Zionis Yahudi Merampas Kehidupan Anak-anak dan Penduduk Gaza


Oleh: Ai Sopiah 

Setelah sekitar lima belas bulan agresi entitas Yahudi di Jalur Gaza, sistem perawatan kesehatan di sana hampir runtuh. Sebagian besar fasilitas kesehatan, rumah sakit, dan pusat kesehatan telah hancur beserta semua yang ada di dalamnya, dan beberapa yang masih beroperasi kekurangan dokter, obat-obatan, ambulans, perawatan, listrik, dan air; yang telah menyebabkan krisis kesehatan masyarakat yang dahsyat. Hal ini telah menyebabkan peningkatan tajam tingkat kematian dan cedera, serta peningkatan tingkat penyakit fisik dan psikologis.

Badan Pertahanan Sipil Gaza menyatakan serangan udara Israel ke sekolah yang menjadi tempat penampungan menewaskan delapan orang, termasuk dua anak-anak pada Sabtu (11/1).

Dilansir AFP, juru bicara badan tersebut Mahmud Bassal mengonfirmasi delapan orang, termasuk dua anak-anak dan dua wanita, tewas akibat penembakan Israel di Sekolah Halwa di Kota Jabalia, Gaza utara.

Bassal mengatakan serangan itu menewaskan 30 orang, termasuk 19 anak-anak Padahal, sambung Bassal, sekolah Halwa menampung "ribuan orang yang mengungsi".

Militer Israel, dalam sebuah pernyataan, mengakui telah melakukan serangan terhadap fasilitas tersebut. Namun, mereka berkilah serangan itu menargetkan militan Hamas.

Militer Israel mengatakan angkatan udara "melakukan serangan tepat terhadap teroris di pusat komando dan kendali" yang sebelumnya berfungsi sebagai Sekolah Halwa di Jabaliya.

Dalam pernyataannya, militer Israel menargetkan tempat tersebut lantaran "sekolah tersebut digunakan oleh teroris Hamas untuk merencanakan dan melakukan serangan".

Serangan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian gempuran Israel terhadap gedung sekolah yang menampung warga terlantar di Gaza. Pada 11 September 2024 lalu, serangan terhadap Sekolah Al-Jawni yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa di Gaza tengah menuai kecaman internasional setelah badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan enam stafnya termasuk di antara 18 orang yang dilaporkan tewas.

Militer Israel menuduh Hamas bersembunyi di gedung-gedung sekolah tempat ribuan warga Gaza mencari perlindungan. Tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok militan Palestina itu.

Setidaknya 46.537 warga Palestina, sebagian besar dari mereka warga sipil, tewas dalam kampanye militer Israel di Gaza sejak perang dimulai, menurut data yang diberikan oleh kementerian kesehatan. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui angka-angka tersebut bisa diandalkan.

Sementara, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.208 orang dari pihak Israel yang mencakup sandera yang terbunuh dalam penahanan. Sebagian besar korban disebut merupakan warga sipil. (CNN Indonesia, 11/1/2025).

Menurut juru bicara Divisi Perempuan kelompok dakwah ideologis internasional dalam Kantor Berita ideologis internasional, Senin (6/1/2025), situasi tersebut merupakan bencana tanpa adanya penolong atau penyelamat.

Ia menggambarkan kehancuran sektor kesehatan yang telah berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental perempuan karena terbatasnya akses ke perawatan yang diperlukan sehingga mengakibatkan konsekuensi kesehatan langsung dan jangka panjang.

Diperkirakan, tambahnya, sebanyak 177.000 perempuan menghadapi risiko kesehatan yang mengancam jiwa, termasuk 162.000 perempuan dengan atau berisiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, penyakit kardiovaskular atau tekanan darah tinggi; dan 15.000 perempuan hamil berada di ambang kelaparan.

Sistem kapitalisme yang diberlakukan di dunia hari ini telah menunjukkan pengkhianatan nyata terhadap nasib anak-anak Palestina. Jangankan hak atas makanan, pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan perlindungan atas kekerasan, hak hidup saja mereka tidak mendapatkan jaminan. Betapa banyak anak-anak Palestina yang menjadi korban penjajahan entitas Yahudi, tetapi AS sebagai negara adidaya hari ini justru abai terhadap kondisi tersebut.

AS selayaknya menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas terbunuhnya ratusan ribu nyawa warga Palestina, termasuk anak-anak. Pasalnya, perang genosida di Gaza didukung penuh oleh AS dan Barat. 

Jika kita mundur ke belakang, kita akan mendapati fakta bahwa Tanah Palestina adalah tanah kaum muslim. Tanah Palestina telah berada di bawah kekuasaan Islam saat dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ra. pada 15 H. Kita juga mendapati bahwa sepanjang masa kekhalifahan Islam, Palestina tetap berada dalam naungan Negara Islam.

Hanya saja, sejak Khilafah Islam (Khilafah Utsmaniyyah) runtuh pada 1924, entitas Yahudi merampas Tanah Palestina secara ilegal dari kaum muslim. Atas bantuan Barat, bumi Palestina pun jatuh ke tangan entitas Yahudi. Tepatnya pada 1948, mereka menduduki lebih dari setengah wilayah Palestina dan mengusir warga Palestina secara paksa. Sejak saat itu, bombardir, pembantaian, dan genosida terus dilancarkan oleh entitas Yahudi laknatullah.

Oleh karena itu, hadirnya “Negara Yahudi” sejatinya tidak bisa dilepaskan dari upaya meruntuhkan Khilafah Islam yang merupakan perisai umat Islam. Dukungan Barat atas pendirian “negara” tersebut sejatinya memiliki tujuan politik, yakni menjaga eksistensi sistem kapitalisme di dunia Islam. Barat sangat memahami bahwa kebangkitan Islam sebagai ideologi di bawah naungan Khilafah.

Walhasil, Barat tidak akan membiarkan Khilafah kembali bangkit dan akan terus menjalankan strategi mendukung keberadaan entitas Yahudi dengan beragam aksi kejahatannya di bumi Syam. Selain itu, keberadaan Yahudi di Palestina akan mempermudah AS menjajah kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu, persoalan Palestina merupakan masalah clash (perseteruan) antara dua peradaban, yakni Islam dan Barat.

Akar persoalan Palestina bukan pada persoalan kemanusiaan semata, bukan pula masalah bangsa yang terusir, apalagi sekadar masalah perbatasan dua negara. Akar persoalan Palestina adalah keberadaan entitas Yahudi di negeri yang diberkahi itu dengan sistem kapitalisme sebagai penjaganya. 

Mengusir entitas Yahudi laknatullah dari bumi Palestina dan menghentikan segala bentuk serangan yang mereka lakukan tidak cukup dengan hanya memboikot atau pengecaman saja, tapi dengan satu-satunya solusi adalah jihad dan tegaknya Khalifah untuk menyelamatkan muslim Palestina dari segala bentuk penderitaan. Membebaskan seluruh bumi Palestina yang diberkahi, mulai dari sungai hingga lautnya hingga mengikis habis entitas Yahudi sampai tidak menyisakan lagi kekuatan Yahudi di bumi Palestina, merupakan solusi yang dituntun oleh syariat Islam.

Allah SWT. Berfirman,
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِۚ 
“Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS. Al-Baqarah: 191).

Memang betul, satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah Palestina adalah jihad. Jihad adalah ajaran Islam. Jihad adalah perang melawan kaum kafir untuk menegakkan agama Allah SWT. Ketika saudara-saudara kita diperangi, sesungguhnya berdasarkan dalil di atas, kita wajib untuk membela dan menolong mereka dengan jihad.

Namun, berharap para penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan tentaranya untuk mengenyahkan tentara penjajah dari bumi Palestina, tampaknya hanya akan berbuah harapan kosong. Bagaimana tidak? Penguasa negeri-negeri muslim hari ini tidak lain merupakan antek-antek Barat. Mereka, terutama di kawasan Timur Tengah, akan terus melayani kepentingan AS meskipun sejatinya mereka diperlakukan sebagaimana budak. Mereka telah kehilangan kredibilitasnya di mata rakyatnya. Penguasa negeri-negeri muslim makin memasrahkan diri kepada AS sebab mereka pada hakikatnya adalah alat Barat yang kekuasaannya dikendalikan oleh negara adidaya hari ini, AS.

Oleh karenanya, yang bisa melakukan aktivitas jihad dengan visi politik sahih hanyalah khalifah, penguasa dalam Khilafah (Negara Islam). Rasulullah Saw. bersabda, 
الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Sesungguhnya imam/Khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung.” (HR. Muslim).

Keberadaan Khilafah di tengah umat saat ini menjadi perkara urgen. Khilafah akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia, menjaga eksistensi umat Islam, mempertahankan keberlangsungan hidup umat Islam, dan akan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.

Aktivitas dakwah dan jihad akan menjadi visi politik luar negeri Khilafah karena demikianlah Islam mensyariatkan. Kembalinya aktivitas jihad akan mengembalikan kaum muslim pada pertarungan di pentas internasional dengan arahan yang benar. Alhasil, kaum muslim akan terlindungi dari segala bentuk penjajahan oleh musuh-musuh Islam. Pemenuhan hak-hak warga negara Khilafah, termasuk anak, akan terwujud nyata di bawah penerapan aturan Islam Kaffah.

Terlebih, Islam memandang anak adalah calon generasi masa mendatang yang harus dijaga akan keselamatan, kesejahteraan, juga hak-hak lainnya. Islam telah menuntun pemenuhan hak-hak anak tersebut dan mewajibkan hadirnya negara sebagai raa’in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung umat).

Rasulullah Saw. bersabda, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Bukhari).

Berdasarkan hadis tersebut, negara wajib menjaga jiwa/hak hidup setiap insan, termasuk anak-anak. Islam mewajibkan negara menjamin pemenuhan hak anak yang hakiki, mulai dari hak hidup dan berkembang, hak nafkah, keamanan, pendidikan, penjagaan nasab, dll. kepada seluruh anak tanpa terkecuali.

Negara mewujudkan hak-hak tersebut dengan mengembalikan fungsi keluarga, lingkungan masyarakat, dan negara kepada syariat Islam. Penerapan syariat Islam akan memperkuat fungsi ketiganya khususnya dalam memenuhi hak-hak anak.

Sungguh, negara merupakan basis perlindungan anak yang hakiki. Tegaknya Khilafah dengan satu komando dari Khalifah akan menghapuskan sekat-sekat nasionalisme di antara negeri-negeri muslim hari ini. Khilafah akan menjadi negara superpower yang akan mengerahkan kekuatan militernya untuk menyelamatkan anak-anak muslim yang dianiaya, termasuk anak-anak di negeri Palestina. 

Sudah seharusnya kita terus menyuarakan solusi hakiki atas persoalan Palestina dan berjuang untuk tegaknya kembali kehidupan Islam dengan menerapkan aturan Islam, hingga atas izin Allah bumi Syam dibebaskan oleh tentara-tentara Khilafah yang ikhlas di bawah komando seorang khalifah. 

Wallahua'lam bishshawab.




Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar