Ketika Wanita Bersinergi dengan Agama


Oleh : Dikara Nur Izabah (Mahasiswi Sumedang)

Saat kecil menjadi seorang anak, sudah menikah menjadi seorang istri, saat mempunyai anak menjadi seorang ibu. Itulah wanita, sedari lahir sudah memiliki peran dan setiap peran memiliki tanggung jawab yang berbeda. Wanita sebagai anak harus mampu memenuhi perannya yaitu berbakti kepada orangtua. “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang baik dan rendahkan dirimu dengann penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.” (QS Al-Isra’: 23-24).

Wanita sebagai istri harus mampu memenuhi perannya yaitu berbakti kepada suami. “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR Bukhari Muslim).

Wanita sebagai ibu harus mampu memenuhi perannya yaitu mengurus dan mendidik anak. "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuannya." (QS. Al-Baqarah: 233)

Tetapi bagaimanpun wanita adalah manusia yang juga memiliki hak dan kewajiban. Hak wanita sama dengan pria seperti berhak mendapatkan pendidikan, berhak memiliki sesuatu, berhak mengembangkan harta, berhak menduduki jabatan dalam negara, berhak mendapatkan nafkah, dan hak lainnya. 

Namun wanita juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi terlebih sebagai seorang hamba, manusia wajib menjalankan seluruh aturan (apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang) oleh Tuhannya yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah : 208). Ini artinya wanita harus menjalankan aturan islam tanpa pilih-pilih mana yang mudah dan mana yang susah, mana yang enak dan mana yang tidak. Semua aturan wajib dipenuhi di segala aspek kehidupan. 

Allah memerintahkan untuk solat maka solatlah, Allah memerintahkan menutup aurat maka tutuplah aurat, Allah memerintahkan berjihad maka berjihadlah, Allah memerintahkan mengurus negara maka uruslah negara dengan aturan Allah. 

Dengan begitu kedudukan manusia baik pria dan wanita tetaplah sama di hadapan Allah, Allah hanya membedakannya dari segi ketakwaan. Sehingga tidak ada alasan wanita menuntut kesetaraan gender hanya karena wanita memiliki tugas sebagai anak, istri, dan ibu padahal tugas tersebut juga merupakan tugasnya sebagai seorang hamba.

Yakinilah wahai para wanita, bahwa Allah membuat aturan bukan untuk menyiksa atau mendiskriminasi tetapi untuk melindungi dan memuliakan. Yang menyiksa dan mendiskriminasi wanita justru aturan dan sistem yang saat ini diterapkan yaitu kapitalisme, dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual baik verbal maupun non verbal, eksploitasi, pembatasan kesempatan, penyiksaan dan lainnya yang merendahkan derajat wanita itu semua lahir dari sistem kehidupan yang bobrok dan aturan buatan manusia yang mana manusia itu lemah dan terbatas. 

Mari kita lihat bagaimana sistem Islam memuliakan wanita dan memberikan kesempatan yang sama di masyarakat. Yang pertama, ada Ummu Sulaim sang pelindung Nabi di medan perang. Beliau adalah wanita yang cerdas, sabar dan pemberani bahkan piawai dalam memainkan senjata dalam perang dimana biasanya perang didominasi laki-laki namun kiprah beliau dalam peperangan begitu gemilang bahkan Rasulullah pernah melihatnya di Surga.

Yang kedua, ada Ummu Sinan seorang mujahidah yang berpartisipasi dalam perang Khaibar, beliau pandai merawat orang yang cedera dan pandai dalam berperang serta menunggang kuda. Selanjutnya, ada  istri Rasulullah yaitu Khadijah, beliau merupakan pebisnis yang sukses. Ada juga Asma binti Abu Bakar yang bekerja di sektor pertanian dan peternak domba. Lalu ada Syifa bin Abdullah bin Abd Syams ahli manajemen dan perhitungan bahkan, Khalifah Umar bin Khattab sering meminta nasihat terkait masalah administrasi dan urusan pasar. Dan masih banyak lagi wanita mulia yang memiliki peran di berbagai bidang kehidupan yang tidak hanya laki-laki saja yang bisa.

Maka dari itu, jika wanita paham betul tugasnya dan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang Allah SWT tetapkan maka akan terbentuk keseimbangan yang harmonis dan menjadikan wanita optimal dalam memenuhi tanggung jawabnya. Dan hanya aturan Islam yang mampu membentuk wanita tangguh dan mulia.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar