Pembajakan dan Perusakan Generasi


Oleh : Rismawati.

Indonesia kembali memperingati Hari Anak Nasional (HAN) mengusung tema "Anak Terlindungi Indonesia Maju". Ditengah seremonial peringatan HAN ini, terlihat bahwa kondisi anak di negeri ini masih jauh dari kata layak.

Dilansir dari KOMPAS.TV bahwa pada Hari Anak Nasional, Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya seorang siswa di Tasikmalaya yang menjadi korban perundungan.

Menurut Jokowi, kasus perundungan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.


Ekonomi Digital, Ekonomi Kreatif ?

Di lain pihak menurut Erik  Tohir, perlu menyiapkan anak-anak muda agar memiliki literasi digital yang tinggi dengan tujuan membentuk human centered society (masyarakat yang berpusat pada manusia) untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi dan menyelesaikan masalah dengan integrasi sistem dunia nyata dan dunia maya. Dengan kata lain, generasi muda yang melek digital dan berinovasi.

Erik menyampaikan, Kementrian berkomit memberikan para pemuda untuk mendorong kepemimpinan muda. Pada 2023, pihaknya menargetkan 10% direksi BUMN diisi oleh anak - anak muda.


Kejahatan Kemanusiaan 

Anak adalah generasi harapan bangsa. Ditangan merekalah terletak estafet keberlangsungan satu peradaban. Atas dasar ini negara berperan menjamin seluruh hak-hak anak. Akan tetapi apa jadinya jika negara gagal menjamin itu ?

Korban kekerasan terhadap anak, terlihat tren peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Merujuk data 2019 Kasus kekerasan pada anak sebanyak 12.285 sedangkan pada 2020 menjadi 15.972.

Kasus perundungan yang melingkupi anak pun sudah tiada henti. Dan yang melakukan adalah teman sebayanya. Fenomena ini menjadi cerminan buruknya lingkungan sosial saat ini. Karakter anak kerap terbentuk dari tontonan gim daring yang sering mereka mainkan dan menjadi tuntunan di dunia nyata.

Anak terbiasa meyaksikan kekerasan sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah. Juga melakukan perundungan verbal melalui ejekan maupun kata-kata kasar. Karakter anak yang cenderung emosional, sulit mengendalikan diri dan pemarah tentu tidak lepas dari pengaruh media dan gim.

Semua ini jelas bahwa penguasa sangat alpa mengelola dan mengarakan potensi pemuda yang semestinya menjadi pengisi peradaban. Serta  buruknya pengaturan hal di sekitar kita. Mulai dari pendidikan dalam sekolah dan masyarakat. Semua ide dan nilai di rusak atas nama kebebasan, atas nama modernitas.

Seharusnya Fenomena Citayam Fashion Week menjadi tamparan keras bagi proyek pendidikan dan pembinaan generasi. Mirisnya, sebagian dari mereka ada yang putus sekolah, potensi besar mereka menjadi pelaku peradaban justru makin sulit tercapai.

Pemuda kita akan lebih senang mencari uang daripada harus mencari pendidikan. Cara pandang pragmatis ini akan mengakibatkan berpikir mereka, tidak perlu sekolah tinggi yang penting bisa memperoleh penghasilan. Didalam pemikiran mereka, bahwa hidup hanya untuk mencari uang.

Visi dan misi kapitalisme "selama itu menghasilkan uang lakukan". Tanpa memperhatikan halal dan haram, asal sistem sekuler ini merestui, sekalipun itu berupa konten sah-sah saja. Sistem kapitalisme mempasilitasi pemuda agar mereka lalai dengan potensi besarnya. Ditambah lagi beragam polemik di sistem pendidikan nasional yang membuat orang tua mundur teratur karena tekanan ekonomi, hingga mereka enggan menjadi kaum terdidik.

  
Anak Akan Terlindungi Hanya dalam Naungan Islam.

Di dalam Islam anak sangat dijaga dan di lindungi, karena merekalah calon generasi penerus. Islam mewajibkan orang tua untuk melakukan pengasuhan yang baik sesuai tuntunan Islam, juga pengasuhan yang lemah lembut yang menjaga fisik dan mental.

Rasulullah Saw bersabda, "Hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang dan hindarilah sikap keras dan keji" (HR Bukhari).

Kualitas anak akan menentukan kualitas negara pada masa yang akan datang. Generasi yang berkualitas hanya dapat terwujud ketika syariat Allah diterapkan secara kaffah. Karena hanya syariat Islamlah yang menjaga fitrah anak, yang selalu produktip dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah.

Generasi yang menjadikan halal dan haram sebagai pedoman hidupnya yang merupakan cerminan dari kuatnya keimanan kepada Allah SWT. Itu semua hanya dapat di lahirkan dalam tatanan negara yang melindungi anak secara menyeluruh dan komprehensif, baik jasmani maupun rohani. Termasuk menjaga peran fitrah seorang perempuan sebagai ibu generasi.

Untuk menciptakan generasi muslim yang mulia dan tangguh, membutuhkan penerapan Islam kaffah  Itu adalah tugas kita untuk mewujudkannya. Wallahua'lam




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar