BBM Naik: Ekonomi Meroket atau Menyebabkan Inflasi?


Oleh: Rhany (Pemerhati Kebijakan Publik Andoolo)

Maju mundur maju mundur cantik. Tebar pesona biar menarik. Lirik lagu diatas rupayanya menggambarkan realita yang terjadi pasca kenaikan harga BBM hari ini. Belum selesai masa lalu timbul masalah baru. Naik salah mundurpun lebih-lebih salah. Anehnya menebar pesona dengan pernyataan yang menggelikan sekelas pejabat negara.

Dalih yang selalu digaungkan Presiden Jokowi mengaku, keputusan penyesuaian harga BBM bersubsidi adalah hal yang berat. Namun menurut dia apa daya, saat ini kondisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dirasa sudah tidak lagi mampu menanggung hal tersebut. 

Dilansir dari Merdeka.com (4/9/2022) Pemerintah menaikan 3 jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Pertamax Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter dan untuk Solar Rp dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Menurut perhitungan Lembaga ECO Macro Blast, kenaikan harga ketiga jenis BBM tersebut akan memicu naiknya inflasi, menunjukkan bahwa kenaikan harga Pertalite sebesar 30,72 persen dan Pertamax sebesar 16,00 persen tersebut secara total akan menyumbang inflasi sebesar 1,35 ppt. Sementara untuk kenaikan harga Solar sebesar 32,04 persen akan berkontribusi sebesar 0,17 ppt pada tingkat inflasi.

"Hitungan ini sudah memperhitungkan first round impact atau dampak kenaikan harga ketiga jenis BBM tersebut secara langsung, dan second round impact atau dampak lanjutan pada inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya pula," tulis lembaga keterangan resmi, Jakarta, Minggu (4/9).

Bahkan dikutip langsung oleh artikel detikfinance menulis artikel dengan judul "BBM Naik Kerek Inflasi Bisa Tembus 6,8%, Pertumbuhan Ekonomi Masih 5%?". Luar biasa bukan? Ingin menekan inflasi tapi nyatanya keteteran dengan fakta dilapangan bahkan diprediksi inflasi sampai akhir tahun akan meningkat menjadi 1,9%.

Dari sisi ini sudah terlihat ketika BBM dinaikkan, inflasi akan ikut naik. Sebab harga-harga di pasar ikut naik. Bukan hanya dampak lanjutan seperti jasa transportasi, distribusi, tetapi hingga kenaikkan barang lainnya akan ikut meroket dengan signifikan. Efeknya apa? Duit akan tiba-tiba berkurang nilainya dan daya beli masyarakat ikut menurun, selanjutnya akan terjadi PHK secara massal dan berefek pada kondisi sosial masyarakat. Sangat ironi memang apalagi para emak-emak selalu curhat disosial media, kian hari makin tak terbendung. 

Pertumbuhan ekonomi juga akan terancam apalagi jika Bank sentral atau BI menaikkan suku bunga demi menekan terjadinya inflasi. Dan kenaikkan BBM ini bukti pemerintah gagal mengelola sumber daya alam dalam sektor migas. Padahal migas bagian kepemilikan umum yang harus dikelola oleh negara dan dikembalikan oleh rakyat, tidak boleh dikuasai oleh swasta alias individu. Ini adalah bentuk kedzaliman nyata yang dilakukan oleh penguasa. Rasulullah SAW bersabda, "Kaum Muslimin itu berserikat pada 3 hal, yakni Air, Padang Rumput, dan Api" (HR. Ibnu majah) 

Sementara migas atau energi semisal BBM masuk kategori api yg dimaksud oleh hadist tersebut, sehingga pengelolaannya mengikuti mekanisme hukum syara. Namun, penguasa di sistem kapitalisme hari ini hanya sebagai regulator pemuas keinginan para korporat. Selama negeri ini masih menggunakan basis sistem kapitalis, selama itulah tercengkram dengan budak kolonial yang menjajah secara halus. Wallahu A'lam.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar