Pejuang Pandemi Yang Minim Proteksi


Oleh : Siti Masliha, S.Pd

Pademi Corona yang melanda negeri ini belumlah berhenti sampai disini. Para Tenaga Kesehatan (NaKes) adalah pahlawan di tengah pandemi yang mempertaruhkan nyawanya demi kelangsungan jiwa manusia. Selain itu mereka rela meninggalkan keluarga demi tugas yang mulia. Di tengah suasana Idul Fitri mereka tetap bertugas. Sejatinya Idul Fitri moment berkumpul dengan kelurga dan buah hati. Mereka rela memendam rindu yang telamat dalam bagi keluarganya. 

Cerita perjuangan NaKes yang berjuang melawan virus yang mematikan ini cukup sering kita dengar. Mulai NaKes yang kekurangan Alat Pelindung Diri (APD). Padahal APD wajib di pakai oleh NaKes untuk memproteksi dirinya dari serangan virus yang mematikan ini. Selain itu tidak sedikit NaKes yang "diusir" dari lingkungan karena warga khawatir tertular virus Corona. 

Inilah perjuangan para NaKes di tengah Pandemi Corona. Namun perjuangan para NaKes ini tidak sebanding apa yang diterimanya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Anitha Supriono, hingga kini belum menerima insentif sebesar Rp 7,5 juta yang dijanjikan pemerintah. Anitha merupakan salah satu perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) menangani pasien-pasien positif Covid-19. "Insentif yang dibilang maksimal tujuh setengah juta itu memang sampai sekarang belum (diterima)," kata Anitha kepada Tempo, Ahad, 24 Mei 2020.

Anitha mengaku tak mengetahui apa alasan belum cairnya insentif. Namun menurut Anitha, para perawat sangat memerlukan insentif itu, terlebih mereka yang mendapatkan pemotongan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri. "Banyak teman-teman yang di RS swasta yang memberikan kabar enggak dapat THR," kata Anitha. (Tempo.co)

Itulah kisah memilulan yang dialami oleh NaKes. Mereka pahlawan di tengah pandemi namun nasibnya tidak terurisi oleh pemimpin negeri ini. Pemerintah seolah tergagap menghadapi Pendemi Corona. Kebijakan yang "mencla-mencle" membuat korban virus Corona semakin bertamah. Kebijakan pemerintah tersebut bisa kita lihat antara lain. Tidak diberlakukannya Lockdown dengan alasan menyelamatkan ekonomi dan budaya setiap bangsa berbeda. Meski keputusan pemerintah ini mendapatkan pertentangan dari pemerintah daerah namun pemerintah tutup telinga. Setelah itu pemerintah memberlakukan PSBB, hal ini juga sama. Pembatasan PSBB namun fasilitas umum seperti terminal, stasiun, pasar dan lain-lain dibuka. Hal ini berakibat lonjakan korban virus Corona di berbagai dareah. Dari sini kita bisa melihat tidak adanya sikap yang tegas dari pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Hal ini berimbas ke segala bidang 

Selain itu pemerintah tidak memberikan jaminan keselamatan dan kesejahteraan bagi para NaKes. Jaminan keselamatan adalah hal yang utama yang dibutuhkan oleh NaKes. Mereka adalah orang-orang yang rentan terpapar virus Corona ini. Namun kita masih mendengar jeritan para NaKes yang kekurangan APD atau fasilitas Rumah Sakit yang tidak memadahi. Banyak NaKes yang menerima sumbangan APD baik dari individu maupun dari perusahaan. APD adalah alat yang vital bagi NaKes dalam menangani pasien Corona. Namun jeritan dari para NaKes ini kurang di respon oleh pemerintah. 

Jaminan kesejahteraan NaKes juga kurang diperhatikan oleh Pemerintah. Pemerintah melalui menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati menggelontor dana trilyun untuk pandemi corona. Namun banyak kasus para NaKes yang tunjangan dan gajinya belum terbayar. Padahal para NaKes ini juga memiliki keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tak sedikit NaKes yang menggadaikan barang-barang berharganya untuk menyambung kehidupan. Sungguh kondisi ini sangatlah miris. Lagi-lagi pemerintah tutup telinga dengan kondisi ini. Padahal gugurnya NaKes sama dengan berkurangnya prajurit di garda depan medan tempur.

Kapitalisme yang dianut oleh negara kita ini telah masuk ke bidang kesehatan (Kapitalisasi kesehatan). Hal ini berimbas rapuhnya sistem kesehatan yg ada di indonesia. Para investor asing dan swata bisa dengan leluasa menguasai bidang kesehatan di negara kita. Hal ini bisa kita lihat banyaknya RS asing atau swasta yang berdikari di negeri kita. Imbasnya RS pemerintah menjadi mati suri. Layanan kesehatan yang dulu mementingkan keselamatan pasien, namun sekarang uanglah yang menjadi patokan. Kira sering mendengar pasien yang tidak diperbolehkan masuk RS karena kekurangan dana. Sungguh miris negeri ku ini, lautan yang luas, tanah yang subur,  gunung yang menjulang tinggi, kekayaang berlimpah. Namun kondisi rakyatnya miskin tak terurusi.


Jaminan Kesehatan Dalam Islam

Sistem Islam menjamin kesehatan rakyat. Dalam sistem Islam kesehatan dan pendidikan adalah dua hal yang merupakan kebutuhan asasi dan harus di kecap oleh manusia dalam hidupnya. Keduanya termasuk masalah pelayanan umum dan kemaslahatan hidup terpenting. Negara merupakan pihak yang berkewajiban mewujudkan pemenuhan keduanya untuk seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, baik orang kaya maupun miskin, muslim maupun non muslim. Baitul Maal yang akan menanggung pembiayannya.

Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah, Beliau pernah membangun tempat pengobatan untuk orang-orang yang sakit dan pembiayainya dengan harta dari Baitil Maal. Umar Bin Khatab telah memberikan sesuatu dari Baitul Maal untuk membantu kaum yang terserang penyakit lepra di jalan menuju Syam.

Selain jaminan kesehatan untuk rakyat, dalam sistem Islam juga menjamin kesejahteraan para Tenaga Kesehatan. Hal ini bisa kita lihat dalam sejarah Islam. Seorang dokter di negara Islam mendapatkan bayaran tinggi. Misalnya, ada seorang dokter Kristen di masa kekuasaan Islam, Ibn Tilmidz, memiliki pendapatan tahunan yang jumlahnya lebih dari 20 ribu dinar. 

Ada pula kisah tentang Muhadzdzab al-Din Ibn al-Naqqasy. Ia merupakan seorang dokter dari Baghdad, Irak, pada abad ke-11. Ia pernah pergi ke Kota Damaskus untuk mencari pekerjaan. Sayangnya, ia belum berhasil mendapatkan pekerjaan yang diharapkannya. Al-Naqqasy kemudian memutuskan untuk bergegas ke Mesir yang saat itu di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Ia menemui seorang dokter kepala di istana dan mengutarakan maksudnya. Gayung pun bersambut, ia mendapatkan pekerjaan di sana.

Lalu, al-Naqqasy mendapatkan imbalan tiap bulan sebesar 15 dinar. Ia pun mendapatkan apartemen lengkap dengan perabotannya, seperangkat pakaian mewah, dan seekor keledai terbaik. 

Begitulah cara Islam memberikan jaminan kesehatan kepada rakyatnya. Selain itu tenaga kesehatan kesejahteraannya dijamin dan sangat diperhatikan oleh negara.

Posting Komentar

0 Komentar