Seruan Pemenuhan Gizi Keluarga Di Tengah Ancaman Kemiskinan Bukti Tidak Adanya Empati


Oleh : Winda Harefa

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto, menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Beliau mengatakan kondisi cuaca yang tidak menentu maka dikhawatirkan anak-anak mudah terserang penyakit sehingga daya tahan tubuhnya harus dijaga melalui asupan gizi seimbang. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK ini juga kembali mengajak orang tua untuk memperbanyak konsumsi makanan bergizi yang kaya protein hewani di dalam menu keseharian keluarga. Dengan memperbanyak protein hewani seperti ikan, telur, ayam, daging yang sangat baik untuk mendukung tumbuh kembang anak dan ibu hamil.

Sedangkan, Dinsos Surabaya mencatat, sedikitnya 23.532 warga di wilayah setempat masuk dalam data kemiskinan ekstrem, yang diketahui dari hasil pencocokan data melalui administrasi kependudukan, yakni kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) dengan kondisi di lapangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang atau 9,54% dari total penduduk Indonesia.

Kemiskinan dan ketimpangan pun masih rapot merah di Indonesia. Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menyebut, kemiskinan dan ketimpangan yang cukup tinggi di DIY masih menjadi pekerjaan rumah (PR) utama. Dua hal tersebut diharapkan dapat diselesaikan dan menjadi prioritas agenda kepemimpinan Gubernur/Wakil Gubernur DIY dalam lima tahun kedepan.

Kemiskinan masih menjadi problem utama di indonesia, yang belum terselesaikan hingga kini, terlebih di tengah naiknya berbagai sembako dan paska pandemi. Maka seruan untuk memenuhi gizi hanyalah narasi tanpa empati.  Masyarakat tak mungkin bisa memenuhinya di tengah kesulitan hidup yang terjadi. Di sisi lain menunjukkan ketidak pahaman akan realita yang dihadapi rakyat, apalagi angka stunting masih sangat tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya satu dari tiga balita mengalami stunting. Indonesia sendiri merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia negara harusnya peduli dan memberi solusi atas persoalan ini.

Dalam Islam yang akan menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, dapat mencegah stunting, dan terpenuhi kebutuhan gizinya secara optimal dibutuhkan peran negara yang mengurusi urusan rakyatnya termasuklah pemenuhan sandang, pangan dan papan. Setiap individu rakyat–bukan rata-rata rakyat–dapat memperoleh kesejahteraan. Inilah politik ekonomi dalam Islam, yaitu menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan rakyat. Kebutuhan kolektif digratiskan, seperti pendidikan, keamanan, kesehatan, jalan, dan birokrasi. Sedangkan kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan, bisa diperoleh dengan harga terjangkau. 

Di samping itu, perekonomian dalam sistem Islam berbasis pada sektor riil yang akan memberi lapangan kerja yang luas. Dengan demikian, negara mampu memenuhi kewajiban, yaitu menciptakan lapangan kerja untuk rakyatnya. (Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, Syakhshiyah Islamiyah juz II). Rasulullah saw. bersabda “Ingatlah kalian semua adalah penanggung jawab maka akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Dan imam/kepala negara yang berkuasa atas rakyat adalah penanggung jawab yang akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyatnya.” (Hadis Sahih Riwayat Bukhari, Hadis no. 2368; Muslim, Kitab al-Imarah, Hadis no. 3408).

Pengentasan kemiskinan menjadi kunci penyelesaian stunting di negeri ini. Pengentasan kemiskinan tentu tanggung jawab negara dan erat kaitannya dengan penerapan sistem ekonominya. Terbukti saat ini, sistem ekonomi kapitalisme ternyata membuahkan kemiskinan, bahkan di negeri kaya raya sumber daya alamnya seperti Indonesia. Kapitalisme membiarkan yang kuat yang menang dan mengabaikan rakyat yang lemah. Kapitalisme juga membiarkan kekayaan alam dikuasai segelintir orang demi keuntungan pribadi. Walhasil, meletakkan tanggung jawab pada rakyat untuk memenuhi gizi keluarga ditengah kemiskinan adalah mustahil dapat menyelesaikan masalah stunting.

Penerapan sistem ekonomi Islam adalah satu-satunya harapan untuk menyelesaikan stunting di negeri ini. Hanya dengan penerapan sistem ekonomi Islam yang akan menjamin kesejahteraan rakyat. Islam menentukan bahwa kekayaan alam adalah milik rakyat yang dikelola negara untuk kemakmuran rakyat. Islam juga mewajibkan negara menyantuni rakyat yang lemah dan memenuhi kebutuhan pokoknya individu per individu sehingga kemiskinan dapat terentaskan. Wallahualam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar