Kemiskinan Mendera Rakyat, Kapitalisme Kian Sekarat


Oleh: Dewi Kania (Aktivis Muslimah) 

Permasalahan umat saat ini belum sampai pada suatu titik penyelesaian. Berbagai masalah datang silih berganti. Adapun saat ini masyarakat  mengalami problema dari berbagai aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, pangan, juga kesejahteraan. Dari beragam masalah yang terjadi saat ini salah satunya dikabarkan  meninggalnya enam orang suku Baduy, 4 diantaranya masih usia balita. Hal tersebut diduga kejadian bermula setelah mengikuti ritual tradisi Seba Baduy di Cimarga, Lebak, Banten, Jumat (6/5/2022). Yaitu tradisi tahunan Suku Baduy untuk bertemu sejumlah kepala daerah guna menyampaikan aspirasi dan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten dr. Ati Pramudji Hastuti kepada wartawan (15/9/2022) bahwa ke enam orang itu meninggal dikarenakan penyakit TB (tuberkulosis) yang sebelumnya mengalami gejala batuk, pilek, dan diare. Sebagai Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular badan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Lebak, dr Firman Rahmatullah mengatakan, tenaga kesehatan telah mendatangi perkampungan suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, untuk mengambil sampel darah. 

Tidak sampai di situ, masalah demi masalah masih terus berlangsung. Semua berawal pada Sabtu, 10 September 2022 di Kampung Haur Seah, Cipicung, Banyuresmi, Garut. Dimana para pekerja bangunan yang mengaku diperintahkan untuk membongkar rumah milik warga yang bernama Undang (42). Menurut saksi mata     Rumahnya terpaksa dirobohkan atas perintah seorang rentenir dikarenakan sang istri, Sutinah meminjam uang Rp.1,3 juta. Setelah dikonfirmasi Sabtu (17/9/2022) sang pemilik rumah sedang tidak ada ditempat dikabarkan sedang mencari pekerjaan di Bandung. 

Dari beberapa permasalahan di atas, merupakan indikasi bahwa penderitaan rakyat Indonesia saat ini masih belum tuntas. 50% masyarakat Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (hidden hunger), hal tersebut disampaikan oleh Guru besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University Drajat Murtianto. Penyebabnya adalah kekurangan zat gizi mikro, berupa zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A dan zat gizi mikro lainnya. Kelaparan tersembunyi (hidden hunger) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, kesehatan secara umum, dan produktivitas seseorang. 

Dilansir laman UNICEP wakil Direktur Eksekutif, Kul C. Gautam, " Anda mungkin tidak merasakannya di perut, tetapi itu menyerang dan vitalitas Anda. Hal tersebut tetap meluas, menimbulkan ancaman yang menghancurkan bagi kesehatan, pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan martabat di negara berkembang." Defisiensi gizi mikro ini dapat dialami balita hingga orang dewasa. Wanita dan anak-anak sering menjadi korban masalah ini, saat ini di dunia telah ada 2 miliar orang yang mengalami kekurangan vitamin dan mineral. 

Dari dahulu suku Baduy terkenal keteguhannya memegang adat istiadat. Populasinya diperkirakan kurang dari 26.000 jiwa, serta terbagi atas 2 wilayah yaitu Baduy dalam dan Baduy luar. Ada 2 perbatasan yang ditandai dengan adanya sebuah gubuk yang terbuat dari bambu sebagai tempat menginap Suku Baduy dalam ketika berlandang. Suku Baduy memang menutup diri dari pengaruh luar, baik dari aspek pendidikan, kesehatan, juga perekonomian. Dari kasus meninggalnya enam orang suku Baduy tersebut diduga terkena penyakit TB (tuberkulosis) disebabkan karena tidak mau berobat dan mereka hanya mengandalkan pergi ke dukun serta meminum rempah-rempah saja. Sedangkan penyakit TB sendiri harus diobati secara intensif dengan obat-obatan agar mampu membunuh kuman/ bakteri yang menyerang si penderita. 

Hal tersebut diketahui setelah tenaga kesehatan masuk ke wilayah Baduy selama 3 hari dengan mengambil sampel darah dan memeriksa serta memberikan pengobatan kepada  warga yang lain. Dengan adanya ijin dari pihak adat tim kesehatan ekspansi dari Baduy Dalam ke Baduy Luar dan  menemukan penyakit malaria, campak rubella, bahkan stunting di wilayah Baduy.

Permasalahan demi permasalahan saat ini tak kunjung ada penyelesaian. Yang terjadi malah sebaliknya, masalah semakin kompleks dan  menggunung. Kesulitan yang dialami masyarakat tak pernah ada solusi tuntas. Penyebab utamnya adalah faktor ekonomi memicu masyarakat mengalami berbagai penderitaan ini. Barang-barang kebutuhan semakin tinggi, sedangkan pendapatan penduduk saat ini tidak tentu. Untuk menutupi semua kebutuhan dan mencukupi biaya hidup, sebagian masyarakat tak segan meminjam uang kepada pihak-pihak yang dianggap gampang dalam prosesnya, seperti kepada rentenir dan pinjol. Hal ini sedang marak di sosial media dengan persyaratan yang mudah. Kendati demikian, mereka lupa memikirkan bagaimana seandainya jika tak bisa melunasinya, sebab bunga yang ditawarkan lumayan cukup tinggi. 

Masyarakat pada umumnya hanya bisa mengeluh dengan kehidupan yang dialami saat ini. Serba sulit, serba mahal, juga susah mencari pekerjaan. Sehingga berdampak kurangnya asupan gizi bagi keluarga terutama anak-anak dan itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jangankan untuk mendapatkan makanan sehat yang memenuhi standar kesehatan, sekadar bisa makan saja  sudah cukup. Ditambah kurangnya pemahaman mengenai gizi yang baik harus seperti apa, karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi.  

Adapun permasalahan yang menimpa masyarakat saat ini merupakan tanggung jawab negara. Sesama masyarakat hanya bisa membantu sebatas kemampuannya saja. Jika masalah ini tak cepat diatasi, maka kondisi masyarakat berpotensi mengalami kemiskinan yang kian parah. Inti dari semua permasalahan yang terus menerus terjadi adalah sebab dari para pemimpinnya yang menganut sistem kapitalisme. Seyogianya para pejabat harusnya bisa memahami apa yang rakyat rasakan sekarang ini.  Kalau mayoritas pemegang jabatan adalah muslim, maka jangan sampai menyelewengkan wewenang yang diamanahkan rakyat kepadanya. 

"Siapa saja yang menangani suatu urusan umatku, lalu ia bersikap baik kepada mereka, maka Allah akan bersikap baik kepada mereka, maka Allah akan bersikap baik kepada dirinya. Siapa saja yang menangani urusan umatku, lalu ia menyulitkan mereka, maka baginya ada bahlah Allah." Para sahabat bertanya, "Apakah bahlah itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, " Laknat Allah." (HR Abi  'Awanah). 

Wallahu a'lam bissawwab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar