Menjadi Orang tua, Cukupkah Hanya Berbekal Harta?


Oleh : Isti Shofiah

Ketika membuka YouTube, tak sengaja menemukan video wawancara pasangan lesbian yang memiliki anak. Pasangan sesama jenis yang diketahui bernama Jeje dan Nino Munaf ini memang sudah secara terbuka mengumumkan hubungan menyimpang keduanya. Bahkan dengan bangga menyebut diri mereka sebagai lesbian. Dan kali ini, mereka dengan bangganya memperkenalkan seorang bayi sebagai anak keduanya. Bagaimana bisa? Ya, jelas saja pernyataan itu membuat publik heran. Akan tetapi, publik sudah bisa menebak, kalau bukan dari adobsi mana mungkin keduanya dapat keturunan. Ternyata memang benar, mereka mengadopsi anak dari kerabat dekat Nino.

Dalam wawancara tersebut, kedua presenter terus mempertanyakan peran mereka sebagai apa untuk bayi tersebut. Sontak keduanya bingung, karena keduanya sama-sama wanita, bahkan Jeje menjawab bahwa sampai sekarang belum menemukan panggilan yang pas untuk Nino. Karena tak mungkin keduanya dipanggil Ibu. Yang paling menyedihkan, ketika presenter menanyakan apa mereka sanggup menjadi orangtua bagi bayi tersebut? Keduanya menjawab mereka mampu karena secara finansial berkecukupan. Namun, presenter lagi-lagi tak puas dengan jawaban keduanya. Karena bagi presenter ini, menjadi orangtua tak sekedar butuh harta. Tetapi, anak ini nantinya akan melihat dan menilai sosok orangtuanya. Dan pasangan lesbi ini membenarkan pernyataan presenter tersebut, dengan kata lain, mereka tak menginginkan anaknya menyimpang seperti mereka.

Dalam wawancara lain bersama Dedy Corbuzier, kedua pasangan menyimpang ini bahkan mengakui bahwa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang 'belok' alias tidak benar. Dan ketika Dedy menyinggung soal kematian dan azab, Si Nino justru merinding dan menjawab kemungkinan untuk kembali normal pasti ada tapi tidak sekarang. Bahkan dari wawancara Dedy ini banyak ditemukan akar persoalannya, mengapa Nino bisa tomboy dan kecenderungan suka sesama wanita. Tak lain karena didikan dan kebiasaan yang salah dari orangtuanya. Nino mengaku sejak kecil selalu di 'dandanin' seperti anak lelaki. Dari mulai model rambut yang selalu pendek hingga pakaian sehari-hari berpakaian sebagaimana anak lelaki, bermainpun bersama kakak-kakaknya yang lelaki. Ya, dari sinilah awal mula Ia menyukai sesama jenis. Miris!

Lain halnya dengan Jeje. Ia mulanya wanita normal, namun karena perlakuan pacar yang sangat kasar bahkan tak segan menyekik, memukul dll yang membuatnya trauma dengan seorang lelaki. Di sisi lain, ia tak pernah mendapatkan figur seorang Ayah dalam hidupnya sejak lahir. Sehingga, ketika mendapat perhatian penuh dari Nino yang notabenenya adalah wanita dengan perawakan laki-laki, Ia terbuai bahkan persetan dengan fakta yang ada bahwa ia telah menyimpang.

Di alam sekular kapitalisme saat ini, perilaku menyimpang semakin subur, bahkan tak malu lagi mengumbar penyimpangannya di hadapan publik. Ya, sebab dalam sistem ini menjamin kebebasan individu dalam bertingkah laku. Bebas melakukan apapun tak peduli norma agama selama tak mengganggu kepentingan orang lain tak masalah. Ya, itulah liberalisme. Pemahaman keliru lagi sesat yang telah merusak tatanan kehidupan dalam masyarakat.

Andai mereka tahu, bahwa menjadi orangtua tak sekedar butuh harta melimpah, melainkan butuh ilmu yang mumpuni agar kelak sang anak menjadi orang hebat nan salih salihah. Ya, ilmu agama untuk mengarungi kehidupan di jalan yang benar. Mana bisa ingin anak yang salih tetapi sebagai orangtua tak belajar men-salihkan diri? Tentu sulit.
Islam dengan aturannya yang paripurna telah menjelaskan dengan gamblang keharaman bagi mereka yang menyerupai lawan jenis dalam segala hal.
Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah melaknat lelaki yang kewanita-wanitaan (banci) dan perempuan yang kelaki-lakian.” (HR Tirmidzi)

Oleh karena itu, Negara yang menerapkan Islam secara kaffah akan mengatur interaksi antar lawan jenis maupun sesama jenis, khususnya dalam hal aurat. Begitu juga dengan pendidikan, negara akan memastikan bahwa rakyatnya telah mendapatkan pendidikan agama secara benar. Sehingga, tidak memunculkan perkara-perkara yang keliru lagi belok. Yang ada adalah masyarakat yang bertakwa. Sehingga, semuanya saling amar makruf nahi mungkar untuk sama-sama menuju Jannah-Nya. Bahkan ketika menjadi orangtua, orientasi nya adalah akhirat. Wajar saja, sepanjang peradaban Islam berjaya, muncul banyak ilmuwan dan ulama hebat. Dan di balik mereka ada orangtua yang tangguh lagi salih yang mengantarkan anak-anaknya menjadi orang hebat, bukan hanya untuk bangsa dan negara, melainkan juga untuk agama. Subhanallah.

Sungguh, rindu berada dalam suasana lingkungan yang bertakwa. Hanya saja, hal itu hanya akan ada ketika syariat Islam diterapkan secara sempurna dalam bingkai negara Khilafah. Bukankah kebaikan dan keberkahan dari Allah yang kita ingini? Oleh karenanya, kembali kepada kehidupan Islam dan bersama menyeru penegakan Islam dalam institusi negara Khilafah. Wallahu a'lam.

Posting Komentar

0 Komentar