KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ ۚوَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Dalam sepuluh tahun terakhir ini kasus pejabat bermasalah makin banyak. Setidaknya lima pejabat di era Jokowi terjerat kasus hukum. Mentan SYL menjadi tersangka korupsi. Mantan Menkominfo Johny G Plate tersangkut kasus serupa. Bahkan Ketua KPK Firli Bahuri, yang seharusnya menjadi teladan pemberantasan korupsi, justru terjerat kasus suap. Ada pula pelanggaran etika yang dilakukan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman. Tak ketinggalan, yang terbaru adalah kasus asusila (perzinaan) yang menjerat Ketua KPU Hasyim Asyari.
Bahkan sebelumnya ada banyak Undang-Undang dan peraturan kontroversial seperti Perpu Ormas, UU Cipta Kerja, UU IKN, dan revisi UU KPK, yang sering dikritik karena dianggap lebih menguntungkan penguasa dan pengusaha besar daripada rakyat.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Akar penyebab dari penyimpangan dan pengkhianatan para pejabat negara dapat dilihat dari dua faktor utama. Pertama, faktor personal seperti mentalitas korup dan tidak amanah yang sering melekat pada para pejabat, yang terpilih lebih karena pertimbangan politis dan hubungan personal daripada berdasarkan integritas moral atau profesionalisme.
Kedua, faktor sistemik dari sistem pemerintahan demokrasi yang cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan elit dan oligarki. Hal ini menyebabkan banyak kebijakan dan undang-undang cenderung menguntungkan kelompok kekuatan ekonomi tertentu daripada memperhatikan kepentingan rakyat secara luas. Misalnya, UU seperti UU Migas, UU Minerba, dan UU Cipta Kerja, serta revisi UU KPK, sering kali lebih menguntungkan pihak swasta dan asing daripada rakyat yang seharusnya memiliki hak atas sumber daya alam dan perlindungan terhadap korupsi.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Dalam Islam, penyelesaian terhadap masalah kepemimpinan dan pemerintahan dapat dilakukan dengan dua pendekatan utama. Pertama, pemilihan pemimpin berdasarkan kualitas keimanan dan ketakwaan mereka, seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shollallohu alaihi wasallam dalam memilih Abu Bakar dan Umar ra. sebagai contoh pemimpin yang adil dan berkomitmen pada nilai-nilai agama.
وَزِيرَايَ مِنْ أَهْلِ السَّمَاءِ فَجِبْرِيلُ وَمِيكَائِيلُ وَأَمَّا وَزِيرَايَ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
“Pembantuku dari penduduk langit adalah Jibril dan Mikail. Adapun pembantuku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar” (HR at-Tirmidzi).
Kedua, solusi sistemik melibatkan penerapan syariah secara komprehensif dalam pemerintahan, yang diterapkan dalam pembentukan Daulah Islamiyah di Madinah dan Khilafah Islamiyah yang berlangsung berabad-abad, menegakkan hukum Allah dalam semua aspek kehidupan.
Dalam praktiknya, Rasulullah Shollallohu alaihi wasallam dan para Khulafaur-Rasyidin memberikan teladan dalam memilih dan membimbing pemimpin, seperti nasihat beliau kepada Muadz bin Jabal ra. saat menugaskannya sebagai gubernur di Yaman. Mereka menunjukkan bahwa pemimpin yang efektif harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, penegakan syariah sebagai landasan pemerintahan juga diwujudkan dalam pengaturan Negara Islam pertama di Madinah dan berlanjut melalui berbagai masa Khilafah, menunjukkan keberhasilan sistem yang berdasarkan pada nilai-nilai agama.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Keteladanan pemimpin dalam Islam, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shollallohu alaihi wasallam, Khalifah Abu Bakar ra., dan Khalifah Umar ra., sangat penting untuk dijadikan teladan. Rasulullah Shollallohu alaihi wasallam hidup sederhana meskipun memiliki akses terhadap harta negara. Ketika Ibnu Masud ra. menawarkan untuk membuatkan kasur yang empuk, beliau berkata: Tidak ada urusan kecintaanku dengan dunia ini. Aku di dunia ini tidak lain hanyalah seperti seorang pengendara yang bernaung di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya. (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Khalifah Abu Bakar ra. juga hanya mengambil sebagian kecil harta dari Baitul Mal untuk kehidupan pribadinya, sesuai dengan prinsip beliau dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Khalifah Umar ra. mengikuti jejak kesederhanaan Rasulullah Shollallohu alaihi wasallam dan Abu Bakar ra. Beliau hidup sederhana saat menjadi khalifah, menyesuaikan kebiasaan makan setelah mendengar kritik dari masyarakat. Contoh lain dari keteladanan mereka adalah sikap anti-nepotisme yang ketat. Khalifah Umar ra. menegur putranya sendiri yang mencoba memanfaatkan harta milik Negara untuk kepentingan ternak unta miliknya.
Sistem hukuman yang tegas juga diterapkan, terutama terhadap pejabat yang terlibat dalam korupsi. Khalifah Umar ra. meminta pertanggungjawaban atas kekayaan yang tidak wajar dari para pejabat, dengan hukuman yang beragam tergantung pada tingkat kesalahan.
Khalifah Umar ra. pernah mengejar unta zakat yang lepas dengan sungguh-sungguh, menunjukkan komitmennya terhadap keadilan dan tanggung jawab. Ketika ditegur oleh Imam Ali ra., beliau menyatakan bahwa tidak boleh sedikit pun harta rakyat hilang atau tersia-siakan, karena hal tersebut merupakan pengkhianatan terhadap amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.
Bandingkan dengan para penguasaa saat ini, khususnya di negeri ini. Mereka dengan entengnya membuat aneka UU yang memberikan peluang kepada pihak swasta dan asing untuk menguasai berbagai sumberdaya alam yang hakikatnya adalah milik rakyat. WalLaahu alam bi ash-shawaab. []
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Penulis bertanggung jawab atas segala sesuatu di tiap-tiap bagian tulisannya. Dengan begitu, ia jugalah yang akan menanggung risiko apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian.
0 Komentar