Anak: Aset Masa Depan Bangsa, Mau dibawa Kemana Generasi Penerus?


Oleh: Ayu Susanti, S.Pd 

Anak adalah aset masa depan bangsa. Sebuah bangsa sangat memerlukan sosok generasi penerus karena generasi ini akan menjadi estafet kepemimpinan di masa depan. 

Sangat pentingnya kehadiran anak, sampai-sampai ada hari peringatan anak nasional. 

Tahun ini, Hari Anak Nasional 2022 mengambil tema, yaitu 'Anak Terlindungi, Indonesia Maju'. (https://bobo.grid.id/read/083379717/tema-hari-anak-nasional-tahun-2022-anak-terlindungi-indonesia-maju, 17/07/2022) 

Anak memang perlu dilindungi dari berbagai hal ancaman yang mengancam dan merusak dirinya. Sebaik mungkin harus dijaga dan dididik dengan baik dan benar agar bisa melahirkan generasi yang berkualitas. 

Namun saat ini, tak dapat dipungkiri oleh kita semua bahwa tidak sedikit fakta yang ada di tengah masyarakat menunjukkan kondisi anak-anak yang sedang tidak baik-baik saja. Ada yang mengalami kekerasan seksual, perundungan, kemiskinan sistemik dan lain sebagainya. 

Seorang bocah sebelas tahun asal Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia usai depresi akibat perundungan oleh teman-temannya. Korban dipaksa untuk menyetubuhi kucing sambil direkam menggunakan ponsel. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220722085819-12-824698/fakta-fakta-kasus-bocah-dipaksa-setubuhi-kucing-di-tasikmalaya, 22/07/2022). 

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Retno Listyarti  mencatat sepanjang Januari-Juli 2022, ada 12 kasus kekerasan seksual yang terjadi. Hal ini berdasarkan hasil pemantauannya  di media massa dari kasus yang keluarga korban sudah melaporkannya ke pihak kepolisian.(https://nasional.tempo.co/read/1615052/kpai-ungkap-ada-12-kasus-kekerasan-seksual-anak-sepanjang-januari-juli-2022, 23/07/2022). 

Kasus diatas hanyalah sebagian kecil kasus yang dialami oleh anak-anak. Tidak sedikit kisah pahit yang dialami oleh anak-anak saat ini. Anak menjadi korban sistem kehidupan sekulerisme (pemisahan agama dalam kehidupan). Sistem kehidupan sekulerisme ini melahirkan liberalisme paham kebebasan dan menyandarkan dasar kehidupannya untuk mendapatkan materi dan kesenangan pribadi dengan melabrak aturan sana sini termasuk aturan agama. 

Kehidupan serba bebas ini mendorong siapapun untuk mengagungkan hawa nafsunya. Orientasi hidupnya hanya untuk kesenangan. Termasuk dalam pemenuhan naluri seksual yang ada di dalam diri manusia. Dan bisa jadi saat memenuhi hasrat ini, anak menjadi korban karena dianggap sebagai makhluk lemah dan tak berdaya. 

Kasus perundungan pun bukan hal baru di negeri zamrud khatulistiwa ini. Cukup sering mendengar berbagai jenis Kasus perundungan yang dialami oleh anak-anak. Dengan alasan hanya sekedar main-main atau untuk mendapatkan ketenaran agar viral atau apapun itu alasannya, nyatanya perundungan ini tentu berdampak negatif kepada korban. Tentu hal ini tidak akan terjadi jika mindset pola berpikir orang-orang bukan distandarkan dengan kebebasan. 

Anak-anak akan merasa terlindungi dan merasakan kenyamanan saat memang sistem hidup yang diterapkan saat ini adalah sistem hidup yang berasal dari Allah SWT, Sang Pencipta manusia. Allah yang mengetahui berbagai kebutuhan manusia. Sehingga Allah melahirkan aturan untuk manusia agar manusia bisa selamat dunia dan akhirat. 

Termasuk dalam hal perlindungan anak. Islam mengajarkan kepada manusia untuk menyayangi yang lebih muda, memberikan pengajaran yang baik, dan perlakuan yang penuh dengan akhlakul Karimah kepada siapa saja termasuk anak-anak. Islam pun punya sistem pendidikan dan sistem sosial yang bisa memuliakan manusia dan mencetak generasi bangsa yang tidak hanya cerdas memahami ilmu namun juga memiliki kepribadian Islam yang agung dan luhur. Sehingga lingkungan akan terkondisikan saling menjaga satu sama lain dan berlomba-lomba dalam kebaikan untuk meraih ridho Allah ta'ala. 

Begitulah Islam mengatur sebuah masyarakat yang bisa melahirkan kenyamanan bagi semua pihak termasuk anak-anak. 

Oleh karena itu, jika kita menginginkan anak-anak kita terlindungi dan bisa menjadi generasi berkualitas, maka sudah saatnya kita kembali kepada aturan Islam kaffah, aturan yang Allah berikan untuk kita semua. 
Wallahu'alam bi-showab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar