Oleh : Wulan Safariyah (Aktivis Dakwah)
Bunuh diri seolah telah menjadi tren di negeri ini. Kasus ini sudah menggejala di semua usia tanpa mengenal jenis kelamin. Bermacam masalah timbul setiap hari, mulai dari masalah ekonomi, pekerjaan, percintaan, masalah rumah tangga, dan lain-lain. Semua masalah yang timbul tidak mampu diatasi hingga membuat depresi. Bunuh diri pun dijadikan sebagai solusi.
Diawal tahun 2025 ditemukan jasad seorang remaja berusia 15 tahun inisial NKH yang tewas dengan cara gantung diri di rumahnya di Jalan KS Tubun, Kota Bontang Kamis 2 Januari 2025 malam. Korban diduga nekat mengakhiri hidupnya akibat permasalahan asmara (pranala.co)
Masih dibulan yang sama, warga Perumahan Jakarta Hills Kelurahan Lok Bahu Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda digemparkan dengan penemuan seorang pria berinisial A tewas gantung diri di rumahnya, Senin (20/1/2025). Sebelum kejadian tragis ini, korban diketahui terlibat pertengkaran dengan keluarganya.
Haji Rian, Ketua Lingkungan Cluster Hindia, menyebut korban baru tinggal di kawasan tersebut sekitar sebulan terakhir. “Sebelum kejadian, kami sering mendengar korban bertengkar dengan istrinya. Bahkan, istrinya sempat pulang kampung,” ungkap Haji Rian. (radarsamarinda.com)
Kasus percobaan bunuh diri juga dilakukan oleh seorang wanita yang ingin terjun dari Jembatan Mahakam dan diselamatkan oleh warga yang hendak melintas, pada Senin siang (20/1/2025. Belum diketahui secara pasti kronologi kejadian ini. Dilansir dari IG (disway kaltim)
Kasus percobaan bunuh diri juga terjadi di kota Balikpapan, Tim Patroli 110 Polresta Balikpapan berhasil mencegah upaya bunuh diri yang terjadi di daerah Gunung Sari Ilir, tepatnya di depan Raja Komputer, Jumat (10/1/2025).
Menurut laporan yang diterima melalui layanan telepon 110, seorang pria diduga hendak mengakhiri hidupnya karena permasalahan keluarga dan berada dalam pengaruh alkohol. (marwahkepri.com)
Banyaknya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh sebagian masyarakat telah menyita perhatian publik. Dilansir dari data.goodstars.id, angka bunuh diri makin bertambah dan meningkat secara signifikan. Data yang dihimpun dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 720 ribu jiwa meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Bunuh diri sendiri menjadi salah satu penyebab kematian paling tinggi di dunia dan ditemui pada remaja hingga dewasa.
Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI (Bareskrim Polri) menunjukkan seluruh kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahunnya. Angka kasus bunuh diri terus meningkat setiap tahun, bahkan bertambah hingga 60% dalam lima tahun terakhir. Apa jadinya generasi masa depan jika bunuh diri dijadikan tren sebagai solusi?
Sekularisme Meningkatan Kasus Bunuh Diri
Kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri bukan hanya sekali terjadi di Kaltim, tetapi sudah menjadi tren. Bunuh diri dianggap sebagai solusi tepat keluar dari permasalahan hidup. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang nekat mengakhiri hidupnya. Salah satu faktor terbanyak adalah depresi karena beban hidup yang semakin berat disistem saat ini yang tidak mampu lagi ditanggung oleh individu masyarakat.
Makin banyaknya individu masyarakat yang bunuh diri sesungguhnya menggambarkan realitas masyarakat hari ini. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dengan bunuh diri untuk menyelesaikan masalah.
Mereka juga menjadi individu masyarakat yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan. Alhasil, sikap putus asa, stres, hingga depresi, menjadi penyakit mental yang mudah menjangkit dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir dengan bunuh diri, semua beban masalah dan mental mereka akan terlepas dan berakhir.
Individu yang terjangkit mental rapuh kebanyakan dialami oleh mereka yang lahir dan besar di lingkungan keluarga broken home, fatherless, motherless, atau hidup berjauhan dengan orang tua. Belakangan ini, ramai perbincangan terkait Indonesia yang disebut sebagai negara fatherless ketiga terbanyak di dunia. Orang tua ada, tetapi kehadiran mereka seperti tidak ada. Anak tidak merasakan peran dan kehadiran ayah atau ibunya, baik secara fisik maupun psikis.
Selain itu, trend bunuh diri juga menunjukkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu yang bermental kuat, tangguh, selalu bersyukur dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Karena, kurikulum pendidikan yang berlaku hari ini adalah kurikulum sekuler yang menjauhkan manusia dari aturan Allah Ta'ala.
Alhasil, generasi kita terdidik dengan cara pandang kapitalisme sekuler. Standar kebahagiaan hidup tertinggi adalah meraih sebanyak-banyaknya materi dan kesenangan duniawi. Ketika mereka gagal meraihnya, depresi menjadi hal yang tidak terhindarkan. Perilaku mereka tidak lagi terkendali dalam standar halal haram. Masyarakat yang terbentuk adalah individualis kapitalistik.
Tren bunuh diri juga menunjukkan gagalnya negara dalam mengurus rakyat dan menjaga kesehatan mental rakyat sehingga iman masyarakat menjadi lemah. Semua ini tidak lepas dari abainya negara yang tidak menjaga akidah dan keimanan umatnya.
Kelemahan iman dan mental individu berujung bunuh diri dipengaruhi banyak hal. Akar utamanya ialah pandangan hidup berdasarkan sekulerisme kapitalisme yang menjauhkan manusia dari ketaatan kepada Allah SWT. Sehingga, umat mengadopsi pemikiran dan gaya hidup kapitalisme sekulerisme. Akibat gempuran pemikiran inilah yang membentuk individu masyarakat memiliki mental, keimanan, dan kepribadian rapuh dan lemah.
Semua ini, tentu bukan masalah individu semata, melainkan masalah sistemis. Solusi yang layak untuk menghilangkan tren bunuh diri juga harus tepat dan sistemis.
Solusi Islam
Islam bukan hanya agama yang mengatur tata cara beribadah, akan tetapi Islam juga adalah solusi persoalan hidup. Tidak ada manusia hidup tanpa masalah dan tidak ada masalah tanpa ada solusinya. Islam memiliki cara yang tepat dan sistemis dalam mencegah maupun menangani masalah bunuh diri.
Islam menegaskan bahwa kebahagiaan hakiki seorang muslim adalah meraih ridha Allah Ta’ala. Islam sebagai ideologi sempurna yang menjadikan negara sebagai rain yang akan menjaga, melindungi, mengurus rakyat serta menjamin kehidupan rakyat dengan memberikan kehidupan terbaik melalui terwujudnya sistem kesehatan masyarakat yang baik pula.
Penerapan syariat Islam kaffah oleh negara akan menjamin terwujudnya kesejahteraan dan ketentraman, juga terpenuhinya jaminan untuk menjaga setiap rakyat memiliki jiwa, raga yang sehat dan kuat.
Islam memberikan pijakan bagi setiap individual bahwa keimanan dan ketakwaan seorang hamba menjadi landasan untuk menjalani kehidupan. Akan tetapi, di sisi lain Islam juga memberikan pilar-pilar yang harus diwujudkan oleh penguasa bagi rakyat yang dipimpinnya.
Penguasa dalam Islam memahami, bahwa rakyat adalah amanah, layaknya gembalaan yang wajib dijaga dan dilindungi oleh penggembalanya. Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR Bukhari dan Ahmad).
Rasulullah saw. juga Khulafaurasyidin dan khulafa setelahnya, selain menerapkan hukum-hukum yang bersumber dari Allah Ta’ala, juga berperan menjaga hak-hak kaum muslim beserta seluruh rakyat untuk menjamin kebahagiaan mereka, tidak terkecuali kebutuhan asasi/primer bagi hidup mereka.
Dalam pandangan Islam problem bunuh diri adalah bagian dari tanggung jawab negara terhadap rakyatnya. Negara Islam (Khilafah) akan berupaya melakukan tindakan-tindakan yang dapat membuat individu masyarakat tidak akan berpikir menyelesaikan problem hidup dengan melakukan bunuh diri.
Negara akan membina dan mengedukasi para orang tua agar dapat mengimplementasikan pendidikan dan pengasuhan yang sesuai akidah Islam. Selain itu, negara akan menyelenggarakan pendidikan berbasis akidah Islam. Kurikulum pendidikan Islam telah mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam, yaitu generasi yang pola pikir dan pola sikapnya sesuai syariat Islam. Sehingga lahirlah generasi yang kuat imannya, tangguh mentalnya dan cerdas akalnya. Dengan begitu, mereka akan memiliki bekal menjalani kehidupan dan mengatasi persoalan yang melingkupinya dengan cara pandang Islam.
Negara juga akan menetapkan kebijakan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dari kalangan laki-laki. Sehingga kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi. Peran ayah dan ibu dalam keluarga dapat berjalan seimbang seiring pemenuhan kebutuhan pokok yang dijamin negara. Alhasil, tidak akan ditemui keluarga yang defresi, stres dalam memikirkan beban hidup.
Penerapan Islam secara kafah akan menghasilkan individu dan masyarakat yang bertakwa dan gemar berdakwah. Serta, negara yang benar-benar menjaga dan mengurusi rakyatnya. Dengan demikian, kasus bunuh diri tidak akan menjadi tren dan dapat teratasi karena setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya, yaitu sebagai hamba Allah swt. dengan menjadikan Islam sebagai petunjuk hidupnya.
Ketika Islam menjadi jalan hidup bagi setiap muslim, maka tidak akan ada generasi Islam yang depresi, sakit mentalnya, mudah menyerah atau gampang putus asa. Generasi Islam akan menjadi generasi terbaik yang memiliki mental sehat dan kuat seperti para pendahulunya. Maka, menjaga kesehatan mental dan menghentikan kasus bunuh diri, hanya dapat dilakukan jika Syariat Islam diterapkan dibawah naungan Khilafah Islamiah.
Wallahu'alam bissawab.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar