Oleh : Al Fihri
Dilansir dari detik.com bahwa Polres Sukabumi pada Senin (20/3) lalu melaksanakan kegiatan deklarasi damai dan anti kekerasan di Aula Graha Rekonfu Polres Sukabumi yang dihadiri oleh puluhan pelajar sekolah tingkat SLTA sederajat serta sejumlah unsur pendidikan dan perwakilan tenaga pendidik.
Kegiatan itu disebut sebagai salah satu upaya antisipasi yang dilakukan Polres Sukabumi Kota untuk mencegah perilaku oknum pelajar sekolah yang menyimpang, khususnya di tengah bulan suci Ramadhan 1444 H saat ini.
Berselang tiga hari kemudian, peristiwa pembacokan kepada ARSS pun terjadi. Berawal dari tuduhan vandalisme sampai pada perasaan tidak senang terhadap tuduhan tersebut pelaku pembacokan mengajak duel korban.
Mirisnya, kejadian tersebut dilakukan secara live streaming di akun sosial media pelaku yang dibantu oleh dua teman lainnya.
Beranjak ke kota Bogor, seorang wanita juga tewas ketika dia melakukan live streaming di sosial medianya dengan niat bercanda dengan menggantung diri. Akhirnya naas, dia meninggal saat kakinya tergelicir ketika melakukan aksi tersebut.
Kejadian ini sungguh sangat miris, demi eksistensi diri semua hal acap kali selalu di publikasi. Bahkan perilaku menyimpang seperti ini pun menjadi hal yang tidak menakutkan bagi generasi muda saat ini. Mereka dengan sadar diri mempublikasikan hal yang seharusnya tidak layak di perlihatkan kepada khalayak umum.
Hari ini eksistensi diri menjadi hal yang diprioritaskan. Kemajuan media membuat perilaku yang tidak wajar justru dapat dilakukan dengan lebih mudah. Jadilah unjuk eksistensi dengan berbagai konten, bahkan termasuk dengan cara yang membahayakan jiwa.
Perilaku ini sejatinya adalah perilaku rendah, yang muncul dari taraf berpikir yang rendah pula. Tujuan dari kemajuan media justru sangat jauh dari yang diharapkan. Dan tentu ini adalah hasil dari sistem kehidupan yang diyakini masyarakat dalam seluruh aspeknya yang memilih untuk memisahkan peran agama dari kehidupan.
Ingin publikasi demi sebuah eksistensi diri bukanlah suatu hal yang terlarang. Ia adalah suatu fitrah yang Allah berikan itu dalam setiap diri manusia. Namun Allah memberi pengaturan terbaik dalam mengelola naluri tersebut.
Potensi yang Allah berikan bukan untuk membiarkan kita melakukan hal yang tidak wajar seperti apa yang terjadi saat ini. Kemajuan media harus dikembalikan pada fungsi sebenarnya yaitu untuk menebar manfaat pada manusia dan menebar kebaikan. Mensyiarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan. Bukan untuk melakukan perilaku menyimpang. Dan institusi harus serius dalam melakukan filterisasi terhadap setiap konten yang tersebar dalam jaringan media. Jangan sampai masyarakat secara bebas mengakses atau bahkan membagikan secara langsung hal yang justru berpotensi membahayakan jiwa.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar