Kisah Ironi Dalam Negeri, Apa yang Harus Kita Perbaiki?


Oleh: Ayu Susanti, S.Pd 

Indonesia dari dulu dikenal sebagai negeri zamrud khatulistiwa, penuh dengan kekayaan alam yang melimpah. Namun nyatanya hal tersebut tidak menjadikan negeri ini sebagai negeri terkaya di dunia.

Indonesia masuk dalam 100 negara paling miskin di dunia. Hal ini diukur dari Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapita. (www.cnnindonesia.com, 30/09/2022).

Dengan faktanya Indonesia menjadi negara miskin, tidak menjadikan sebagian dari orang kaya meredam hasratnya untuk memiliki berbagai barang-barang mahal. 

Belum lama ini, Range Rover baru resmi meluncur di Indonesia. Kendaraan tersebut merupakan generasi kelima dan dibanderol mulai Rp 5,9 miliar dengan status off the road. Meski mahal dan baru diluncurkan, namun stok yang tersedia di Tanah Air sudah nyaris habis. (Detik.com, 27/09/2022). 

Tak dipungkiri, memang di negeri ini pun bertaburan orang-orang kaya nan mapan. Tapi di satu sisi, tak sedikit juga orang yang serba kesusahan. Alih-alih membeli mobil seharga milyaran untuk makan sehari-hari pun harus banting tulang kerja keras. Kesenjangan sosial nampaknya semakin menjadi di negeri ini. 

Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin adalah slogan yang biasa terdengar jika sistem hidup yang diterapkan saat ini adalah sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Sistem hidup buatan manusia ini mengharuskan manusia yang membuat aturan dan standar dalam kehidupan. Sekulerisme erat kaitannya dengan tujuan hidup serba materi. Semuanya diukur dengan materi, yakni kekayaan, popularitas, hasrat nafsu yang terpenuhi dan lain sebagainya. Sehingga jiwa konsumtif akan terus ada jika sistem ini masih diterapkan dalam kehidupan. Orang-orang akan berbondong-bondong memenuhi hasratnya untuk memiliki barang-barang mewah tanpa memperhatikan nurani dan empati saat melihat orang yang serba kesusahan. Bahkan tak sedikit orang-orang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan cuan agar bisa memenuhi life style nya. 

Disamping itu, sekulerisme melahirkan aturan yang distandarkan dengan materi. Siapa yang bermodal maka dia yang semakin berjaya. Layanan publik semuanya harus dibayar dengan uang agar bisa dinikmati. Sehingga wajar jika orang miskin akan bertambah miskin. 

Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk mengatur manusia agar bisa selamat dunia dan akhirat. Dalam Islam untuk mendapatkan kekayaan tak dilarang, yang penting kekayaan tersebut didapatkan dengan cara halal, dan pun pengelolaan hartanya dikelola sesuai syariat. Tidak menimbun harta, pelit atau bahkan sebagai ajang pamer. Tapi orang kaya bisa mendapatkan pahala berlimpah dari Allah jika dia menggunakan kekayaannya untuk beribadah kepada Allah. 

Islam akan terus memupuk keimanan individu sehingga tak akan ada orang yang berniat ingin pamer bahkan tak ada hati nurani dan empati ditengah ksesusahan yang melanda. Justru akan terdorong saling membantu sama lain. 

Disamping itu dalam Islam, pemerintah akan berusaha sekuat tenaga agar bisa memenuhi kebutuhan primer semua warganya. Sehingga tak ada lagi kasus kelaparan dan kemiskinan. Bahkan pemerintah akan membuka lapangan pekerjaan secara luas sehingga warga negara bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat menghidupi keluarganya. Banyak sekali aturan-aturan dalam Islam yang bisa membuat rakyat sejahtera. 

Dengan demikian, jika kita mau terbebas dari jeratan masalah yang ada, maka sudah sebaiknya kita kembali kepada aturan Islam kaffah. 

Wallahu'alam bi-showab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar