Oleh: Astri Ummu Zahwa, S.S
Tanggal 22 Desember merupakan tanggal dimana peringatan Hari Ibu, rutin dilaksanakan di Indonesia. Tanggal tersebut pun dijadikan momentum untuk mengenang dan menghormati peran serta jasa perempuan Indonesia. Melansir dari situs resmi KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) RI, tema peringatan Hari ibu ke-94 tahun ini adalah Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Berdaya yang dimaksud oleh tema tersebut adalah berdaya dari sisi perekonomian. Pemberdayaan ekonomi para ibu digenjot untuk meningkatkan perekonomian keluarga khususnya dan negara pada umumnya.
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, Kontribusi perempuan pada perekonomian keluarga juga akan menjadi kekuatan perempuan pada proses pengambilan keputusan dalam rumah tangganya, termasuk untuk berbagi peran dalam mendidik dan mengasuh anak bersama suami secara lebih adil. Maka, peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan penting dilakukan. (kemenpppa.go.id, 17/10/2022)
Ibu Berdaya
Menurut KBBI, yang dimaksud dengan berdaya adalah berkekuatan, berkemampuan, dan bertenaga. Seorang ibu memang harus memiliki kekuatan serta kemampuan dalam aktivitas hariannya. Bagaimana tidak, ia adalah ibu sekaligus manager rumah tangga atau ummun wa robbatul bait. Selain melahirkan, ia pula yang mengasuh dan mendidik anak-anaknya, menjaga kebersihan dan menciptakan kedamaian dalam rumahnya, mengolah makanan untuk anggota keluarganya sehingga mereka tumbuh sehat, melayani suami, dan lain sebagainya.
Tengoklah putri Rasulullah SAW, Fatimah yang pernah datang menemui Nabi SAW untuk mengadukan tangannya yang mengeras karena menggiling. Fatimah pun meminta kepada Rasulullah SAW untuk memberikannya seorang budak agar membantunya dalam mengurus rumah tangga. Akan tetapi Rasulullah SAW justru memerintahkan Fatimah untuk bersabar dan berzikir mengingat Allah SWT. agar Allah SWT memberikan kekuatan pada Fatimah untuk mengurus suami dan anak-anaknya. Karena disitulah ladang pahalanya seorang istri dan ibu. Maka dalam hal ini perempuan memang harus berdaya.
Akan tetapi, jika berdayanya ibu seperti yang dimaksudkan diatas yaitu untuk menggenjot perekonomian, maka hal itu justru malah memperdaya ibu bukan memberdayakan. Bagaimana tidak, para ibu digiring untuk mampu memiliki penghasilan sendiri sehingga ia tidak bergantung pada orang lain terutama suaminya. Para ibu pun disibukkan dengan mengikuti berbagai pelatihan dalam rangka mendapatkan bekal kewirausahaan. Alhasil, para ibu menjadi berdaya dalam kacamata sistem Kapitalisme, akan tetapi pendidikan generasi menjadi terlantar.
Ibu Berdaya Mendidik Generasi Mulia
Pemberdayaan perempuan dalam hal ini ibu, di dalam Islam bukan dengan membekali mereka dengan berbagai pelatihan lantas menjadikannya sebagai mesin pencetak uang. Melainkan membekali para ibu dengan berbagai ilmu, khususnya ilmu-ilmu Islam sebagai bekal mendidik generasi. Ibu, yang memandang hidup ini bukan hanya masalah banyaknya materi yang dimiliki melainkan berapa banyak bekal untuk akhirat. Ibu, yang selalu mengupayakan peran utamanya sebagai pendidik generasi mulia dan pemimpin masa depan yang taat kepada Allah SWT.
Berdayanya ibu mendidik generasi mulia tentu tidak akan berjalan optimal jika tidak ada dukungan dari negara. Untuk itu perlu kiranya negara memahami pemberdayaan hakiki ibu dalam mendidik generasi mulia, sehingga menjadikan para ibu fokus pada tugas utamanya sebagai Ummun wa robbatul bait serta pencetak generasi mulia dan tidak terbebani aktifitas pencarian nafkah. Wallahu alam bishshawab
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar