Oleh: Hanifah Afriani
Masyarakat dihebohkan dengan adanya bom bunuh diri pada Rabu (7/12/2022) sekitar pukul 08.20 WIB yang terjadi di Markas Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan peristiwa ledakan bom di Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, harus dijadikan sebagai momentum untuk memperkuat berjalannya program deradikalisasi di masa depan.
"Peristiwa kemarin (ledakan di Astanaanyar) tentunya akan menjadi (evaluasi dari) program (deradikalisasi) kita ke depan," katanya usai upacara pelepasan Sailing Camp Perti Saka Bahari di Jakarta, Jumat. (republika.co.id, 9/12/2022)
Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia kembali mengefektifkan Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) yang sebelumnya dibentuk untuk mengurangi benih-benih terorisme. Ini disampaikan Kiai Ma'ruf karena terorisme kembali muncul setelah terjadinya bom bunuh diri di Astanaanyar, Bandung.
"Terorisme ini mulai lagi, dulu MUI di awal-awal membangun tim penanggulangan terorisme, dan kita melakukan beberapa langkah, saya kira lembaganya masih ada ya, karena itu ternyata ini masih perlu diefektifkan lagi," ujar Ma'ruf dalam sambutannya saat membuka Mukernas Kedua Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2022 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Ma'ruf mengatakan, MUI melalui TPT ini melakukan beberapa langkah dalam mengurangi benih-benih terorisme dari hulu dengan pendekatan keagamaan khas MUI. Diantaranya, MUI mengeluarkan fatwa jika terorisme bukan jihad, meluruskan paham-paham radikal dan membuat buku-buku tentang pelurusan jihad. (republika.co.id, 10/12/2022)
Kasus bom bunuh diri tersebut telah menjadi pemantik peningkatan deradikalisasi. Dan atas hal tersebut menjadikan negara makin represif dan makin gencar melakukan upaya deradikalisasi.
Negara makin taat pada komitmen global yang sejatinya adalah bentuk penyerangan terhadap Islam. Sebagaimana kita pahami bahwa perang melawan terorisme dan radikalisme merupakan propaganda barat untuk menyerang Islam.
Saat ini, barat di bawah pimpinan Amerika Serikat lebih sering menggunakan istilah “perang melawan radikalisme” ketimbang “perang melawan terorisme”.
Perang melawan radikalisme digunakan untuk menyasar siapa pun yang anti-Barat. Baik pada aspek pemikiran maupun politik.
Misalnya, umat Islam yang ingin menerapkan syariat Islam secara Kaffah dan menegakkan kembali khilafah dapat mereka tuding sebagai kelompok yang radikal.
Tentu ini adalah langkah barat untuk melanggengkan ideologi kapitalisme dan imperialismenya di dunia, khususnya di negeri-negeri Islam.
Melalui propaganda perang melawan radikalisme, barat dapat melakukan framing negatif dengan memberikan stigma radikal tersebut kepada muslim yang menentang ideologi kapitalisme. Istilah radikalisme oleh barat telah dijadikan sebagai alat untuk menyerang Islam dan menghambat kebangkitan Islam.
Ideologi Islam adalah halangan terbesar atas eksistensinya ideologi kapitalisme sekularisme. Orang-orang kafir barat akan senantiasa mencari jalan agar umat tetap terlelap dengan ide-ide mereka.
Umat Islam harusnya punya agenda sendiri menuju kebangkitan Islam hakiki. Yakni berdakwah, memberi kesadaran pemahaman yang benar kepada umat .
Menjelaskan kerusakan ide-ide yang bertentangan dengan Islam. Mengkaji Islam secara kaffah, agar tidak terjebak pemikiran yang salah, serta menguatkan ikatan akidah dan ukhuwah agar tidak mudah dipecah belah oleh musuh Islam.
Pemahaman inilah yang harus ditanamkan pada umat Islam hingga hukum-hukum Islam tegak di muka bumi ini dalam naungan khilafah dan membawa kerahmatan bagi seluruh alam.
Wallahu’alam.
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar