Oleh: Choirin Fitri (Guru dan Wali Murid SDI Al Fattah Kota Batu)
Kemendikbud berencana menjadikan pertengahan Juli sebagai hari pertama siswa siswi masuk sekolah dalam kondisi Pandemi. Padahal, selama lebih dari 2 bulan ini anak sekolah diminta belajar di rumah untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Nyatanya, penyebaran belum berhenti dan terus bertambah namun orangtua dan dunia pendidikan diminta menyiapkan anak untuk kembali ke sekolah.
Sungguh, kebijakan ini membuat para Emak galau. Pasalnya, sampai saat ini update data terbaru terus meningkat. Bahkan, berdasarkan data yang masuk hingga Rabu (10/6/2020) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 1.241 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan kini ada 34.316 kasus Covid-19 di Indonesia, sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. (Kompas.com, 10/06/20)
Kegalauan Emak untuk kembali menyekolahkan anaknya bukan tanpa sebab. Anak adalah aset masa depan sebuah. Mereka tidak kebal terhadap virus dan nyatanya kasus anak-anak yang tertular virus Corona pun cukup banyak.
Berdasarkan rilis resmi IDAI per 18 Mei 2020, tak kurang dari 584 anak dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan 14 anak di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, jumlah anak yang meninggal dunia dengan berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 berjumlah 129 orang dari 3.324 anak yang dinyatakan sebagai PDP tersebut.
Tingginya kasus penularan virus corona pada anak-anak di Indonesia juga dibenarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Hingga 28 Mei 2020 lalu, total kasus anak-anak yang terpapar Covid-19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan ke pemerintah.
Data ini berbicara sebelum penerapan New Normal diberlakukan. Ketika New Normal diberlakukan tentu anak yang terkena dampak Pandemi ini akan bertambah. Karena memang anak sangat rentan terhadap virus Corona ini.
Nah, apalagi jika Kemendikbud benar-benar merealisasikan keinginannya untuk membuka kembali sekolah pada pertengahan Juli ini. Bisa jadi anak akan kembali menjadi korban keganasan Virus Corona karena protokol kesehatan yang diberlakukan belum bisa diterapkan oleh mereka.
Tak ayal jika, orangtua dan guru merasa tidak ikhlas mengembalikan anak ke sekolah. Anak akan susah diminta menggunakan masker selama sekolah berlangsung. Apalagi saat ini masker anak memiliki gambar dan bentuk yang unik. Kemungkinan anak akan saling pegang, pinjam, bahkan tukar menukar antar teman. Akhirnya, protokol kesehatan pun ambyar.
Anak yang selama ini dididik dan dirumahkan lebih dari 2 bulan tentu amat rindu kembali ke sekolah dan bermain bersama teman-temannya. Sementara, menurut protokol kesehatan anak wajib social distancing atau menjaga jarak ketika bertemu temannya. Jelas, hal ini susah sekali anak terapkan.
Apalagi dilihat dari fasilitas sekolah yang ada di negri ini. Secara umum fasilitas yang ada belum mampu mengamankan anak dari penularan virus Corona. Ruang kelas yang belum sesuai standar, sarana dan prasarana yang belum memadai, dan sulitnya protokol kesehatan diterapkan oleh pihak sekolah.
Negara besar dengan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang cukup memadai seperti Korea Selatan, Prancis, Finlandia kembali mengkarantina warganya setelah menerapkan kebijakan new normal life dan mengembalikan anak ke sekolah gagal menekan jumlah pasien positif Covid 19. Harusnya negeri ini pun segera belajar dan tidak mengambil langkah yang sama jika tidak mau kehilangan generasi masa depan.
Namun, anehnya pemerintah tetap menerapkan kebijakan new normal life meski saat ini ribuan orang per hari terus menambah daftar pasien Covid 19. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama diberlakukan kebijakan ini. Sementara faktor kesehatan dan keselamatan warga dinomorduakan.
Sungguh, miris kebijakan pemerintah saat ini. Mereka lebih memihak pada pemilik modal dibandingkan rakyatnya. Jauh berbeda dengan para Khalifah di masa kejayaan Islam. Mereka betul-betul memberikan jaminan rasa aman, kesehatan, dan keselamatan bagi rakyatnya. Dalam kondisi pandemi pun segala hal yang membuat rakyat menjadi korban segera ditutup. Negara akan fokus pada pengkondisian rakyat agar segera keluar dari kondisi pandemi dengan selamat.
Sebagai Emak dan guru saya benar-benar rindu riayah atau pelayanan negara semacam ini. Rasanya Emak tidak akan galau mengembalikan anak ke sekolah jika negara benar-benar serius untuk menjamin keselamatan mereka.
0 Komentar