantuan usaha kepada 50 Ibu Rumah Tangga (IRT) rawan sosial ekonomi, bantuan tersebut digunakan untuk membangun usaha produktif. Adapun dampak jangka panjang yang diharapkan yakni, bisa menjadi penggerak ekonomi keluarga.

Wali Kota Bontang, Basri Rase melalui Staf Ahli Pembangunan Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, Asdar Ibrahim mengucapkan terimakasih atas perhatian kepada perempuan Kota Bontang. Ia harap para calon penerima bantuan dapat menjadi pengusaha mandiri, untuk mengubah hidup menjadi lebih baik.

Asdar menyebutkan, angka kemiskinan ekstrem di Kota Bontang mengalami penurunan, menjadi 387 kepala keluarga, “Saya berharap 50 orang ini dapat berkontribusi membantu penurunan angka ini,” harapnya. (sya/adv) Bontang Selasa, (14/05/24) (Radar Kota.Com)

Jika direnungi sangat banyak persoalan yang menimpa negeri kita Indonesia salah satunya adalah masalah kemiskinan, karena satu dan lain hal yang membuat kaum perempuan harus terjun memenuhi kebutuhan keluarga, namun ada apa dibalik kemiskinan yang terstruktur ini, apakah penyebabnya, apakah permpuan memang sengaja dimiskinkan  atau terstruktur.? Lalu apa hubungannya dengan Kesetaraan?

Pada peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) tahun ini, PBB mengambil tema “Berinvestasi pada Perempuan: Memperkuat Kemajuan”. Badan perdamaian dunia itu mengharapkan perempuan bisa membantu mewujudkan kesejahteraan dunia. Akankah hal ini dapat tercapai?


Perempuan sebagai Tulang Punggung?

Menurut data Bank Dunia, pada akhir 2022, 49,68% penduduk dunia atau 3,95 miliar jiwa merupakan perempuan. Oleh karena itu, PBB menilai investasi pada perempuan dapat memacu perubahan serta mempercepat transisi dunia yang lebih sehat, aman, dan setara bagi semua orang.

Lembaga PBB untuk kesetaraan gender, UN Women, menulis dalam webnya (4-3-2024) bahwa dunia membutuhkan dana 360 miliar dolar AS per tahun (utamanya negara berkembang). Dana itu untuk pembiayaan kesetaraan gender yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs).

Bagi UN Women, menghilangkan kesenjangan kesetaraan gender dalam lapangan kerja dapat meningkatkan PDB per kapita 20%. Jenis pekerjaan yang dapat menyerap tenaga perempuan adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, secara global, UMKM masih kekurangan dana 1,7 triliun dolar AS. Oleh karena itu, perlu adanya investasi dalam bidang ini untuk menghapus kesenjangan kredit agar pendapatan bisa meningkat 12% pada 2030.

Masih menurut UN Women, berinvestasi pada perempuan bisa dilakukan dengan memberikan kebebasan akses terhadap tanah (kepemilikan); dunia kerja; partisipasinya dalam sains, teknologi, dan teknik; serta menghargai pekerjaan perawatan oleh perempuan. Upaya ini akan membuka 300 juta lapangan pekerjaan baru. (Kompas, 4-3-2024).

Jika mencerna data di atas sangat jelas bahwa   ide Kesetaraan adalah agenda dunia yakni kafir penjajah yang sengaja di gaungkan untuk mengeksploitasi perempuan.


Perempuan Keluar dari Fitrahnya

Dalam pandangan Ideologi Kapitalisme segala usaha yang dilakukan untuk memajukan perempuan nyatanya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian. Perempuan menjadi alat untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Mereka akan menjadi berharga ketika mampu menghasilkan uang dari tangan sendiri. Inilah pandangangan Kapitalisme/Sekulerisme

Perempuan dalam sistem kapitalisme dianggap sebagai aset ekonomi harus dieksploitasi dan diberdayakan. Bila tak bekerja dianggap tak berdaya dan beban negara. Perempuan harus berkonstribusi mengentaskan kemiskinan ekstrim pdhl kemiskinan akibat sistem Kapitalisme sekuler.

Kondisi semacam ini justru sangat berbahaya. Perempuan akan lebih sibuk mencari uang dari pada menjalankan kewajiban, padahal mereka adalah ujung tombak dalam keluarga. Mereka adalah istri yang perlu merawat rumah tangga suaminya, ibu yang harus mendidik anak-anaknya, anak yang wajib berbakti pada orang tua, hingga sebagai anggota masyarakat yang berperan aktif di dalamnya.

Kesibukan perempuan di luar untuk bekerja juga akan mengurangi porsi perhatian pada suami. Jika terus-terusan terjadi, tidak jarang perceraian menjadi jalan terakhirnya. Begitu pun anak, kurangnya kasih sayang dan pendidikan dari orang tua, khususnya ibu mereka, menyebabkan mereka mencari pelarian, seperti gim, salah pergaulan (seks bebas, narkoba), geng-gengan, dan sebagainya. Sedangkan kita paham bahwa anak-anak adalah aset masa depan. Jika sekarang sudah rusak, ke depan negara juga akan ikut rusak.

Pada kondisi ini, negara yang sejatinya berperan sangat penting, justru memberikan fasilitas atau berinvestasi kepada perempuan untuk meningkatkan perekonomian. Berbagai program pun muncul untuk membantu perempuan mendapatkan pekerjaan, salah satunya UMKM. Tanpa disadari, semua itu bisa mengeluarkan perempuan dari fitrahnya.


Jebakan Kapitalisme

Pandangan perempuan sebagai aset untuk meningkatkan perekonomian merupakan hasil dari sistem kapitalisme. Dalam kapitalisme, hal yang paling utama adalah materi/ekonomi (asasnya materialisme). Jadi, kebijakan apa pun yang diambil akan mengacu pada peningkatan perekonomian.

Kesetaraan gender yang selama ini didengungkan nyatanya merupakan kamuflase dengan iming-iming agar perempuan tidak lagi menjadi “makhluk kedua” di dunia. Kapitalisme akhirnya mendorong mereka mau berpartisipasi dalam kemajuan dan ekonomi. Apalagi saat perekonomian sulit seperti sekarang, perempuan menjadi sasaran empuk untuk menggerakkan ekonomi dunia. Inilah jebakan kapitalisme.


Perempuan Mulia dalam Islam

Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna memiliki pandangan tersendiri tentang perempuan. Dalam hadis yang diriwayatkan Muslim dikatakan, “Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” Hadis ini menjelaskan bahwa pemimpin bertanggung jawab atas amanahnya. Oleh karenanya, negara wajib bertanggung jawab untuk memenuhi hak setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk dalam pendidikan dan kesempatan yang sama untuk berkarya.

Dalam hal ini, Islam mempunyai ketentuan yang terperinci tentang peran serta perempuan dan kiprahnya dalam masyarakat. Perempuan boleh bekerja dan aktif di masyarakat asalkan tidak menyalahi kewajiban utamanya, yaitu sebagai ummun wa rabbatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga suaminya).

Hal ini jelas bertentangan dengan Islam (yang konsep menyejahterakannya bertumpu pada mekanisme penafkahan dan peran negara menerapkan sistem ekonomi Islam dan baytul maalnya). Islam tak memberdayakan perempuan untuk ekonomi keluarga apalagi negara.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar