PALESTINA MERANA, DUNIA MENUTUP MATA


Oleh : Sri Setyowati (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Pada hari Jumat, 05/08/2022, Zionis Israel kembali membombardir Gaza. Serangan  udara Israel ke Gaza tersebut dibalas oleh Kelompok Jihad Islam dengan  meluncurkan lebih dari 100 roket ke kota-kota di Israel selatan dan tengah, termasuk Tel Aviv, Jumat (05/08/2022) malam. (republika.co.id, 07/08/2021)

Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengutuk agresi brutal Israel di Jalur Gaza yang memasuki hari kedua pada Sabtu (6/8/2022). Lembaga itu menyebut Israel membuat wilayah Palestina layaknya lapangan latihan dan warga sebagai target tembak.

Aqsa Working Group (AWG) mengutuk sekeras kerasnya atas agresi Zionis ini. Serangan ini, sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah rezim dzalim yang tersisa yang harus dimusnahkan dari muka bumi.

Gencatan senjata kedua belah pihak yang ditengahi Mesir kemudian disepakati pada Minggu (7/8/2022), mengakhiri tiga hari pertempuran sengit yang menewaskan 46 warga Palestina, 16 di antaranya anak-anak dan melukai 360 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. (kompas.com, 09/08/2022)

Pasukan Israel sendiri mengaku melancarkan sesuatu yang mereka gambarkan sebagai serangan preemtif di Gaza setelah menangkap Al-Saadi (Anggota Jihad Islam Palestina-PIJ) pekan lalu, dengan mengatakan serangan itu dimaksudkan untuk mencegah pembalasan PIJ. Akan tetapi, pengamat internasional, termasuk Pelapor Khusus PBB Francesca Albanez, mengatakan taktik itu telah merusak klaim Israel untuk membela diri.

Alasan membela diri dari teroris yang sejatinya adalah pejuang Palestina merupakan klaim yang mengada-ada. Eskalasi serangan Israel yang makin kejam, memberi sinyal bahwa posisi Israel makin kuat di kawasan Timur Tengah.

Para pemimpin dunia dan seluruh komunitas internasional seharusnya  merespons kedzaliman ini dengan nyata. Tidak sekedar gimmick diplomatik apalagi standar ganda, memberikan kecaman tapi terus menjalin hubungan mesra dengan Zionis. Atau mengutuk, memberi sanksi, dan memboikot Rusia atas invasi ke Ukraina tapi membiarkan kedzaliman Zionis di Palestina.

Ada dua sikap pemimpin muslim saat ini yaitu, pertama, mengatasnamakan kepeduliannya terhadap Palestina dengan tidak mau bekerjasama dengan Israel dan mengambil sikap keras dengan mengecam Israel serta memberi bantuan ke Palestina.

Yang kedua adalah para pemimpin  muslim seperti UEA, Mesir, Bahrain, Sudan, Maroko, dll mengadakan normalisasi dengan Israel pada tahun 2020, dengan memunculkan opini bahwa bila ada normalisasi dengan Israel, maka kita lebih bisa bekerjasama dengan Israel untuk membuat Israel lebih manusiawi. Atau lebih baik mendekati Israel daripada tetap bermusuhan dengan Israel. Dengan begitu, kita tetap bisa berkomunikasi dengan mereka, karena mereka menganggap kita musuh. Karena itu, dengan menjalin hubungan komunikasi, akan mencegah Israel untuk melakukan tindakan sewenang-wenang. 

Tetapi apa yang terjadi, tahun 2021 Israel kembali menggempur Gaza dan ratusan orang meninggal dunia. Tidak ada efektifitas sama sekali dari normalisasi dengan Israel. Bahkan pemimpin muslim di kawasan Timur Tengah seperti UEA, Mesir, Turki dll tidak bisa berbuat apa-apa. Seolah para pemimpin Muslim lupa terhadap firman Allah SWT, " Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan (TQS Al-Anfal [8]:72). 

Dan Nabi Muhammad SAW juga bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Janganlah menganiaya dia dan jangan pula menyerahkan dia (kepada musuh)". (HR Al-Bukhari).

Jelaslah  bahwa normalisasi bukan untuk kepentingan Palestina, tetapi untuk kepentingan Israel. 

Diharapkan pula dengan adanya normalisasi, lebih bisa menekan Israel, tetapi kenyataannya, normalisasi Israel  dengan negara-negara Arab membuat Israel merasa negara-negara lain menerima pendudukan mereka atas Palestina.

Disisi lain, dengan adanya normalisasi, Israel lebih bisa bekerjasama yang positif di bidang ekonomi dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Hal tersebut menunjukkan penghianatan para pemimpin muslim terhadap Palestina dan  terhadap nilai-nilai kemanusiaan, serta prinsip kita sebagai muslim untuk membela muslim yang lain. Karena itu kedua sikap tersebut tidak akan menjadi solusi efektif untuk menekan Israel demi kebebasan Palestina.

Gagasan two state solution/pendirian dua negara Palestina dan Israel pun bukanlah solusi. Solusinya tetap one state solution, berdirinya negara Palestina dan mengusir penjajah Israel.

Demikian juga kecaman, demo, aksi solidaritas, seruan boikot, petisi dll tidak akan menyelesaikan masalah bahwa Palestina akan bebas.

Harus ada langkah-langkah strategis dan kekuatan politik yang lebih kuat untuk menekan Israel.

Konsep nasionalisme dan negara bangsa telah mengikis ikatan persaudaraan Muslim,  sehingga muslim yang satu dengan muslim yang lain tidak ada rasa keterikatan satu aqidah. Pandangan  yang sempit tersebut harus diubah dengan  pandangan yang benar yaitu Islam dengan cara membebaskan diri dari Barat. Disamping itu harus mengembangkan kekuatan sendiri sehingga bisa menyaingi Barat. Juga harus dilakukan jihad melalui kekuatan politik dan militer, yaitu kekuatan global yang berpihak pada umat Islam. Dan kekuatan itu adalah negara  Khilafah dengan pemimpinnya seorang Khalifah. Karena Khalifah akan melindungi dan membela umat. 

Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh Imam (Khalifah) itu (laksana)perisai, orang-orang akan berperang di belakang dia dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya." (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa'i, Abu Dawud dan Ahmad)

Wallahu a'lam bi ash-showab




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar