Kemajuan Tehnologi Harus Diimbangi dengan Keimanan!


Oleh: Ruji'in Ummu Aisyah (Pegiat Opini Lainea Konawe Selatan) 

Teknologi sudah menjadi kebutuhan dari masyarakat yang hidup di zaman ini. Rasanya hidup tanpa teknologi, bagai sayur tanpa garam. Namun menguasai teknologi tanpa adanya pijakan yang baik akan mendorong pada kejahatan dan kecurangan serta aktivitas yang tidak bermanfaat dan akhirnya membawa bencana bagi masyarakat. 

Seperti yang dilansir oleh katadata.co.id (12/4/2024), menurut KPAI konten yang terkandung dalam game online tersebut telah memberi dampak buruk bagi penggunanya, terutama anak-anak di antaranya mereka semakin terbiasa mengungkapkan ujaran sumpah, mengumpat, dan antipati terhadap sekitarnya. 

Budi Arie menyatakan kementrian kominfo telah mengatur klasifikasi game melalui peraturan menteri kominfo nomor 2 tahun 2024. Dalam aturan tersebut, setiap produsen game memiliki kewajiban untuk memberikan label dan peringatan usia. 

Game online adalah salah satu contoh kemajuan teknologi yang memberikan dampak buruk untuk merusak generasi dan masyarakat. Meskipun banyak penggemarnya namun dapat merusak moral generasi. Game online selain membuat seseorang malas beraktivitas juga membuat malas beribadah sehingga menjauhkan pelaku game dari keimanan kepada Allah SWT. Aktifitas yang tidak bermanfaat ini tentunya memberikan pandangan dan moral yang buruk kepada masyarakat dan generasi saat ini. 

Generasi saat ini sungguh tidak baik-baik saja. Minimnya keimanan generasi tentu dipengaruhi oleh sistem kapitalisme sekuler yang notabene memisahkan nilai-nilai agama dari kehidupan. Mereka menyediakan ide ini untuk merusak generasi muslim. Ditambah acuhnya negara dalam mengontrol masyarakat membuat penyalahgunaan terhadap teknologi terjerumus dalam kejahatan. 

Di sisi lain perlu adanya keseriusan negara membuat aturan seiring dengan perkembangan teknologi, agar teknologi mampu membentuk generasi umat yang bisa membawa pada kebaikan dan manfaat. Realita hari ini sangat berbanding terbalik. Generasi saat ini malah lebih fokus pada permainan serta melupakan jati diri ia sebagai muslim. Bahkan menimbulkan kerugian yang besar bagi pelakunya. Penggunaan teknologi tanpa keimanan ini sungguh dapat menghantarkan pelakunya kepada kejahatan. Lalu di manakah letak keseriusan negara dalam mengemban dan membimbing masyarakat dan generasi untuk bangsa ini? Haruskah kerusakan dan kehancuran generasi ini menjadi ajang untuk masa depan?

Pendidikan yang kurikulumnya berbasis sekuler kapitalis telah merubah generasi, bukan menjadi lebih baik melainkan menjadi generasi yang bermoral rusak. Bahkan tidak paham lagi apa itu halal dan haram, mereka mencampur adukan dengan kebatilan. 

Namun berbeda dengan Islam. Dalam sistem Islam sangat mendukung penuh pembentukan kepribadian Islam untuk generasi. Memberikan pendidikan Islam sebagai sarana dalam rangka membentuk kepribadian manusia. Agar mampu menempatkan yang halal dan haram dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Mampu memilih aktivitas mana yang bermanfaat dan berfaedah baginya serta membentuk keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT sehingga memiliki kepribadian yang baik. 

Islam menetapkan pemanfaatan teknologi untuk kebaikan umat dan mendekatkan umat pada kemudahan menjalankan hukum syariat sebagai dakwah dan pelajaran. Begitu juga peran orang tua memahamkan agama terhadap anak-anaknya agar terbentuk generasi yang berkualitas. Islam sangat menjaga dalam segala aktivitas keburukkan. Namun semua ini tidak bisa terwujud begitu saja, manakala tak ada negara Islam yang menerapkannya secara kaffah dan menyeluruh. Waalahualam Bishowab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar