Khutbah Jum'at : Saatnya Umat Islam Bersatu


KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ
 لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. 
قَالَ اللهُ تَعَالَى  
وَاِنَّ هٰذِهٖٓ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّاَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ
Sungguh umat kalian ini adalah satu umat. Aku adalah  Tuhan kalian. Karena itu bertakwalah kalian (kepada-Ku. (QS al-Muminun [23]: 52).

Alhamdulillah, nikmat Allah mana lagi yang kita dustakan. Setiap saat Allah karuniakan rezeki kehidupan bagi kita semua tanpa kita minta. Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Maka, bertakwalah kepada Allah. Ikuti jalan Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jangan ikuti jalan-jalan setan yang membentang menawarkan keindahan padahal itu sesungguhnya adalah kesesatan.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Bulan Rajab adalah bulan yang diwarnai peristiwa-peristiwa besar. Selain Isra Miraj Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, di bulan ini tahun 1187 Masehi Shalahuddin Al Ayyubi merebut kembali Baitul Maqdis, lokasi Masjidil Aqsha, dari Pasukan Salib. Di bulan Rajab pula tahun 1342 H atau 3 Maret 1924, umat Islam kehilangan institusi pemersatunya yakni Khilafah Islamiyyah. 

Tidak pernah umat Islam mengalami keterpecahbelahan selama 14 abad sebelum peristiwa itu. Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sukses membangun Daulah Islamiyah di Madinah, dilanjutkan dengan era Khulafaur Rasyidin, era Khilafah Umayah, era Khilafah Abbasiyah dan era Khilafah Utsmaniyah. Sepanjang sejarahnya, Khilafah Islam pernah menyatukan kaum Muslim di dua pertiga bagian dunia. 

Kemudian, Inggris melalui kaki tangannya, Mustafa Kemal Attaturk, meruntuhkan Khilafah Ustmaniyah pada tahun 1924. Sejak itu umat Islam sedunia terpecah-belah. Mereka dipisahkan oleh negara-bangsa (nation-state) dengan warna nasionalisme (kebangsaan)-nya masing-masing. Nasionalisme dan nation-state (negara-bangsa) inilah yang menjadi cikal-bakal keterpecahbelahan umat Islam sedunia.

Umat Islam seperti ayam kehilangan induk. Lemah, tak berdaya. Palestina dijajah Zionis Yahudi. Negara Arab tak membantu. Bukan karena tak mampu melawan Israel tapi karena paham nasionalisme. Inilah yang menghinggapi benak para penguasa tersebut. Mereka lupa ajaran Rasul tentang ukhuwah Islamiyyah. Mereka anggap Palestina bukan urusan mereka karena bukan senegara.

Kondisi yang sama terjadi di Myanmar. Umat Islam Rohingya dianiaya, diusir, tanpa ada negara yang membantu dan menghentikan kekejaman rezim militer Myanmar dan Budha ekstremis. Di Xinjiang, Muslim Uighur diperdaya dan dicuci otaknya oleh rezim komunis Cina, sementara dunia Islam membiarkannya. Dan masih banyak lagi kasus serupa.

Di negeri ini, umat Islam diperebutkan dalam pemilu, dan tak jarang diadu domba hanya untuk memuaskan nafsu serakah para pencari kekuasaan. Kadang bermusuhan dan menghilangkan prinsip persaudaraan Islam.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Sadarilah, menjaga persatuan umat dan memelihara ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Meninggalkannya adalah dosa. Perhatikan firman Allah subhanahu wa taala:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ 
Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara dua saudara kalian… (TQS al-Hujurat [49]: 10).

Ayat itu menyiratkan bahwa siapapun, asalkan Mukmin, adalah bersaudara. Bersaudara karena akidah Islam. 

Dalam ayat lain, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا 
Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai... (TQS Ali Imran [3]: 103). 

Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa tali Allah (habl Allâh) adalah al-Quran yang diturunkan dari langit ke bumi. Siapapun yang berpegang teguh pada al-Quran berarti ia berjalan di atas jalan lurus. Ayat tersebut merupakan perintah Allah subhanahu wa taala kepada mereka untuk berpegang pada al-jamâah (persatuan) dan melarang mereka dari tafarruq (bercerai-berai). 

Dan agar kaum Muslim tidak tercerai-berai dari Islam sebagai jalan Allah subhanahu wa taala, al-Quran menegaskan:
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 
Yang diperintahkan ini adalah jalanku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan tersebut dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian  adalah diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa (TQS al-Anam [6]: 153).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengibaratkan umat Islam itu sebagai satu bangunan.
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا 
Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan. Sebagiannya menguatkan sebagian lainnya (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ahmad).

Sebaliknya, banyak hadis yang melarang kaum Muslim untuk menyerukan perpecahan atas dasar 'ashabiyah. Di antaranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ 
Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan 'ashabiyah. Tidak termasuk golong kami orang yang berperang atas dasar 'ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang mati di atas dasar 'ashabiyah (HR Abu Dawud).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, persatuan umat Islam yang wajib itu tidak akan terwujud kecuali dalam institusi Khilafah. Karena itu menegakkan kembali Khilafah adalah wajib. Ini sesuai dengan kaidah syariah: Maa laa yatimmu al-wâjib illaa bihi fahuwa waajib”, artinya selama suatu kewajiban tidak sempurna pelaksanaannya karena sesuatu perkara, maka sesuatu tersebut wajib adanya.  

Itulah mengapa, generasi terbaik umat ini, yaitu para Sahabat, telah berijmak akan kewajiban menegakkan Khilafah ini.  Imam Al-Haitsami menyatakan, Ketahuilah, para Sahabat ra. telah berijmak (bersepakat) bahwa mengangkat imam (khalifah) setelah zaman nubuwwah (kenabian) berakhir adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan itu sebagai kewajiban terpenting. Terbukti mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban tersebut dengan menunda penguburan jenazah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam” (Al-Haitsami, Ash-Shawaa'iq al-Muhriqah, hlm. 17).

Imam al-Qurthubi menyebut,  tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban tersebut (mengangkat seorang khalifah atau menegakkan Khilafah) di kalangan umat dan para imam mazhab (Al-Qurthubi, Tafsiir al-Qurthubii, 1/264).

Bahkan syariah menegaskan di tengah kaum Muslim hanya boleh ada seorang khalifah saja pada satu waktu bagi seluruh kaum Muslim sedunia.  Dasarnya antara lain sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخِر مِنْهُمَا 
Jika dua orang dibaiat sebagai khalifah, maka yang kedua harus diperangi (HR Muslim).

Alhasil, mari kita jadikan insitusi pemerintahan Islam global pemersatu umat sedunia ini, yakni Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah, sebagai agenda bersama yang wajib diperjuangkan oleh seluruh komponen umat Islam sedunia. []
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم




KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَااِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar