Demokrasi : Mengusung Calon yang Benar?? No Way!!!


Oleh : Rasmini (IRT)

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih cukup jauh. Sekitar dua tahun lagi. Namun demikian, demi memenangkan pertarungan di Pilpres 2024, banyak pejabat dan politisi sudah mulai tampak sibuk bermanuver. Demikian juga sejumlah partai politik. Mereka melakukan konsolidasi sejak dini. Muncul, misalnya, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Di dalamnya tergabung Partai Golkar, PAN dan PPP. KIB dibentuk tentu untuk kepentingan Pilpres 2024. 

Lalu ada sejumlah nama yang muncul atau dimunculkan sebagai calon presiden. Ada Puan dan Ganjar dari PDIP. Ada Airlangga Hartarto dari Golkar. Ada Prabowo dari Gerindra. Ada AHY dari Demokrat. Ada Cak Imin dari PKB. Ada Anies Baswedan dari non partai. Tak ketinggalan Menteri Erick Thohir yang diduga juga berambisi menjadi presiden. 

Di sisi lain, banyak yang menghendaki Jokowi dari PDIP menjadi presiden tiga periode. Meski banyak ditentang berbagai kalangan, Menko Luhut dan sejumlah pihak sempat bermanuver untuk memuluskan hasrat Jokowi tiga periode ini.


Sistem demokrasi lahirkan pemimpin pro kapitalis!!!

Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al-Habsyi mengatakan bahwa PKS masih terbuka kepada siapa saja tokoh calon presiden (capres) untuk didukung Pilpres 2024. Menurut Aboe, PKS membantah jika dinilai orang cenderung mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres. "PKS wait and see sampai sekarang. Kita tunggu sampai ada perkembangan yang menarik. Enggak (cenderung mendukung Anies) enggak ada, enggak ada," kata Aboe dalam wawancara yang dikutip dari YouTube Tribun Network, Senin (13/6/2022).

Ditambah lagi soal Ganjar Pranowo, memang sedang hangat dan menjadi sorotan belakangan ini. " Survei charta politika : Elektabilitas Ganjar Pranowo 36,5% , Tertinggi".                    
                   
Ia kerap kali tak mau menjawab soal "copras-capres" terkait dirinya. Jangankan soal itu, soal kinerjanya yang dikatakan bermasalah dari internal partainya sendiri pun, ia tak pernah menjawabnya.

Beberapa kali ia dikritik rekan separtainya . "Ganjar apa kinerjanya delapan tahun jadi gubernur selain main di medsos, apa kinerjanya?" kata Trimedya anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam keterangan tertulis, Rabu (1/6/22).

Tak berhenti di sini, sebelumnya, Ketua DPR yang juga Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P, Puan Maharani, menyebut seseorang dengan istilah ganteng tapi tak bisa bekerja. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke Dewan Pimpian Cabang (DPC) PDI-P Wonogiri, Jawa Tengah, pada April lalu.

Dari hiruk pikuk pencalonan Nampak nyata bahwa dalam demokrasi semua partai/pihak memilih calon yang bisa menang tanpa peduli apakah calon yang benar karena kapabilitas dan komitmennya terhadap rakyat apalagi terhadap Islam.

Sayangnya, secara empiris dibuktikan yang bisa menang hanya calon yang didukung kaum kapitalis .

Inilah fakta betapa bobrokmya sistem demokrasi karena menghasilkan kepemimpinan pro kapitalis tanpa peduli kebenaran dan kemampuan serta tak peduli kapasitas seorang pemimpin.


Kriteria Pemimpin dalam Islam

Dalam islam kapasitas seorang pemimpin menjadi hal yang urgensy dan utama, dimana ini menjadi tolok ukur dalam memimpin sebuah Negara. Apakah mengundang kenberkahan atau mengundang bala'.

Syaikhul Islam dalam karyanya "As siyasah Asy Syar'iyah" tentang kriteria Pemimpin yang baik. "Selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan, karena kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar ; yaitu kuat (mampu) dan amanah". (Syaikhul Islam, As Siyasah Asy Syar'iyah)

Pemimpin haruslah kuat (mampu)

Pemimpin yang kuat adalah yang tidak tersandera pada  kepentingan partai, golongan, apalagi  menghamba kepada kaum penjajah kafir. Kepemimpinan kuat adalah kebenaran melawan kezdaliman dan menerapkan syariat yang datang dari Allah SWT. 

Adapun yang dikatakan mampu adalah kapabilitas disemua urusan, baik urusan pemerintahan maupun peperangan yang sesuai dengan kapasitas ilmu dan keadilan serta mampu menerapkan syariat islam


Kekuasaan adalah Amanah

Allah SWT berfirman: 
Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ ÙŠَØ£ْÙ…ُرُÙƒُÙ…ْ Ø£َÙ†ْ تُؤَدُّوا اْلأَÙ…َانَاتِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ Ø£َÙ‡ْÙ„ِÙ‡َا ÙˆَØ¥ِØ°َا Ø­َÙƒَÙ…ْتُÙ…ْ بَÙŠْÙ†َ النَّاسِ Ø£َÙ†ْ تَØ­ْÙƒُÙ…ُوا بِالْعَدْÙ„ِ
"Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, juga (menyuruh kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian berlaku adil (TQS an-Nisa’ [4]: 58)."

Sikap amanah seorang penguasa terlihat dari tatacaranya dalam mengurusi masyarakat berdasarkan aturan-aturan Allah SWT. Ia juga berusaha dengan keras untuk menghiasi dirinya dengan budi pekerti yang luhur dan sifat-sifat kepemimpinan. Penguasa amanah tidak akan membiarkan berlakunya sistem kufur, seperti sistem demokrasi yang bertentangan dengan Islam. Ia pun tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada Islam dan kaum Muslim. 


Teladan Pemimpin Islam

Sejak Rasulullah saw. diutus, tidak ada sistem yang mampu melahirkan para penguasa yang amanah, agung dan luhur, kecuali dalam sistem Islam. Kita mengenal Khulafaur Rasyidin yang terkenal dalam hal keadilan dan sikap amanah mereka. Mereka juga termasyhur sebagai pemimpin yang memiliki budi pekerti yang agung dan luhur serta lembut terhadap rakyat mereka. 

Khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq, misalnya, adalah sosok penguasa yang terkenal adil, amanah, sabar dan lembut. Namun, beliau juga terkenal sebagai pemimpin yang tegas. Penerusnya, Khalifah Umar bin al-Khaththab, juga terkenal sebagai penguasa yang adil, amanah dan tegas. Beliau tidak segan-segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai berasal dari jalan yang tidak benar (Lihat: Thabaqât Ibnu Sa‘ad, II/4/60; Târîkh al-Islâm, II/388; dan Tahdzîb at-Tahdzîb, XII/267).

Sebagai penguasa yang amanah, Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pun terkenal dengan kata-katanya, “Seandainya ada seekor keledai terperosok di Kota Bagdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir Allah SWT akan meminta tanggung jawabku di Akhirat nanti.”

Inilah secuil keteladanan yang bisa kita ambil dari Khulafaur Rasyidin dalam mengurus urusan rakyat mereka. Jangan lupa, sikap dan perilaku para penguasa Muslim yang luar biasa seperti itu adalah saat negara benar-benar menerapkan syariah Islam secara total dalam institusi Khilafah .
WalLaahu a’lam bi ash-shawwaab. []

---*---
Hikmah:
Rasulullah saw. bersabda:
Ø£َÙˆَّÙ„ُ الإِÙ…َارَØ©ِ Ù…َلامَØ©ٌ، ÙˆَØ«َانِيهَا Ù†َدَامَØ©ٌ، ÙˆَØ«َالِØ«ُÙ‡َا عَØ°َابٌ Ù…ِÙ†َ اللَّÙ‡ِ ÙŠَÙˆْÙ…َ الْÙ‚ِÙŠَامَØ©ِ، Ø¥ِلا Ù…َÙ†ْ رَØ­ِÙ…َ ÙˆَعَدَÙ„َ
Kepemimpinan itu awalnya cacian, kedua penyesalan dan ketiga azab dari Allah pada Hari Kiamat nanti; kecuali orang yang memimpin dengan kasih sayang dan adil. (HR ath-Thabarani).




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar