MANDALIKA, UNTUK KEUNTUNGAN SIAPA ?


Oleh : Ni’mah Fadeli (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa MotoGP yang dihelat pada 18-20 Maret 2022 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi promosi wisata dan ekonomi yang sangat besar. Karenanya pemerintah telah membangun jalan bypass yang menghubungkan Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Penataan Jalan Bypass BIL-Mandalika tak lupa juga memperhatikan kegiatan penghijauan dan penataan koridor jalan. Kementerian PUPR telah melakukan pelebaran Jalan Kuta-Keruak dengan menambah lajur eksisting menjadi empat lajur disertai pembuatan saluran drainase beton.  Selain itu pemerintah juga membangun sarana hunian pariwisata atau homestay, juga melakukan up grade rumah-rumah di sekitar Mandalika agar tidak terkesan kumuh. (setkab.go.id, 19/03/2022).

Dibalik keseriusan pemerintah dalam penyelenggaraaan MotoGP tersebut, ada uang negara yang dipakai demi suksesnya acara. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, triliunan rupiah uang APBN turut berkontribusi di dalamnya. Dana yang dianggarkan melalui kementerian dan lembaga mencapai Rp 1,18 triliun sedangkan insentif PPN atas Jasa Kena Pajak sebesar Rp 240,73 miliar dan terakhir insentif Bea Masuk dan Pajak Impor Rp 10,41 miliar. (prfmnews pikran rakyat.com, 20/03/2022). 

KEK Mandalika merupakan salah satu Proyek Stategis Nasional (PSN) yang dicanangkan pemerintah Jokowi sejak 2014 untuk menggenjot ekonomi nasional melalui sektor pariwisata. KEK Pariwiwasta adalah objek wisata yang terintregasi antara wisata alam, budaya hingga wisata MICE (Meeting, Incentives, Convention and Exhibitions). Maka tidak mengherankan jika konsep KEK pariwisata menjadi padat modal dan tenaga kerja namun juga berparadigma mengkapitalisasi alam dan budaya. 

Konsep seperti ini sudah memjadi arus global, terutama sejak PBB mencanangkan target penghapusan kemiskinan dunia dalam Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs). Karenanya dunia senantiasa dicekoki dengan propaganda yang mengatakan bahwa turisme adalah kunci pertumbuhan dan penggerak ekonomi. Bahkan PBB membentuk sub badan khusus yaitu UNESCO Global Geopark (UGG) yang bertugas untuk menstandardisasikan kawasan wisata di seluruh dunia. Kawasan Mandalika sendiri sudah diakui sebagai bagian dari Geopark Rinjani yang disarankan UNESCO sejak 2014. 

PT Indonesia Tourism Development Corporation (PT ITDC) adalah korporasi plat merah yang saat ini mengelola KEK Pariwisata Mandalika dan mendapat privilege  dalam bentuk  dukungan modal, kemudahan birokrasi, dukungan sarana pra sarana dan  seterusnya dalam menjalankan industri pariwisata ini. Bahkan dalam penyelenggaraan MotoGP 2022 yang menjadikan KEK sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) sehingga aliran dana mengucur deras baik dari pemerintah maupun investor baik lokal maupun asing. 

Keterlibatan para investor tentu saja diiringi dengan keinginan mendapat kompensasi yang tentunya lebih besar dari investasi yang dilakukan. Klaim pemerintah mengenai target pertumbuhan ekonomi sejatinya hanya ditujukan pada para pemilik modal sedangkan rakyat banyak hanya akan mendapat remah-remah keuntungan, itupun jika ada. Belum lagi  pengaruh perubahan sosial akibat industri pariwisata yang tentu tak sedikit. Fakta bahwa adanya mobilisasi manusia antar wilayah, antar agama dan antar budaya tak dapat kita pungkiri. Aktivitas dan budaya yang bertentangan dengan Islam menjadi bagian di dalamnya, semisal kasus pawang hujan yang dipertontonkan dalam acara yang jelas adalah syirik. 

Industri pariwisata secara otomatis akan membawa perubahan pemikiran dan budaya. Paham sekulerisme, pluralisme, liberalisme akan semakin massif dan tentu saja ini bukan tidak disengaja. Negara dengan sumber daya strategis yang seharusnya mampu membuat rakyatnya sejahtera namun sibuk mengikuti propaganda asing pengusung kapitalisme. Barat dengan lihat mengalihkan akar masalah yang sesungguhnya dengan iming-iming solusi pragmatis dan penuh perhitungan materi. Penguasa negara seakan lupa bahwa kemiskinan yang sebenarnya terjadi karena perampokan sumber daya oleh negara kapitalis yang tak akan pernah puas. Barat senantiasa menggiring agar “negara kekuasaannya” berkutat dalam sektor dengan paradigma yang salah dan semakin menjerumuskan kaum muslim dalam kelemahan dan kemaksiatan yang memang menjadi tujuannya. 

Mandalika ataupun industri pariwisata lainnya bukan hanya tentang sedikit keuntungan sesaat yang dinikmati rakyat namun juga tentang peradaban negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia yang telah dikaruniani Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dengan sumber daya alam yang luar biasa. Sistem kapitalis yang saat ini menguasai dunia memang hanya berorientasi materi  dan tentu saja hanya ditujukan untuk kepentingan sebagian orang saja yaitu yang memiliki modal tinggi tanpa menghiraukan kemaslahatan rakyat baik dari segi ekonomi, sosial budaya maupun keamanannya. Karenanya sudah saatnya syariat Islam yang pernah diterapkan belasan abad lalu dan terbukti membawa begitu banyak kemaslahatan bagi rakyat baik umat Islam maupun di luar Islam ditegakkan kembali agar  membawa keberkahan bagi seluruh alam karena Islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a’lam bishawwab.



Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.

Posting Komentar

0 Komentar