Oleh : Eulis Nurhayati
Generasi muda memiliki tanggung jawab besar dalam mengarungi kehidupan. Sebagaimana pepatah Arab yang menempatkan pemuda dalam posisi yang sangat penting. “Syubbanul yaum rijalul ghad. Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan ". Masa depan sebuah bangsa akan ditentukan oleh pemudanya masa kini. Sehingga pemuda dituntut untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan. Untuk itu tak heran jika banyak kalangan yang menginginkan generasi pemuda mempunyai karakter yang sesuai dengan masa depan bangsa dan negaranya. Tak terkecuali begitu banyak program dan kebijakan yang ditawarkan untuk sebuah solusi persoalan generasi muda remaja dari sejak dini.
Salah satu contoh yang kita ketahui, saat ini lembaga pemerintah kembali menggaungkan Moderasi Beragama untuk mendorong generasi muda terutama remaja dan pelajar agar bisa menanamkan atau membentuk karakter sejak dini dan menyelamatkan generasi pemuda terutama pelajar dari problem-problem generasi pemuda dan remaja yang sedang dihadapi. Dikutip dari detik.com/hikmah/khazanah, Iriana Joko Widodo (Jokowi), Ibu Wury Ma'ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan Moderasi Beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Ini ditujukan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini. Sebanyak 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk 'Sosialisasi Moderat Sejak Dini' yang mengangkat tema "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia" pada Rabu (11/9/2024). Kegiatan ini turut dihadiri para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM. Selebihnya, Istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Eny Retno Yaqut, dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini sengaja menyasar kalangan pelajar sebagai upaya menanamkan nilai-nilai Moderasi Beragama sejak dini. Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, diharapkan dapat membentuk para pelajar yang cinta damai dan toleran.
Jika kita analisis kembali fakta problem generasi remaja termasuk pelajar adalah berupa dekadensi moral remaja yang makin parah (perundungan, seks bebas, aborsi, narkoba kriminalitas, dll). Tapi pemerintah mensolusi dengan pengarusan moderasi beragama yang tidak berhubungan dengan akar persoalan generasi.
Sedangkan pengarusan moderasi beragama di institusi pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yg dipandang sebagai musuh ideologi Kapitalisme, agar generasi memiliki profil moderat dalam beragama, dan mempraktikan cara beragama yang tidak ekstrim dan tidak berlebih-lebihan, serta menekankan pada sikap saling menghormati dan toleransi. Salah satu contohnya melakukan dialog Lintas Agama berupa dialog atau kunjungan ke tempat ibadah agama lain untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman tentang toleransi beragama. Dan jika kita sadari, dari pengarusan moderasi beragama di institusi pendidikan saat ini, banyak kebebasan dan toleransi kebablasan dalam beragama.bDan jika program Barat berjalan mulus, terjadilah penyesatan profil generasi muslim. Lahir pelajar-pelajar berkarakter moderat yang diarahkan berkiblat pada Barat yang jauh dari kepribadian Islam. Potensi generasi muslim pun terbajak . Akibatnya, generasi muslim kehilangan identitas sebagai anak-anak umat yang seharusnya menjaga dan memperjuangkan Islam.
Mereka berganti peran menjadi pelajar yang memiliki nilai-nilai sekuler Barat, mengusung toleransi, pluralisme, dan nilai-nilai kebangsaan yang kosong dari nilai Islam. yang justru menjauhkan pemuda remaja dari profil kepribadian Islam itu sendiri. Lebih parahnya generasi ini terseret arus liberalisasi karena tipu daya Barat yang diterima dengan tangan terbuka oleh penguasa.
Dan dari fakta diatas, kita bisa menyimpulkan juga bahwa program moderasi beragama sejatinya adalah agenda Barat untuk membendung kebangkitan Islam. Terlebih bagi pemuda, sebab pemuda berpotensi luar biasa yang mampu menggetarkan dunia apabila kembali pada agamanya. Oleh sebab itu, Barat memiliki kepentingan yang sangat besar untuk mengurung potensi pemuda muslim. Inilah upaya Barat dalam meredam kebangkitan Islam. Musuh Islam benar-benar paham, tatkala para pemuda kembali pada agamanya, hal demikian merupakan kekuatan besar yang dapat menghancurkan peradaban Barat.
Jadi dapat dikatakan bahwa di balik pengarusutamaan moderasi Islam ada upaya mengalihkan perhatian umat Islam dari persoalan-persoalan utama yaitu penyebaran pemikiran-pemikiran yang rusak dalam sistem kapitalisme sekularisme yang justru kemudian dialihkan dengan menyerang ajaran Islam itu sendiri. Dari narasi diatas tampak jelas bahwa yang menjadi kekhawatiran negara itu bukan kerusakan moral remaja, tapi ancaman kebangkitan Islam. Penguasa sedang menjalankan peran sebagai penjaga sistem sesuai arahan Barat.
Jika diartikan, moderasi itu adalah istilah yang berasal dari Barat. Jadi, secara makna dan pelaksanaan tentu saja harus sesuai dengan cara pandang Barat. Bahwa yang dimaksud moderat adalah orang yang menerima bahwa pluralisme merelatifkan kebenaran agama, semua agama memiliki nilai-nilai kebenaran yang bisa diakui oleh semua elemen masyarakat tak terkecuali para pelajar. Untuk hal demikian sebenarnya dalam pandangan Islam pelajar seharusnya menjadi duta Islam yang mana harus mengambil Islam yang murni, tidak bercampur dengan pemikiran Barat. Sedangkan pengarusan moderasi beragama yang digaungkan saat ini jelas-jelas mencampur adukkan antara yang haq dan bathil, dan menodai kemurnian Islam. Dan Allah SWT melarang untuk mencampuradukkan antara sesuatu yang haq dan bathil. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 42; .
ÙˆَÙ„َا تَÙ„ْبِسُوا۟ ٱلْØَÙ‚َّ بِٱلْبَٰØ·ِÙ„ِ ÙˆَتَÙƒْتُÙ…ُوا۟ ٱلْØَÙ‚َّ ÙˆَØ£َنتُÙ…ْ تَعْÙ„َÙ…ُونَ
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui”.
Profil generasi muslim yang produktif, tangguh, pembangun peradaban mulia hanya mampu dicetak oleh negara Islam, Khilafah. Hal ini terbukti bahwa di dalam sistem Islam akan Membentuk Generasi yang memiliki kualitas. Karena jelas di dalam sistem Islam kualitas generasi sebenarnya tergantung pada ketinggian taraf berpikir mereka dan itu akan dibentuk melalui proses pendidikan yang mereka peroleh. Seseorang yang memahami hakikat penciptaan dirinya di muka bumi—sebagai hamba Allah yang akan mengelola bumi ini dengan aturan Allah—akan senantiasa melandaskan perbuatannya pada syariat-Nya. Mereka memahami bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.
Walhasil, seorang muslim akan mempergunakan hidupnya untuk mempelajari syariat Allah dan menggunakannya untuk mengatur kehidupannya. Apabila ia mendapati permasalahan yang tidak mampu ia pecahkan, ia akan mempelajari kembali syariat-Nya atau bertanya kepada ulama yang kompeten.
Apabila ia menjadi pemimpin atau penanggung jawab urusan umat, ia akan amanah dan tidak berani berbuat zalim, apalagi menyalahgunakan jabatan untuk memalingkan rakyatnya dari aturan Allah. Itu karena ia paham pasti ia akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Akhir kelak. Rasulullah saw. menegaskan dalam sebuah riwayat hadits, “Tidaklah seorang manusia yang diamanahi Allah Swt. untuk mengurus urusan rakyat, lalu mati dalam keadaan ia menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya.” (HR Bukhari).
Untuk itu sudah selayaknya generasi muslim termasuk pelajar di dalamnya, memahami syariat agama dengan benar dan memegang teguh syariat Islam dalam kehidupan. Juga mengajak orang lain (berdakwah) untuk mempertahankan dan menerapkannya meskipun ada banyak tangan yang berusaha mencabutnya dari kehidupan ini.
Dan hanya dalam negara Islam (Khilafah) ini, yang sejatinya akan menjaga dan mengupgrade kualitas remaja dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan, menghidupkan tradisi dakwah, dll. Sehingga terwujud generasi haritsan aminan lil Islam dan daulah.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar