Oleh : Iiv Febriana (Pengajar di Homeschooling Mutiara Ummat Sidoarjo)
Seruan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang membela karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW di Prancis, membuat marah dunia Islam. Seruan Macron ini sebagai reaksi atas terbunuhnya seorang guru sekolah menengah, Samuel Paty,dengan cara dipenggal kepalanya oleh mantan siswanya setelah guru pria tersebut memperlihatkan karikatur penghinaan Nabi Muhammad SAW kepada siswanya.
Macron berjanji Prancis tidak akan melarang penghinaan Nabi Muhammad SAW dalam bentuk karikatur dengan alasan menjaga kebebasan berekspresi di negara sekuler seperti Prancis.
Macron justru mempersoalkan reaksi umat Islam dan bukannya mempersoalkan sumber awal penyebab masalah sensitif yang berkepanjangan di Prancis tersebut. Malah, pekan kemarin, Macron kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menuding Islam sebagai "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini."(Tribunnewswiki, 27/10/2020)
Membela Nabi adalah Kewajiban Kaum Muslim
Untuk kesekian kalinya penghinaan terhadap Nabi Muhammad terjadi, akibat penghinaan yang ditudingkan kepada Islam tidak pernah dianggap sebagai tindakan melawan hukum. Ketika umat Islam bersukacita menyambut Rabiulawal sebagai bulan kelahiran Rasulullah SAW, di saat yang sama ada yang menyakitkan mana kala ada orang Prancis yang menghina Rasulullah SAW. apalagi dilindungi Presiden Prancis.
Cinta tentu tidak cukup dengan kata-kata. Cinta juga tidak cukup hanya berupa komitmen, tetapi kosong tanpa bukti nyata. Kecintaan kepada Baginda Nabi Saw. tentu harus dibuktikan secara nyata.
Cinta kepada Nabi adalah kewajiban maka membelanya saat Nabi direndahkan juga merupakan kewajiban. Rasulullah diutus oleh Allah SWT membawa risalah Islam sebagai cahaya petunjuk yang mampu membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya, maka tanpa diutusnya Rasulullah yang mengajarkan Islam, manusia berada dalam kesesatan yang nyata. Sebagaimana orang Prancis itu yang tidak mengenal Islam, sesungguhnya berada dalam kesesatan yang nyata.
Tak cukup dengan mengecam, dan memboikot, bukti cinta terbesar adalah dengan meneladani dan mengikuti Baginda Nabi Saw. Hal ini dibuktikan dengan menerapkan syariat yang beliau bawa secara keseluruhan. Allah SWT menegaskan bahwa sikap demikian merupakan bukti kebenaran dan kesempurnaan iman. Allah SWT berfirman, “Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim atas perkara apa saja yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka atas putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (TQS an-Nisa’ [4]: 65)
Menjadikan syariat Islam sebagai pemutus segala perkara tidak mungkin terwujud kecuali dengan menerapkan syariat secara nyata untuk mengatur segala urusan masyarakat.
Cinta yang hakiki akan melahirkan ketaatan. Sebaliknya, ketaatan merupakan bukti kecintaan. Klaim cinta kepada Nabi Saw. bisa dinilai dusta jika ternyata selain Nabi saw. lebih ditaati daripada beliau, petunjuk Nabi saw. diganti oleh petunjuk selainnya serta hukum-hukum yang beliau bawa ditinggalkan dan diganti dengan hukum-hukum yang lainnya.
Wallahualam Bishshawab
0 Komentar