Oleh : Lia Ummu Thoriq (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Seorang siswi SMP berinisial P berusia 14 tahun ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan setelah diduga sengaja menabrakkan dirinya ke kereta api yang melaju ke Stasiun Lemah Abang, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Selasa (27/8). Video kejadian ini viral di media sosial. Apalagi, ditemukan sebuah surat wasiat tentang alasan korban bunuh diri dilindas kereta api.
Siswi tersebut ditemukan terbaring di jalur kereta api sebelum akhirnya tertabrak oleh KA 61 Sembrani yang melaju dari arah Surabaya menuju Jakarta. "Korban diduga bunuh diri dengan terbaring di jalur KA,” ujar Kapolsek Cikarang Utara, Kompol Sutrisno, kepada wartawan. (Radar Surabaya, Kamis 29/08/2024)
Sungguh miris, belakangan kita sering dengar kasus bunuh diri (bundir) marak dikalangan remaja. Ada apa dengan fenomena ini? Jika kita telisik, pemicu bunuh diri adalah masalah kesehatan mental. Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan (06/09/2022), penyebab utama bunuh diri adalah kondisi depresi pada individu. Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan nomor empat penyakit di dunia dan diprediksi akan menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama.
Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sebuah survei kesehatan mental nasional pertama, pada Oktober 2022 merilis angka kejadian gangguan mental pada generasi muda 10—17 tahun di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak muda Indonesia memiliki masalah mental health (kesehatan mental), sedangkan 1 dari 20 anak muda Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.
Selain faktor depresi keluarga juga menjadi faktor penyebab terjadinya bundir di kalangan remaja. "Rumahku adalah surgaku" adalah impian semua orang. Tapi banyak kondisi rumah saat ini justru yang menjadi "neraka" bagi penghuninya. Orang tua yang sibuk kerja tidak bisa menjadi tempat berkeluh-kesah bagi anaknya. Rumah hanya digunakan sebagai tempat tidur untuk melepaskan kelelahan setelah seharian orang tua mencari nafkah untuk keluarga. Ayah sebagai pemimpin keluarga tak dirasakan oleh anaknya. Mereka hanya penghasil rupiah semata. Begitu juga dengan ibu mereka, ibu juga sibuk bekerja untuk menopang ekonomi keluarga. Akhirnya sang anak tak punya teman untuk menyampaikan keluk kesahnya. Paling parah lagi jika kondisi rumah dipenuhi dengan pertengkaran antar sesama anggota keluarga. Ini menjadi faktor remaja melakukan bundir.
Lingkungan juga menyumbang angka bundir dikalangan remaja. Lingkungan yang sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya di ranah pribadi sedangkan di ranah publik agama tidak boleh mengatur sedikitpun. Ketika ada masalah yang harus diselesaikan agama tidak boleh masuk ke ranah ini. Akhirnya banyak remaja yang menyelesaikan dengan bundir
Ditambah lagi Lingkungan yang cuek, tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Banyak masyarakat yang beranggapan jika itu bukan keluarga saya, berarti bukan urusan saya. Masyarakat yang tinggal di lingkungan seperti ini prinsipnya "Elo Elo, gue gue". Sehingga ketika ada remaja yang mengalami masalah mereka cuek bebek, karena itu bukan keluarga dan bukan urusan mereka. Sehingga akibatnya banyak remaja yang bundir kerena faktor lingkungan.
Sistem Pendidikan saat ini juga menyumbang angka bundir dikalangan remaja. Tidak dipungkiri saat ini sistem pendidikan di negara kita berdasarkan faham sekularisme, yaitu faham yang memisahkan agama dengan kehidupan. Agama tidak diperbolehkan mengatur urusan individu di ranah publik. Agama hanya mengatur dalam kehidupan pribadi. Dalam faham ini Ketika ada masalah tidak diperbolehkan mencari solusi ke agama. Akhirnya banyak remaja yang mengakhiri hidupnya dengan bundir karena tidak tau lagi harus menyelesaikan kemana.
Selain itu pendidikan saat ini difokuskan hanya untuk mengejar nilai akademik semata. Sementara pendidikan moral atau akhlak tidak diperhatikan sehingga remaja kita Krisis moral atau akhlak. Inilah produk pendidikan kita hari ini. Miris seharusnya remaja yang menjadi tonggak perubahan justru sekarang yang menjadi contoh kerusakan.
Melihat fakta yang ada, mestinya masalah ini perlu ditanggapi serius oleh semua pihak. Sebab yang menjadi ancaman adalah remaja sebagai generasi penerus. Kasus ini sungguh miris, remaja yang seharusnya memiliki jati diri dan semangat untuk mengejar cita-cita ternyata mengalami krisis jati diri, mudah depresi, pragmatis terhadap dinamika kehidupan, perjuangan hidupnya salah arah, bahkan mereka jauh dari karakter problem solver. Parahnya, mereka malah menjadikan bunuh diri sebagai solusi.
Negara sebagai pemimpin seharusnya memberikan solusi dari masalah ini. Karena jika tidak ada solusi maka angka bundir dari hari ke hari semakin naik. Negara tidak hadir dalam menghadapi masalah ini. Tidak ada penanganan yang serius dalam masalah ini. Butuh solusi jitu dalam menangani masalah bundir. Solusi itu tidak didapat pada negara yang menerapkan sistem kapitalisme sekuler saat ini. Solusi itu hanya kita bisa rasakan dalam sistem Islam. Sebuah sistem yang bersumber dari Wahyu Allah. Dalam sistem Islam aqiqah umat terutama remaja akan dijaga. Begitu juga sistem pendidikan Islam akan menghasilkan remaja yang berkepribadian Islam. Saatnya kita beralih ke sistem Islam kita tinggalkan sistem kapitalisme sekuler
Solusi Islam Menangani Bundir
Dalam Islam terdapat larangan yang tegas terkait bundir. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al Qur'an dan Sunnah bahwa haram hukumnya bundir.
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepada kamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar dan aniaya, maka kami kelak akan memasukannya kedalam neraka, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah" (An-Nissa, ayat 29 – 30)
"Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu." (Muttafaq Alaih)
Harus ada solusi yang tepat agar kasus bundir di kalangan remaja tak semakin merambat. Perlu peran dari berbagai kalangan agar kasus ini segera berhenti, yaitu Keluarga, masyarakat dan negara.
Keluarga
Keluarga adalah wadah pertama dan utama dalam membentuk kepribadian seorang anak. Keluarga menanamkan aqiqah sejak dini agar anak mempunyai pondasi keimanan yang kuat. Sehingga seorang anak atau remaja tidak mudah putus asa dalam menghadapi persoalan hidupnya. Aqidah ini harus dibangun dengan proses berfikir secara mendalam sehingga seorang anak mampu menemukan Tuhannya. Ini adalah tugas berat dari keluarga khususnya kedua orang tuanya.
Ketika aqiqah sudah tertanam kuat pada diri seorang anak maka dia akan menerima hukum-hukum Allah dengan penuh kesadaran. Menjalankan aturan dengan ringan. Ketika mereka menemukan persoalan hidup maka akan dikembalikan kepada hukum-hukum Allah. Halal-haram menjadi pondasi seseorang dalam bertingkah laku. Dengan aqiqah yang kokoh serta halal-haram sebagai pegangan dalam bertingkah laku maka bundir tidak akan menjadi solusi bagi remaja saat ini.
Masyarakat
Masyarakat Islam memiliki kepekaan indera yang amat tajam terhadap berbagai gejolak masyarakat. Terlebih lagi ketika ada kemungkaran yang mengancam keutuhan masyarakat. Dari sisi inilah maka 'amar ma'aruf nahi mungkar' menjadi bagian yang paling esensial sekaligus yang membedakan masyarakat Islam dengan masyarakat lainnya. Hal ini sebagaimana firman Allah: "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, menyeru kepada yang ma'aruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.
Oleh karena itu ketaqwaan remaja yang sudah dibentuk oleh keluarganya itu dapat dipengaruhi dan dibina oleh pandangan masyarakat. Dalam naungan masyarakat inilah, individu atau remaja yang berbuat maksiat tidak berani terbuka. Bahkan tidak berani melakukannya. Bahkan jika ada yang melakukannya akan berusaha menyembunyikannya. Dengan sadar ia akan kembali kepada kebenaran dan bertaubat atas kekhilafannya.
Negara
Negara yang seharusnya menjadi penjaga akidah remaja yang paling utama. Kerusakan lingkungan yang berupaya kemaksiatan harus ditindak tegas oleh negara dengan menerapkan aturan yang tegas berupa aturan dan sanksi yang tegas. Tontonan atau tindakan yang menjurus ke tindakan bundir harus ditutup rapat-rapat oleh negara.
Selain itu negara juga harus menyelenggarakan pendidikan Islam bagi rakyat secara gratis. Salah satu tujuan pendidikan dalam sistem Islam adalah membentuk kepribadian Islam. Kepribadian Islam terdiri dari pola pikir dan pola sikap yang islami. Kepribadian Islam ini adalah bagian dari seorang muslim ketika dia menjadi seorang muslim. Segala perbuatannya wajib terikat dengan hukum-hukum Allah
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar