Negara Kaya, Pengurusan Ala Kadarnya, Mau Sejahtera?


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih (Institut Literasi dan Peradaban)

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Shinta Damayanti mengatakan  dari 128 basin (area cekungan) migas yang terdeteksi di Indonesia bisa dirincikan sebanyak 20 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan sudah dibor namun belum berproduksi, 19 cekungan indikasi menyimpan hidrokarbon, 13 cekungan kering atau dry hole dan 68 cekungan yang belum dieksplorasi di Indonesia (media Indonesia, 1/2/2024).

Shinta berharap 68 basin yang belum dilakukan eksplorasi di Indonesia menjadi pekerja rumah pemerintah Indonesia khususnya SKK Migas untuk mengambil data dan kemudian akan dibuktikan dengan pengeboran. 

Shinta juga mengatakan saat ini Indonesia masih menempati peringkat 9 dari 14  negara di Asia Pasifik berdasarkan hasil evaluasi IHS Market dari segi daya tarik investasi migas,” Kita di rangking berdasarkan 4 item, dari legal, fiscal system, oil and gas risk overall rating dan activity&success overall rating. Ini kita dinilai berdasarkan ini dan posisi kita saat ini ada di rangking 9 di South East Asia," 

Menurutnya lagi, ini prestasi yang kurang baik mengingat Indonesia memiliki banyak potensi dalam sektor hulu migas. Karena seharusnya menjadi bisa peringkat dua atau peringkat pertama. Karena  di tahun 2023 ditemukan lagi dua Giant Discovery. 

Di kategori oil&gas risk, Indonesia sendiri berada di peringkat 6 dari 14 negara karena meskipun pemerintah sudah melakukan beberapa enabler dalam hal menciptakan  komitmen kerja dan terkendala pada pengambilan data di open area. Open area itu area-area yang belum ada wilayah kerja, dengan adanya data harapan kita investor tertarik dan masuk. 


Mempertanyakan Keseriusan Negara Dalam Mengelola Potensi Migas Raksasa  

Melihat fakta di atas, terbukti betapa kayanya negara Indonesia ini. Namun masih banyak sumber daya migas yang belum di eksplorasi. Sangat bertolak belakang dengan pernyataan banyak menteri jika dikaitkan dengan pelayanan kepada masyarakat, selalu  yang dikeluhkan minimnya anggaran dan kurangnya tenaga ahli. Seandainya semua potensi itu dikelola negara sendiri sudahlah pasti kesejahteraan itu bukan mimpi.

Inilah konsekuensi yang harus kita hadapi ketika sistem kapitalisme yang mengatur perekonomian kita.  Penemuan ini akan mendorong adanya investasi bahkan termasuk asing.  Apalagi mindset rendahnya ketrampilan dan keahlian SDM yang penulis sebutkan sebelumnya,  yang kian kesini kian menjadi penghalang pengurusannya. Apalagi kapitalisme memaksa negara minimalis melibatkan diri dalam pengurusan ini, lebih tepatnya hanya menjadi regulator kebijakan agar investor semakin merambah seluruh aspek ekonomi. Dari hulu hingga hilir. 

Jelas, dengan model pengelolaan SDA ala kapitalisme, negara akan rugi besar, karena seolah penguasaan atas SDA migas ada pada investor asing.  Negara hanya sebagai fasilitator bagi investor. Dan dalam pandangan Islam merupakan satu kemaksiatan karena pengelolaan tidak seperti yang Allah tetapkan. Rasulullah saw. Bersabda, ”Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad). 

Artinya negara haram mengalihkan pengelolaan kekayaan alam ini kepada swasta, apapun alasannya.Sebab semua itu milik rakyat, tanpa kecuali baik miskin maupun kaya. 


Islam Punya Konsep Hingga Bukti Penerapan Sistem Ekonomi

Islam sebagai agama yang sempurna memiliki konsep kepemilikan yang menjadikan SDA sebagai milik umum. Konsekuensinya, SDA harus dikelola negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Baik berupa zatnya langsung misalnya BBM, listrik, air dan lainnya maupun berupa pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pelayanan umum seperti pembangunan jalan raya, jembatan, jalan tol, rumah sakit, sekolah dan lainnya. 

Tak ada istilah subsidi tidak tepat sasaran, melainkan pelayanan tanpa batas, sebab semua individu rakyat memiliki hak di dalamnya. Syariat juga akan mewajibkan negara sebagai wakil rakyat dalam pengelolaan SDA juga  menyiapkan SDM berkualitas untuk mengelola SDA yang ada, baik melalui lembaga pendidikan maupun pelatihan. Tentu saja gratis sebab sumber dana yang besar dan disimpan di Baitulmal akan disiapkan karena negara khilafah memiliki sumber pemasukan yang besar. 

Semua ini hanya bisa dicapai melalui penegakan syariat bukan hanya sebagai pengatur ibadah kaum muslim namun juga sebagai sistem kehidupan yang akan membawa keberkahan dunia akhirat.

Wallahualam bissawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar